Perspektif

Islamofobia: Apakah Islam Agama yang Harus Ditakuti?

3 Mins read

Isu Islamofobia

Realitas keberagamaan kita saat ini, kembali ternodai dengan adanya pembakaran kitab suci Al-Qur’an yang dilakukan oleh Rasmus Paludan seorang politisi salah satu partai garis keras di Swedia. Keadaan ini justru semakin memperpanjang sejarah terjadinyanya pergolakan terhadap kehidupan beragama secara global. Selain itu sebagaimana berita yang dirilis oleh Tempo bahwa pada tanggal 23 Januari 2023 terjadi penyobekan Al-Qur’an di Denhag, Belanda (Tempo.com). kasus yang terjadi di Turki dan Belanda secara runtut merupakan bagian dari aksi anti Turki yang dilakukan kedua negara eropa tersebut yng berkaitan dengan politik.

Diketahui bahwa Ramsus Paludan mengkritisi Islam, Turki serta Presiden Turki karena berkaitan kebebasan berekspresi di Swedia yang seakan-akan dibatasi. Bahkan keingnan Swedia untuk bergabung dengan NATO menjadi persoalan serius karena Turki salah satu Negara yang menolak. Tindakan yang dilakukan oleh Ramsus merupakan bagian dari perbuatan menghina suatu keyakinan sebagian umat manusia.

Terlepas dari pertikaian politik internasional, kebebasan beragama tidak boleh menjadi korban dari pertikaian tersebut. membakar kitab suci agama tertentu merupakan tindakan yang tidak manusiawi, memancing dan memantik pertikaian secara vertical yang terjadi di berbagai belahan dunia. Apakah Islam dianggap sebagai agama yang menakutkan? atau justru sebaliknya Islam dianggap sebagai musuh bersama oleh orang-orang yang tidak senang dengan Islam?

Pertanyaan diatas merupakan sebuah antithesis yang selama ini ada. Benarkah Islam menjadi sosok agama yang ditakuti? Tentunya ini sangat berbanding terbalik dengan ajaran Islam yang sangar rahma dan rahim. Sebagaimana yang dikatakan oleh Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar bahwa Islam memiliki dua peran penting yaitu Islam sebagai agama penyayang, rahmat dan Islam sebagai agama petunjuk. Ketakutan terhadap Islam atau Islamofobia merupakan salah satu wacana Publik yang di buat oleh musuh Islam yang tentunya berawal dari pemboman menara kembar WTC di Amerika.

Baca Juga  Membayangkan Senyum Kecil Pak Djazman di Surga Sana

Politik Transnasional

Ketika keadaan Islam yang tidak stabil, dengan berbagai kejadian perang saudara di timur tengah, perebutan kekuasaan, sumber daya Alam, Miyak dan sebagainya. justru dimanfaatkan oleh mereka yang senang dengan keadaan Islam saat ini. akhirnya, banyak organisasi yang mengatasnamakan Islam yang di biayai oleh Asing untuk semakin memperkeruh keadaan tersebut.

Akibatnya terjadi politik transnasional yang masuk di tengah umat Islam sehingga mempengaruhi perilaku kehidupan masyarakat Islam. tak jarang karena telah terpengaruhi oleh politik tersebut atau wacana yang bergulir, akhirnya sesama umat Islam di luar dari Timur Tengah ikut bertikai. Justru ini semkain memperkeruh keadaan.

Di Indonesia sendiri, adalah salah satu negara yang pendudukanya mayoritas Muslim yang sering menjadi sasaran politik transnasional dari berbagai paham dan ideologi. Termasuk fobia terhadap Islam, yang membuat masyarakat Indonesia sering terjebak kepada pemahaman agama yang eksklusif. Tentunya dampak yang terjadi telah menjadikan sejarah bangsa ini mengenai kerukunan umat beragama menjadi perhatian khusus pemerintah.

Islamofobia: Perlawanan Terhadap Islam

Islam sebagai agama yang menyuarakan kedamaian dan persaudaraan selalu menjadi objek ketakutan bagi negara Barat yang berlebihan. Padahal ketakutan yang di buat-buat tersebut ialah untuk menjatuhkan Islam itu sendiri. Islamofobia bukanlah sebuah ketakutan yang sangat berlebihan sampai menjadi trauma di masyarakat. melainkan Islamofobia ialah gerakan politik dan perlawanan yang dilakukan terhadap Islam. Dengan tujuan Islam akan dianggap sebagai agama yang tidak menghendaki perdamaian dan kehidupan multikultural.

