Oleh: Djarnawi Hadikusuma
Dalam Kongres ke-26 suara dari ranting-ranting lebih banyak tertuju pada trio KH Hisyam, KH Mocktar, dan KH Syuja’ yang justru tidak diingini oleh angkatan muda. Ada sesuatu yang ganjil, yakni ayah Pak Yunus Anis, yaitu HM Anis mendapat suara banyak termasuk anggota terpilih. Itu karena oleh ranting disangka bahwa dia itu Pak Yunus Anis yang terkenal.
Musyawarah Angkatan Muda
Dalam musyawarah angkatan muda yang juga dihadiri oleh Konsul Sutan Mansur, Tjitrosoewarno, dan Meeljadi Djojomartono, susunan Pengurus Besar dibicarakan panjang lebar dan ditinjau dari segala segi. Dalam salah satu musyawarahnya, tiga tokoh yang menjadi persoalan juga diundang.
Musyawarah berlangsung dengan baik, dijiwai oleh keikhlasan dan keterbukaan. Kelihatan dan terasa benar persaudaraan yang hakikatnya masih erat mengikat kedua belah pihak yang berselisih. Tergambar dengan utuh rasa ukhuwwah yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan.
Tiga tokoh tersebut menyatakan dengan tulus hati kesediaannya mengundurkan diri karena mereka bekerja dalam Muhammadiyah bukan untuk kedudukan. Juga bukan karena jabatan dan bukan pula sumber penghasilan, melainkan amal dan jihad demi Allah semata-mata. Jika Muhammadiyah tidak memakai mereka sebagai anggota Pengurus Besar, mereka bersedia ditempatkan di mana pun dalam gerakan Muhammadiyah.
Alangkah leganya mereka yang hadir. Tarikan nafas panjang terdengar dalam ruangan. Selanjutnya tahap kedua ialah membentuk calon-calon anggota Pengurus Besar dan menentukan calon ketuanya.
Lobi-lobi Jelang Kongres ke-26
Ki Bagus mempunyai watak seperti KH Mas Mansur, tidak suka namanya menonjol. Di samping itu, mungkin dia khawatir disangka orang bahwa tindakannya memimpin anak-anak muda itu karena dia sendiri ingin menjadi ketua. Dia hanya meminta agar nanti H Moehadi diikutsertakan dalam susunan Pengurus Besar.
Moehadi adalah seorang muda yang alim dan muballigh yang rajin lagi seorang pengusaha batik yang dermawan. Pengusaha dunia-akhirat. Permintaan Ki Bagus tersebut akhirnya diluluskan.
Kemudian, mereka meminta kepada H Hadjid, tetapi ulama ini juga menolak. Akhirnya, mereka memutuskan untuk KH Mas Mansur (Konsul Daerah Surabaya) supaya menerima jabatan Ketua Pengurus Besar yang akan dibentuk.
Ketika Mansur Meyakinkan Mansur
KH Mas Mansur pun sempat menolak dengan rendah hati. Katanya, dirinya amat lemah. Kurang iman dan ilmu tidak cukup. Kalau Ki Bagus menolak, lebih baik Sutan Mansur saja. Dia orang kuat, berwibawa, dan berilmu.
Misi yang tidak berhasil itu dibawa kembali kepada musyawarah. Sekarang, Sutan Mansur-lah yang diutus menemui KH Mas Mansur ini. Sutan Mansur berhasil meyakinkan Mas Mansur yang lalu bersedia menjadi Ketua Pengurus Besar tetapi dengan syarat: Wakil Ketuanya harus Ki Bagus.
Dengan syarat itu, terpaksalah Ki Bagus sendiri menemui KH Mas Mansur dan mengatakan ketidaksediaannya menjadi anggota Pengurus Besar. Selanjutnya, Ki Bagus meminta agar KH Mas Mansur mau menerima H Ahmad Badawi sebagai Wakil Ketua. Dikatakannya bahwa Badawi masih muda dan bergairah, alim serta penuh keikhlasan.
Setelah KH Mas Mansur bertemu dan berunding sendiri dengan orang yang diinginkannya menjadi Wakil Ketua, akhirnya bersedia menjadi Ketua Pengurus Besar dengan wakil H Ahmad Badawi. Maka cerahlah suasana seketika hilanglah kabut kemelut yang telah sekian lama menghantui. (Bersambung)
Sumber: Matahari-matahari Muhammadiyah karya Djarnawi Hadikusuma.
Editor: Arif