Sejak mula saya senang dengan ulama kharismatik ini. Besyukur saya beberapa kali bertemu—pidatonya mantab—suaranya berat dan khas, medhog gaya Jogja. Pak AR adalah sosok ulama wasathiyah. Menarik bagi kita mendalami Islam enteng-entengan ala Pak AR.
Ulama Pemberi Jalan Mudah
Pemilik nama asli Abdul Razaq Fachruddin ini dikenal sebagai kiai zuhud dan tawadhu—tipe seorang bapak yang teduh. Penggembala umat yang santun dan telaten. Disukai dan disegani banyak kalangan. Ulama itu memberi jalan mudah ketika umatnya dalam kesulitan—bukan mengajak ke jalan buntu padahal ada jalan keluar.
Meski saya mengenal sebentar—tapi cukup mendapatkan keberkahan ilmunya yang ditampilkan dalam prilaku beliau sehari-hari. Ada banyak kisah tentang beliau—cerdas, jenaka dan arif. Tak banyak ulama MUhamamdiyah yang punya style seperti beliau. Banyak orang terkesan dan bercerita tentang kebaikannya. Termasuk Prof. Mitsuo Nakamura yang mengenang pak AR dalam kesahajaan.
Teringat doa Nabi Ibrahim as agar semua yang dilakukan dijadikan cerita baik bagi generasi sepeninggalnya—(waj’alni lisaanan shidqi fil akhiriin). Pak AR adalah kumpulan cerita baik, cerdas dan jenaka. Gus Dur pernah bilang, “Hanya pak AR yang bisa membuat orang NU menjadi Muhammadiyah dalam semalam.”
Pak AR yang Solutif dan Banyak Akal
Bersama para mahasiswa, pernah berebut lahan dakwah di Kali Code yang digagas seorang arsitek berkelas, Romo Mangun Widjaya. Pernah pula berkirim surat kepada Sri Paus agar tidak berdakwah kepada orang yang sudah beragama. Cara berdakwah Pak AR memang dikenal ringan, santun tapi mengena—pak Harto pun kerap berdecak kagum dan sangat menghormatinya.
Pak AR bukan hanya pintar—tapi juga jenaka. Beliau tipe ulama solutif dan banyak akal. Pada masanya pula ratusan amal usaha Muhammadiyah berdiri dan dibangun.
Mengenang Pak AR adalah mengenang tentang sosok kiai kampung dengan pikiran cemerlang dan hal-hal besar. Mungkin saya harus menyandingkan dengan Abu Nuwas ulama cerdas banyak akal tapi jenaka. Agama itu mudah, jangan dipersulit—jika ada dua pilihan maka ambil yang paling mudah sepanjang tidak melawan syariat. Inilah ulama Wasathiyah.
Mereka Tidak Butuh Lawan yang Membid’ahkan
Tidak semua soal harus dijawab dengan deret dalil—disertai kedudukan hadits—asbabul wurud hingga syarhnya—kita sedang tidak berdebat dengan orang yang belum tahu. Mereka para pelaku hanya orang biasa dengan pengetahuan agama ala kadarnya. Mereka butuh teman yang bisa menjelaskan bukan lawan yang terus membid’ahkan.
Pernah suatu kali pak AR ditanya tentang bacaan usholi (niat salat) sebagai niat yang dilafalkan—pak AR menjawab diluar dugaan, “Sebelum shalat pencak-an saja boleh kok”. Beliau tidak membawakan dalil atau pendapat ulama. Tetapi memberikan jawaban yang jenaka dan sesuai kemampuan berpikir orang yang bertanya.
Beliau pernah diundang Yasinan oleh koleganya dan datang tanpa kata bid’ah. Beliau menjadi imam shalat tarawih 23 rakaat yang diringkas menjadi 11 rakaat tanpa menyinggung tuan rumah. Kejenakaan—saya bilang wisdom atau hikmah—banyak ulama pintar tapi tak punya hikmah. Yang tampak hanya arogansi. Seakan dalil bisa merampungkan segalanya. Dan mengalahkan semua yang disebut bid’ah.
Islam Enteng-entengan Ala Pak AR
Pak AR—Ketua PP Muhammadiyah organisasi modern dan kaya—tinggal di rumah kontrakan. Menjual bensin eceran dan mengembalikan sangu ceramahnya di kas bendahara PP. Beliau tak punya ajudan atau sekretaris apalagi manajer yang mengatur jadwalnya yang padat.
Saat diundang ke daerah, beliau memilih tidur di rumah pengurus Muhammadiyah di daerah atau cabang tanpa pengawalan. Hanya Allah yang menjaganya bukan kokam atau lainnya. Beliau juga merokok—makan pecel atau gudheg di warung sebelah.
Hidup dalam ke-bermakna-an, bukan hidup dalam ke-pura pura-an karena applaus dan sanjung puji. Beliau tidak pernah merepotkan umatnya—justru beliau sendiri yang terus berikhitiar agar Muhammadiyah mendapat kemudahan, bukan sebaliknya.
***
Pak AR tak ingin Muhammadiyah mendapatkan kesulitan karena pernyataan-pernyataannya. Beliau datang sendiri ke pak Harto menjelaskan tentang sikap Muhammadiyah terhadap azas tunggal itu tanpa banyak gaduh. Di bawah kepemimpinannya Muhammadiyah maju pesat dengan periode terlama—pak AR memberi kabar mudah bukan kabar berat …
Wallahu taala a’lam