Tak heran jika di berbagai belahan dunia terjadi upaya provokasi kepada umat Islam dengan cara yang tidak baik. Pembakaran Al-Qur’an tentunya bukan hanya sekali terjadi, dan ini dilakukan tentunya untuk mengukur sejauh mana umat Islam masih peduli dengan agamanya.

Baca Juga  Catatan Akhir Tahun: MUI dan Problem-Problem Internasional

Pembakaran Al-Qur’an yang sudah banyak terjadinya, tentunya bisa dianggap bukan tentang adanya fobia terhadap Islam. namun lebih dari itu, saya menganggap keadaan yang sudah sering terjadi ini ialah bagian dari perlawanan terhadap Islam.

Perlawanan terjadi disebabkan adanya anggapan bahwa Islam sebagai penghambat dari rencana politik yang akan dilakukan. Islam juga dianggap sebagai musuh bersama, karena adanya pembatasan terhadap eksploitasi sumber daya yang ada. Islam yang tidak menyetujui adanya penindasan terhadap manusia, menjadi salah satu sumber sehingga Islam harus dijadikan sebagai musuh bersama.

Disekitar abad 19 dan 20 sudah banyak tesis yang dikemukakan yang meyoal Islam itu sendiri. itu kemudian hadir dari kalangan orientalis yang menyoal Islam dari Muhammad sampa ajaran yang dibawahnya. Tokoh orientalis seperti William Montgomery Watt dan Theodore Noldeke yang menyoal mengenai kesejarahan Al-Qur’an.

***

Menurut mereka Nabi Muhammad mengarang Al-Qur’an sehingga keontetikkan dari Al-Qur’an tidak bisa d pertanggungjawabkan. Bahkan Al-Qur’an yang sampai hari ini ad aitu adalah hasil rekayasa Muhammad (baca: Muhammad of Macca). Tuduhan-tuduhan tersebut sebenarnya sudah banyak yang membantah, salah satunya datang dari Muhammad Salim Muhaysin.

Tekanan yang berbau tuduhan terhdap Islam merupakan sebuah kesalahpahaman. Pengetahuan tentang Islam tidak sepenuhnya dikuasai oleh mereka yang sering mengkategorikan Islam buruk. Sebagaimana kata direktur Institut Prancais du Proche Orient, Prancois Burgat mengatakan bahwa biang keladi pertkaian barat dan Islam karena kesalahpahaman yang terus menerus di jadikan sebagai dalil dalam mengklaim sebuah kebenaran (Republika, 2011).

Lebih lanjut Burgat juga mengatakan bahwa solusi agar Barat tidak selalu salah paham dengan Islam, yaitu dengan memperbanyak dialog public soal peradaban Islam, dilain sisi Barat harus belajar tentang Islam melalui kitab klasik bahkan belajar Bahasa Arab dan kajian Al-Qur’an.

Baca Juga  Pendidikan Kolonial: Aksi Guru-Guru Transformatif

Sedangkan bagi Mohammad Abror sendiri ia sangat menitikberatkan kepada sikap yang bisa merusak citra dari Islam sendiri. menurutnya Islam mampu menunjukkan sikap yang menjelaskan keindahan Islam dengan memperbaiki perilaku indivdu dan secara kolektif (Abror, Jurnal Rusyfiah, 2020).

Islam Sebagai Moralitas

Justru Islam telah mengajarkan banyak nilai dalam kehidupan yang berbeda. Islam mengjarkan agar saling memberi, tolong menolog kepada seluruh umat manusia. bahkan umat Islam diberikan beban untuk mengembirakan kehidupan seluruh mahkluk di muka bumi ini.

Sehingga Islam bukanlah agama yang harus diperangi dan bukan pula agama yang harus ditakuti. justru Islam adalah agama yang membawa misi perubahan, pencerahan dengan sistem nilai, menghargai kehidupan manusia.

Asman
3 posts

About author
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *