Ibadah

Keutamaan Sepuluh Hari Pertama di Bulan Zulhijah

4 Mins read

Sepuluh Hari Pertama yang Istimewa

Dalam Islam, dari kedua belas bulan hijriah yang ada, terdapat empat bulan haram atau mulia yang salah satunya adalah Bulan Zulhijah. Hal tersebut terdapat pada QS. At-Taubah: 36 dan hadis Rasulullah. Pada bulan yang dimuliakan tersebut, segala perbuatan baik akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah. Keutamaan tersebut pastinya juga berlaku pada Bulan Zulhijah sebagai salah satu dari keempat bulan mulia. Bahkan dalam kemuliaan Bulan Zulhijah, masih terdapat kemuliaan pada beberapa hari di dalamnya.

Sebuah hadis menjelaskan keutamaan sepuluh hari pertama Bulan Zulhijah dimana Allah akan lebih mencintai dan melipat gandakan pahala dari perbuatan baik seorang hamba. Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Zulhijah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.“ (HR. Abu Daud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Hadis di atas menjelaskan bahwa perbuatan baik apapun yang dilakukan pada sepuluh hari pertama Bulan Zulhijah akan mengalahkan pahala berjihad. Pahala jihad baru akan bisa mengalahkan perbuatan baik apapun di waktu itu jika seorang telah menghabiskan harta untuk bekal berjihad dan ia wafat di dalam jihad.

Betapa utamanya waktu tersebut dimana kita dapat melakukan perbuatan baik dari yang  sederhana semisal baca Al-Quran, mengucap zikir, membuang sampah pada tempatnya, membantu orang tua, membaca buku, dan masih banyak perbuatan baik lainnya yang mana akan nilainya akan mengalahkan pahala dari berjihad. Bukan hanya itu, Allah juga akan memberikan lebih cinta-Nya bagi mereka yang melakukan perbuatan baik. Bayangkan saja mendapat banyak cinta dari Sang Maha Cinta.

Baca Juga  Keabsahan Imam Perempuan untuk Jamaah Laki-laki

Jika kita mengenal keutamaan dan kemuliaan sepuluh malam terakhir pada Bulan Ramadan, maka siang atau hari-hari yang memiliki keutamaan lebih terdapat pada sepuluh hari pertama Bulan Zulhijah. Sepuluh malam terakhir bulan Ramadan lebih utama dari sepuluh malam pertama dari bulan Zulhijjah. Dan sepuluh hari pertama Zulhijah lebih utama dari sepuluh hari terakhir Ramadan.

Begitulah kiranya poin yang Ibnu Qayyim al-Jauziyah tentang penjelasan dari surat Al-Fajr ayat kedua yang artinya, “Dan demi malam yang sepuluh.” Kata malam dalam Al-Quran  terkadang dalam kondisi tertentu juga memiliki pengertian hari. Maka dengan beberapa penjelasan dan tafsir yang ada maka Ibnu Qayyim memberikan penjelasan seperti yang telah disampaikan diatas.

Amalan Sepuluh Hari Pertama Bulan Zulhijah

Terdapat beberapa amalan yang dapat dilakukan pada sepuluh hari pertama Bulan Zulhijah selain berkurban ataupun ibadah haji. Pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijah juga dianjurkan untuk memperbanyak zikir. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari sebuah ayat dimana Allah berfirman,” Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan…” (QS. Al Hajj: 28)

Para ulama memberikan penjelasan bahwa hari-hari yang telah ditentukan adalah sepuluh hari pertama Zulhijah. Pada hari-hari tersebut kita sangat dianjurkan untuk memperbnayak berzikir sesuai kemampuan kita seperti dengan tasbih, tahlil, istigfar, atau yang sejenisnya. Begitu juga takbir sebagaimana hari raya, dapat dimulai sejak subuh 9 Zulhijah hingga asar 13 Zulhijah.

Pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, Rasulullah mengamalkan selama sembilan hari yang ada untuk berpuasa. Diriwayatkan dalam sebuah hadis, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Zulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya.” (HR. Abu Daud) Bahkan pada 9 Zulhijah sebagai hari Arafah sangat dianjurkan untuk berpuasa.

