Tasawuf

Kognitif Hati: Lokomotif Spiritual Pembentuk Karakter

5 Mins read

Qalb bermakna membalik, kembali, maju-mundur, naik-turun, berubah-ubah. Kata itu digunakan untuk menamai bagian dalam dari manusia yang menjadi sentral diri manusia itu sendiri, yang kita terjemahkan hati (Ali, 2002: 77).\

Dua Kategori Qalb

Al-Ghazali (w. 505 H), dari kalangan sufi, mencoba menjelaskan pengertian qalb dengan terlebih dahulu membuat dua kategori. Pertama, qalb dalam pengertian fisik, yaitu segumpal daging sebagai organ tubuh yang terletak pada bagian kiri rongga dada dan merupakan sentral peredaran darah; di mana darah itu pula yang membawa kehidupan. Al-Ghazali mengatakan, hati dalam kategori pertama ini adalah hati biologis yang menjadi objek kajian para ahli kesehatan. Kedua, qalb dalam pengertian lathifah rabbaniyyah ruhaniyyah, ‘sesuatu yang halus, yang memiliki sifat ketuhanan dan keruhanian’ (Al-Ghazali, 1939: 3).

Dari pengertian dan kategori hati di atas, psikologi manusia berubah-ubah seperti; senang, bahagia, susah, sedih, marah, benci, cinta, rindu, galau, duka cita, suka cita, dan lain sebagainya.

Jika fisik kita memiliki indra lahir, maka rohani memiliki indra batin. Dengan indra batin itulah, kita melihat yang tak dapat dilihat oleh penglihatan lahir, mendengar yang tak terdengar oleh pendengaran lahir, dan seterusnya. Jika indra lahir menghadap kepada dunia material, indra batin menghadap kepada dunia metafisik. Orang yang senantiasa menyucikan batinnya, niscaya hatinya akan bersih dan indra batinnya akan lebih tajam. Kebeningan hati menyebabkan hilangnya kabut-kabut penghalang (hijab) antara sufi dan Tuhannya, yang biasa disebut kasyf, sehingga sufi dapat menyaksikan Tuhan dengan mata batinnya (musyahadah) dan merasa tenggelam dalam ketuhanan (Ali, 2002: 78).

Jika dipahami lebih dalam, kategori hati (qalb) yang kedua yakni lathifah rabbaniyyah ruhaniyyah, ‘sesuatu yang halus, yang memiliki sifat ketuhanan dan keruhanian’ itulah yang menjadi “lokomotif” spiritual yang membentuk karakter seseorang.

Hati Sebagai Pembentuk Karakter Seseorang

Adapun beberapa alasan mengapa kognitif hati sebagai lokomotif spiritual pembentuk karakter seseorang, antara lain:

Pertama, hati memiliki peran kognitif, karena qalb juga diidentikkan dengan ‘aql (akal dengan fungsi berfikir dan memahami/fungsi kognitif). Seperti firman Sang Maha Cinta Agung:

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS. Al-Hajj {22}: 46)

Baca Juga  Bukan dengan Qunut, Ini Cara Muhammadiyah Hadapi Corona

Kedua, hati mampu merasakan gejala kejiwaan (psikologis), karena qalb juga diidentikkan dengan nafs (jiwa). Sebagaimana firman Sang Maha Cinta Agung:

Hai jiwa yang tenang. (27) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. (28)(QS Al-Fajr {89}: 27-28)

Ketiga, hati bersifat rohaniah, karena qalb juga identik dengan ruh. Seperti firman Sang Maha Cinta Agung:

(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. (QS. Al-Ahzab {30}: 10).

Maksudnya dari kata hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan ialah menggambarkan bagaimana hebatnya perasaan takut dan perasaan gentar pada waktu itu.

Keempat, hati menentukan ke arah mana laku perbuatan manusia. Sebagaimana firman Sang Maha Cinta Agung:

“…Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Ahzab {33}: 5)

***

Kelima, Allah memberikan penilaian autentisitas seseorang dari hati dan perilakunya. Seperti sabda Sang Pembawa Risalah Cinta Agung:

Sesungguhnya Allah tidak memandang bentuk dan tubuhmu, tetapi Dia memperhatikan hati perbuatanmu. (HR. Muslim)

Dikarenakan kognitif hati sangat berperan sebagai lokomotif spiritual dalam membetuk karakter seseorang, sehingga Allah sangat memperhatikan hati semua manusia, karena itulah yang menjadi hakikat manusia di hadirat-Nya.

Berbedanya suasana hati seseorang dengan orang lain, adalah dikarenakan sejauhmana usaha dan upayanya dalam pertobatan dengan penyucian hati (tazkiyatunnafs) kepada Allah Swt. Perbedaan ‘iklim’ dan ‘cuaca’ hati menyebabkan karakter seseorang berbeda-beda. Dan, posisi (maqam)nya pun berbeda-beda pula di hadirat Allah.

Upaya Menjaga Kognitif Hati

Adapun usaha dan upaya manusia untuk menjaga kognitif hati supaya tetap menjadi lokomotif spiritual dalam pembentukan karakter akhlak mulia pada dirinya, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

Baca Juga  Mitologi Yunani-Romawi: Ketidakilmiahan Kalender Miladiyah

Pertama, istikamah dalam tazkiyatunnafs, karena tabiat hati (qalb) berubah-ubah. Sebagaimana firman Sang Maha Cinta Agung:

Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (QS. Al-An’am {6}: 110)

Kedua, Allah lah yang memberi ‘cahaya’ (nur) atau petunjuk (kesadaran imani) kepada siapa yang dikehendakinya. Seperti firman Sang Maha Cinta Agung:

Ketiga, waspada pada siasat (bisikan) setan yang merusak ‘iklim’ dan ‘cuaca’ atau suasana hati. Sebagaimana firman Sang Maha Cinta Agung:

Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, setan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. (QS. Muhammad {47}: 25)

Keempat, karakter akhlak mulia rusak karena tipu muslihat setan, kecuali hanya para Nabi dan Rasul yang terpelihara dari kesalahan. Seperti firman Sang Maha Cinta Agung:

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-nya. dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,(QS. Al-Hajj {22}: 52)

Kelima, karakter akhlak mulia rusak bila hati kotor dan berpenyakit. Sebagaimana firman Sang Maha Cinta Agung:

Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, (QS. Al-Hajj {22}: 53)

***

Keenam, kerugian besar bagi yang mengotori hatinya. Seperti firman Sang Maha Cinta Agung:

Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Syams {91}: 10)

Ketujuh, hati terkunci mati bagi yang mengotorinya. Sebagaimana firman Sang Maha Cinta Agung:

Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)? (QS. Al-A’raf {7}: 100)

Baca Juga  Tiga Hikmah Penentuan Bulan Qamariyah dalam Agama Islam

Kedelapan, kebahagian terletak pada hati yang disucikan (tazkiyatunnafs). Seperti firman Sang Maha Cinta Agung:

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (QS. Asy-Syams {91}: 9).

Kesembilan, keberuntungan bagi yang tazkiyatunnafs dan zikrullah. Sebagaimana firman Sang

Maha Cinta Agung:

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman).(14) Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.(15) (QS. Al-A’la {87}: 14-15)

Kesepuluh, zikir sarana menentramkan hati dan meningkatkan kognitif hati. Seperti firman Sang Maha Cinta Agung:

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar-Rad {13}: 28)

Kesebelas, kognitif hati menjadi lokomotif spiritual yang membentuk karakter seseorang sehingga menjadi hanif. Sebagaimana firman Sang Maha Cinta Agung:

Dan Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah, (8) Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat (9) Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran. (10) (QS. Al-A’la {87}: 8-10)

Maksudnya kalimat Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah, adalahjalan yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Keduabelas, kesadaran imani-ilmi-amali sebagai kognitif hati yang tercerahi petunjukNya. Seperti firman Sang Maha Cinta Agung:

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An’am {6}: 82)

Ketigabelas, menjadikan Allah sebagai penjaga kognitif hati. Sebagaimana firman Sang Maha Cinta Agung:

Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga”. (QS. Al-Isra {17}: 65)

***

Dari penjelasan di atas sangat jelas, bahwa kognitif hati merupakan lokomotif spiritual yang mampu membentuk karakter seseorang. Semakin tinggi tinkat intensitas manusia dalam tazkiyatunnafs dan zikrullah, maka semakin tinggi kualitas kepribadiannya, serta semakin berkarakter (akhlak mulia) dalam kehidupannya, begitu pula sebaliknya.

Semoga kita mampu menjaga kognitif hati untuk tetap mampu menjadi lokomotif spiritual yang membentuk karakter kita masing-masing. Hanya dengan kesadaran imani-ilmi-amali, tazkiyatunnafs dan zikrullah menjadikan ‘suplemen’ menjaga kognitif hati. Wallahua’lam bishshawab.

Editor: Yahya FR

Avatar
62 posts

About author
Alumnus Program Pascasarjana (PPs) IAIN Kerinci Program Studi Pendidikan Agama Islam dengan Kosentrasi Studi Pendidikan Karakter. Pendiri Lembaga Pengkajian Islam dan Kebudayaan (LAPIK Center). Aktif sebagai penulis, aktivis kemanusiaan, dan kerukunan antar umat beragama di akar rumput di bawah kaki Gunung Kerinci-Jambi. Pernah mengikuti pelatihan di Lembaga Pendidikan Wartawan Islam “Ummul Quro” Semarang.
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds