Diceritakan pada zaman Nabi Syu’aib As, ada kaum yang lebih memilih menyembah pohon dari pada beriman kepada Allah. Akibatnya, Allah menurunkan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang sangat dasyat yang menghancurkan kaum ini dalam semalam.
Nabi Syuaib as diperintahkan oleh Allah untuk berdakawah kepada sebuah kaum yang tinggal di daerah Madyan, kawasan yang berada di antara Hijaz dan Syam. Kaum ini terkenal dengan julukan Ashabul Aikah yang memiliki arti penyembah pohon.
Kisah ini diabadikan dalam QS. As-Syuara ayat 176, yang berbunyi;
كَذَّبَ اَصۡحٰبُ لْئَيۡكَةِ الۡمُرۡسَلِيۡن ١٧٦
Artinya: Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul.
Selain menyembah pohon mereka juga menyembah berhala yang mereka yakini sebagai peninggalan atau warisan nenek moyang. Nabi Syu’aib As tak henti-hentinya mengajak kaum Aikah meninggalakan sesembahan mereka yang tidak bisa memberi manfaat sedikitpun.
Dengan seruan “Wahai kaumku, sembahlah hanya kepada Allah SWT. Sesungguhnya tiada Tuhan sesembahan yang pantas kalian sembah selain diri-Nya”. Namun sayangnya, mereka tetap teguh pada keyakinan mereka.
Sebagaian besar masyarakat Kota Aikah berprofesi sebagai pedagang. Salah satu kebiasaan kaum Aikah yang masih sangat sulit di hilangkan yaitu mengurangi timbangan. Ketika musim panen telah tiba, mereka membeli barang sebanyak-banyaknya dengan harga yang sangat murah untuk ditimbun di gudang. Sebaliknya ketika datang musim pacelik (susah pangan) mereka akan mencekik pembeli dengan harga yang sangat mahal.
Ajakan Nabi Syu’aib As kepada Ashabul Aikah untuk Bertobat
Kemudian Nabi Syu’aib As berseru kepada kaumnya “Wahai penduduk Aikah, hentikahlah kebiasaan kalian menguragi hak-hak orang lain dalam timbangan kalian, sesungguhnya perbuatan itu sangat dibenci oleh Allah, seharusnya kalian bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan”. Hal ini pun diabadikan dalam QS. Al-Hud ayat 85, yang berbunyi;
وَيَا قَوْمِ أَوْفُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Artinya: Dan Syu’iab berkata; “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan secara adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak meraka dan janganlah kamu membuat kesrusakan di muka bumi dan membuat kerusakan”.
Di suatu pagi, Nabi Syu’aib As dihadang oleh kaumnya dengan seraya bertkata “Hai Syu’aib, apakah Tuhanmu yang melarang kami mengelola harta kami dengan cara yang kami kehendaki”. Kemudian Nabi Syu’aib As berkata “Wahai kaumku, aku hanya ingin memperbaiki perbuatan keji kalian, semua petunjuk yang aku ikuti semuanya dari Allah. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan hanya kepada-Nya aku kembali”.
Beliau pun mengingatkan kembali kepada kaumnya dengan menceritakan kaum-kaum yang terdahulu yang diazab oleh Allah karena kedurhakaanya. Tapi mereka hanya menjawabnya sambil tertawa “Wahai Syu’aib, cerita yang engkau omongkan itu hanyalah dongeng penghantar tidur yang sulit kami percaya”. Mendengar itu Nabi Syu’aib As merasa sangat sedih, beliau terus memikirkan nasib kaumnya yang sulit diajak melakukan kebaikan.
Namun begitu beliau tidak putus asa. Nabi Syu’aib As selalu berdoa kepada Allah agar kaumnya diberikan hidayah. Seraya berdoa, “Ya Allah, bukakanlah pintu hati mereka agar mau mengikuti ajaranku”.
Di antara kaum Aikah yang menentang ajaran Nabi Syu’aib As, ada sebagian orang yang mulai menyadari kesalahan mereka.
Mereka pun berbincang-boncang tentang persoalan ini, “Sepertinya apa yang dikatakan Nabi Syu’aib itu ada benarnya” …Ya, aku juga merasa begitu”…Kalau begitu, mari kita datangi rumah Nabi Syu’aib, agar kita mendapatkan pencerahan”.
***
Ketika kaum Aikah mengetahui ada sebagaian dari mereka yang mulai mengikuti ajaran Nabi Syu’aib As, mereka sangat marah “Apakah kalian ingin meninggalkan sesembahan nenek moyang kalian”. Mereka pun menjawab “Ya, kami sadar bahwa selama ini itu adalah perbuatan yang salah dan dibenci Allah SWT”.
Mereka berusaha menghalang-halangi untuk pergi ke rumah Nabi Syu’aib As. Mereka menghina, cacian keluar dari mulut mereka. Mereka sambil berkata kepada Nabi Syu’aib As dan pengikutnya, “Wahai Syu’aib, pergilah dari negeri Madyan ini beserta pengikutmu, dan kami tidak akan menyembah Allah jika engkau memang seorang rasul, maka mintalah kepada Allah agar diturunkan azab itu”.
Seperti yang disebutkan dalam QS. As-Syuara ayat 187, yang berbunyi;
فَاَسۡقِطۡ عَلَيۡنَا كِسَفًا مِّنَ السَّمَآءِ اِنۡ كُنۡتَ مِنَ الصّٰدِقِيۡنَ ۱۸۷
Artinya: Maka jatuhkanlah kepada kami gumpalan dari langit, jika engkau termasuk prang-orang yang benar.
Azab kepada Kaum Aikah
Perkataan itu menandakan kesombongan kaum Aikah, mereka lupa bahwa Allah maha dari segala sesuatu. Setelah itu, Nabi Syu’aib As, meninggalkan negeri Madyan berserta pengikutnya. Beberapa hari setelah kepergian Nabi Syu’aib As beserta pengikutnya, terjadi keanehan di langit.
Awan biru berubah menjadi hitam bergulung-gulung perlahan menangui negeri Madyan. Awan hitam itu menimbulkan hawa panas yang sangat menyengat hingga ke ubun-ubun mereka. Disusul dengan suara guntur yang mengeleggar dan genpa yang dasyat.
Seketika itu, binasahlah peradaban kaum Aikah karena azab Allah. Peristiwa ini diabadikan dalam QS. Al-‘Araf ayat 91, yang berbunyi;
فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ ٩١
Artinya: Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka.
Pesan Moral
Kita sebagai hamba Allah yang patuh dan taat, patutlah bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Baik itu di kala kita susah, maupun senang jangan lupa kepada-Nya.
Jangan pernah berbuat curang contohnya; dengan mengurangi takaran timbangan, karena secara tidak langsung kita mencuri hak-hak orang lain. Dan jangan berbuat sombong kepada siapapun. Apalagi, berkata-kata kotor yang membuat Allah murka, bisa jadi perkataan kita dikabulkan oleh Allah SWT. Wallahu’alam.
Editor: Yahya FR