Baca Juga  Inilah Khittah Muhammadiyah Tahun 1956-1959

Selain beberapa amalan di atas, kita dapat melakukan berbagai perbuatan baik yang kita mampu. Selain perbuatan baik dalam  beribadah ritual dengan salat sunah, berzikir, membaca Al-Quran , bertaubat atau berpuasa. Tidak boleh dilupakan pula bahwa perbuatan baik yang dapat bernilai ibadah juga bisa diraih dengan berhubungan baik sesama manusia serta tak ketinggalan juga berhubungan baik dengan alam semesta.

Hari Arafah dan Keutamaanya  

Dari sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, terdapat satu hari yang memiliki banyak keutamaan. Hari tersebut adalah hari Arafah yang bertepatan dengan 9 Zulhijah.

Rasulullah bersabda, “Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim)

Pada hari Arafah juga terdapat anjuran untuk berpuasa. Ketika kita tidak mampu untuk berpuasa sembilan hari, maka sangat dianjurkan untuk tidak tertinggal untuk berpuasa pada hari Arafah karena memiliki keutamaan yang sangat besar.  Rasulullah bersabda, ”Puasa Arafah (9 Zulhijah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang…” (HR. Muslim)

Hari Arafah juga menjadi salah satu waktu mustajab dimana menjadi waktu terbaik untuk meminta kepada Allah. Rasulullah bersabda,  “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi). Betapa mulianya waktu tersebut dimana menjadi waktu terbaik dalam berdoa, terlebih bersamaan dengan puasa dan memperbanyak perbuatan baik.

Kapan Sepuluh Hari Pertama Bulan Zulhijah?

Terlepas dari kapan Arab Saudi sebagai tempat terselenggaranya ibadah haji, di Indonesia sendiri pada tahun ini terdapat potensi adanya perbedaan terkait Iduladha. Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan metode hisab telah menetapkan bahwa 1 Zulhijah 1444 H akan jatuh pada Senin, 19 Mei 2023. Dengan hal tersebut maka hari Arafah (9 Zulhijah 1444 H) akan jatuh pada Selasa, 27 Juni 2023 dan Iduladha (10 Zulhijah 1444 H) akan bertepatan dengan Rabu, 28 Juni 2023.

Baca Juga  Pancasila Bukan Hadiah Umat Islam

Sedangkan Kementerian Agama Republik Indonesia secara resmi baru akan menetapkan Iduladha yang berdasarkan metode rukyat pada Minggu, 18 Juni 2023. Menurut para ahli, Iduladha kali ini diperkirakan akan berbeda dengan Muhammadiyah. Hal tersebut terjadi karena perbedaan metode dan standar yang ditetapkan masing-masing. Maka dimungkinkan Kementerian Agama akan menetapkan 1 Zulhijah 1444 H jatuh pada Selasa, 20 Juni 2023, maka hari Arafah pada Rabu, 28 Juni 2023 dan Iduladha pada Kamis, 29 Juni 2023.

Dalam Islam perbedaan adalah hal yang wajar dan sudah sejak lama terjadi. Maka dengan itu, justru adanya perbedaan ini kita dapat menambah perbuatan baik di sepuluh hari pertama Zulhijah yang penuh keutamaan itu dengan saling menghargai dan bertoleransi. Hal tersebut akan lebih baik daripada saling menyalahkan satu dengan lainnya. Allah tidak melarang perbedaan tapi Allah melarang perpecahan dan permusuhan.

Editor: Soleh

Kemal Pasha Wijaya
18 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Ibadah

Mengapa Kita Tidak Bisa Khusyuk Saat Salat?

3 Mins read
Salat merupakan ibadah wajib bagi umat Islam. Di dalam Islam, salat termasuk sebagai rukun Islam yang kedua. Sebab, tanpa terlebih dahulu mengimani…
Ibadah

Empat Tingkatan Orang Mengerjakan Shalat, Kamu yang Mana?

4 Mins read
Salah satu barometer kesalehan seorang hamba dapat dilihat dari shalatnya. Dikatakan oleh para ulama, bahwa shalat itu undangan dari Allah untuk menghadap-Nya….
Ibadah

Sunah Nabi: Hemat Air Sekalipun untuk Ibadah!

3 Mins read
Keutamaan Ibadah Wudu Bagi umat Islam, wudu merupakan bagian dari ibadah harian yang selalu dilakukan terutama ketika akan melaksanakan salat. Menurut syariat,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds