Sebagaimana istri-istri nabi yang lain, pada hakikatnya semua memiliki keistimewaan masing-masing. Dan memang tidak patut untuk istri-istri Rasulullah diperbandingkan keistimewaan antara yang satu dengan yang lain. Salah satu istri Rasulullah yang memiliki keistimewaan yaitu Zainab binti Jahsy. Rasulullah menikahi Zainab berdasarkan ‘wahyu dari langit’, dan terekam abadi sebagai ayat al-Quran. Kisah ini juga diabadikan dalam Nisa’ fi hayat al-Anbiya’, karya Fathi’ Fawzi Abdul Muthi’.
Zainab binti Jahsy merupakan anak bibi dari Rasulullah SAW, dan mantan istri dari anak angkat Rasulullah SAW, Zaid bin Haritsah. Zaid sendiri merupakan mantan budak Rasulullah saat masih hidup bersama Khadijah. Di saat Khadijah telah meninggal dunia, Zaid tetap setia menemani kehidupan Rasulullah hingga beliau hijrah ke Madinah.
Zainab binti Jahsy dan Zaid bin Haritsah
Karena kedekatan inilah, Rasulullah SAW menikahkan Zaid dengan Zainab binti Jahsy. Pernikahan ini pada mulanya memang bukan pernikahan yang diinginkan oleh kedua mempelai. Bahkan Abdullah bin Jahsy, kakak dari Zainab, menolak terjadinya pernikahan ini karena menganggap pernikahan ini tidaklah sepadan.
Abdullah dan Zainab merupakan cucu dari Abdul Muthalib, pemuka bani Hasyim dan suku Quraisy. Mereka tidak ingin disejajarkan dengan istri pertama Zaid, Ummu Aiman, yang merupakan seorang budak.
Sebenarnya Zaid sendiri, merasa kurang pantas untuk mempersunting Zainab binti Jahsy dan berusaha menghindar dari perjodohan tersebut. Rasulullah sendiri, pada hakikatnya ingin menghapus kesenjangan status sosial tersebut dengan menikahkan keduanya. Namun apa daya, mereka tetap menolak hingga pada akhirnya turun ayat 36 dari Surat al-Ahzab, Allah berfirman,
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗوَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.”
Karena ketaatan mereka kepada Allah dan Rasulullah, maka keduanya bersedia menerima keputusan Rasulullah untuk dinikahkan, meski dengan berat hati. Semua yang mereka lakukan demi membuat hati Rasulullah senang dan tidak ingin mendurhakai beliau.
Zainab Cerai, Rasulullah Dilema
Tetapi, dari hari ke hari rumah tangga yang dibangun oleh Zaid dan Zainab binti Jahsy tidak menunjukan kebahagiaan sebagaimana layaknya pernikahan. Zaid yang telah berusaha keras membahagiakan Zainab, tampak sia-sia belaka. Zainab selalu menolak apa yang ditawarkan oleh Zaid. Ketika waktu terus berlalu, Zainab semakin hilang empati kepada Zaid, hingga Zainab pernah melontarkan kata-kata hingga membuat hati suaminya terluka.
Karena rasa tanggung jawab Rasulullah kepada keduanya, berkali-kali beliau menasehati keduanya agar saling memberi pengertian. Zaid untuk terus bersabar dengan istrinya tersebut, dan Zainab untuk terus merendahkan hatinya serta tunduk kepada suaminya. Tetapi memang berat untuk keduanya melanjutkan pernikahan tersebut, hingga akhirnya Zaid menceraikan Zainab binti Jahsy.
Rasulullah merasa bertanggung jawab atas keduanya, karena beliau yang memaksa keduanya untuk menjalin pernikahan. Terbesit dalam benak Rasulullah menikahi Zainab, karena merasa kasihan Zainab binti Jahsy yang menjadi sebatang kara, tanpa seorang anak dan suami.
Akan tetapi Rasulullah ragu mengungkapkannya karena khawatir nanti akan timbul fitnah jika Rasulullah menikahi Zainab, mantan istri dari anak angkatnya. Maka keinginan tersebut diurungkan oleh Rasulullah, hingga Malaikat Jibril datang membawa ayat yang merestui pernikahan keduanya yang berbunyi,
وَاِذْ تَقُوْلُ لِلَّذِيْٓ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ وَاَنْعَمْتَ عَلَيْهِ اَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللّٰهَ وَتُخْفِيْ فِيْ نَفْسِكَ مَا اللّٰهُ مُبْدِيْهِ وَتَخْشَى النَّاسَۚ وَاللّٰهُ اَحَقُّ اَنْ تَخْشٰىهُ ۗ فَلَمَّا قَضٰى زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًاۗ زَوَّجْنٰكَهَا لِكَيْ لَا يَكُوْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ حَرَجٌ فِيْٓ اَزْوَاجِ اَدْعِيَاۤىِٕهِمْ اِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًاۗ وَكَانَ اَمْرُ اللّٰهِ مَفْعُوْلًا
“Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, “Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah,” sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.” (QS. Al-Ahzab: 37).
***
Ayat di atas merupakan sesuatu yang istimewa karena Rasulullah dinikahkan langsung oleh Allah SWT. Ketika Zainab mendengar kabar ini, betapa gembira hatinya karena dipersunting oleh Rasulullah dan dinikahkan langsung oleh Allah SWT.
Sejak hari itu, Zainab binti Jahsy beserta dengan istri-istri Rasulullah yang lain, selalu mendampingi beliau baik susah maupun senang. Saat terjadi perang Khandaq, Zainab beserta istri-istri Rasulullah yang lain ikut membuat parit di Kota Madinah. Keistimewaan Zainab ini terjadi hingga akhir kehidupannya, menjadi istri Rasulullah yang pertama menyusul Rasulullah ke alam barzah.
Editor: Shidqi Mukhtasor