Seperti dilansir dari Wikipedia, egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah “egois”.
Bagaimana kita bisa mencintai orang lain jika kita sendiri tidak bisa mencintai diri sendiri? Kita mencintai diri sendiri dengan cara tidak memikirkan hal yang lain karena yang paling penting itu ya diri kita sendiri. Lantas, bukankah itu egois? Jika saya ingin mencintai diri saya sendiri tetapi berakibat egois untuk orang lain dan bisa saja orang tersebut tidak suka dengan saya, lalu bagaimana?
Segala Sesuatu Memiliki Resiko
Life is choice, hidup itu pilihan. Salah atau benar itu menurut orang lain, bukan dari diri kita sendiri. Persepsi setiap orang berbeda-beda, tidak semuanya sama. Jika ingin mencintai diri sendiri tidak masalah tapi tidak perlu berlebihan juga.
Jangan sampai kita tidak mau menerima orang lain yang menyukai kita. Itu namanya egois. Menyukai diri sendiri dan menyukai orang lain itu harus seimbang, jangan sampai berat sebelah, karena nantinya kita sendiri yang akan merasakan diabaikan oleh orang lain ketika kita sedang butuh bantuan dan kita juga pasti menyesal. Pada dasarnya manusia itu makhluk sosial, tidak bisa yang namanya hidup sendiri, pasti butuh orang lain juga.
Mencintai memang mesti dimulai dari diri sendiri. Akan tetapi, di dunia ini kita tidak hidup sendiri dan harus berguna juga untuk orang lain. Pepatah mengatakan bahwa mencintai dimulai dari diri sendiri baru untuk orang lain. Bukan mencintai diri sendiri dan seterusnya untuk diri sendiri. Kita sendiri juga harus tahu bagaimana cara kita mencintai diri sendiri tanpa membuat orang lain tidak suka dengan kita.
Berdasarkan jurnal yang berjudul Memahami Teori-Teori Etika : Cakrawala dan Pandangan oleh Mohammad Maiwan, seorang Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta, serta bersumber pada Repositori Tesis dan Disertasi Elektronik yang berjudul Teori Akal Moral dan Pengembangan Etika Kant Oleh Michael H. Walschots, The University of Western Ontario menyebutkan bahwa, ada salah satu teori etika yakni teori teleologi.
Teori teleologi menyatakan bahwa baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung pada tujuan yang dicapainya. Suatu perbuatan yang memang bermaksud baik, tetapi tidak menghasilkan sesuatu yang bermakna, menurut aliran ini tidak pantas disebut baik. Jika perbuatan tersebut memberi akibat baik, maka perbuatan tersebut dianggap bermoral. Kalau perbuatan tersebut meninggalkan akibat yang buruk maka perbuatan tersebut dianggap sebagai tidak bermoral. Teori ini mementingkan dampak dari suatu perbuatan.
Dalil tentang Egois
Dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzim Rasulullah bersabda: “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”
Dan sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu!” (QS al-Tahrim [66] ayat 6)
Allah menyampaikan perilaku ini dalam Al Quran surah Lukman ayat 18 ,
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.“
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
“Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seleksi Hidup
Mencintai diri sendiri itu menghargai diri kita sendiri tanpa membandingkan kelebihan orang lain, kita percaya dengan kemampuan kita dan menerima diri kita sendiri apa adanya. Itu adalah hal yang wajib di manapun, kapanpun, dan pada siapapun.
Kita berusaha untuk tidak terpengaruh dengan komentar buruk, kecuali jika memang itu merupakan kritik agar kita bisa terus berjuang dalam hidup. Kita tidak akan goyah, pesimis, atau bahkan patah semangat. Kita bisa meyakinkan kepada mereka kalau kita bisa meraih apa yang kita inginkan. Kita hanya bisa menyerahkan kepada mereka apakah mereka mau menerima kita apa adanya atau tidak.
Anggap saja seperti sedang melewati seleksi hidup untuk mencari orang yang benar-benar mempercayai kita dan jika mereka mau, mereka pasti mendukung hingga kita benar-benar bahagia. Dan jika kita dianggap berpikiran egois, kita akan berusaha untuk bersikap open-minded dengan semua orang, tidak keras kepala, mencoba untuk realistis tetapi tidak lupa dengan prinsip kita sendiri.
editor: Yusuf R Y