Perspektif

Kongres Ricuh, Ada Apa dengan PAN?

4 Mins read

Kongres ke-5 PAN di kendari di warnai kericuhan. Hal itu sangat menyita perhatian publik. Ada empat kandidat calon ketua umum PAN, yaitu Zulkifli Hasan, Asman Abnur, Mulfachri Harahap, dan Drajat Wibowo.

Dua kandidat bersaing ketat yakni, Zulkifli Hasan dan Mulfachri Harahap. Setelah pemilihan berakhir, dimenangkan oleh Zulkifli Hasan sebagai Ketua Umum terpilih untuk periode 2020-2025.

Untuk kali ini, Zulkifli Hasan memecahkan rekor bisa dua periode menjadi ketua umum PAN. Di mana, tradisi PAN hanya satu periode dan baru kali ini dukungan Tokoh PAN Amin Rais, Mulfachri Harahap kalah dalam kongres, pada kongres PAN ke V di Kendari.

Hatta Rajasa pun pernah maju lagi kandidat Calon Ketua Umum PAN pada kongres di Bali. Pada saat itu Amin Rais mendukung Zulkifli Hasan sukses menduduki Ketua Umum pada kongres tersebut. Tetapi pada kali ini, Zulkifli Hasan justru mengangkat Hatta Rajasa menjadi Dewan Pertimbangan Partai.

Memang di dalam politik, tidak mengenal siapa kawan, lawan, saudara, ataupun besan. Lalu bagaimana nasib Amin Rais setelah ini selaku Pendiri dan tokoh PAN paling berpengaruh?

Nasib Amien Rais

Saya sendiri termasuk pengagum Amin Rais. Karena yang pertama, ia tokoh Muhammadiyah. Yang kedua, saya menyukai karya-karya nya seperti, Tauhid Sosial, Agenda Selamatkan Indonesia, dan tentunya masih banyak gagasan-gagasan yang menarik untuk di ikuti.

Banyak yang menyukai dan tidak sedikit pula yang membenci karena kontroversinya dalam menyikapi politik khususnya saat pilpres, seperti istilah perang badar serta partai setan dan partai Allah, banyak yang mencaci dengan sebutan sengkuni dan bukan tokoh Reformasi.

Tidak beda halnya dengan Gus Dur di partai PKB yang pada saat itu mengalami konflik internal partai dengan Matori Abdul Jalil dan Muhaimin Iskandar. Gus Dur pun tersingkir. Publik sangat jelas melihatya seperti itulah dinamika politik, memang kisah Amin Rais dan Gus Dur berbeda konteks tetapi seperti itulah dinamika politik.

Baca Juga  Setelah Dwiwindu Bom Bali (3): Partisipasi Kontraterorisme

Walaupun saat Gus Dur lengser dari kursi presiden, Amin Rais lah pada saat itu yang menduduki Ketua MPR RI. Tetapi Amin Rais juga mempunyai peran dalam pengangkatan Gus Dur sebagai Presiden, nama Amin Rais dan Megawati juga di sebut-sebut oleh Gus Dur saat diwawancarai di Kick And.

Tetapi yang paling dibenci adalah Soeharto, katanya. Amin Rais sendiri Gagal dalam Pilpres 2004 saat berpasangan dengan Siswono Yudho Husodo dan dimenangkan oleh SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla.

Dinamika Politik PAN

21 tahun sudah PAN mewarnai jagad politik Indonesia. Awalnya, partai yang di didirikan Amien Rais itu bernama Partai Amanat Bangsa. Namun, saat deklarasi resmi pada 23 Agustus 1998, berganti nama menjadi Partai Amanat Nasional (PAN).

Amien Rais yang kala itu menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sukses menarik banyak kader Muhammadiyah untuk bergabung ke PAN. Kelahiran PAN berawal dari Majelis Amanat Rakyat (MARA) yang dibentuk tanggal 14 Mei 1998 atau hanya beberapa hari sebelum Soeharto lengser.

Pada saat detik-detik akhir kekuasaan orde baru, Amin Rais dengan gagahnya mengikat kepalanya yang bertuliskan Reformasi serta berorasi dengan lantang di depan para demonstran pada tahun 1998. Akhirnya Soeharto bersedia turun dari jabatannya sebagai presiden oleh karena itu.

Banyak yang menjuluki Amin Rais sebagai Bapak Reformasi walaupun sampai saat tidak sedikit yang membencinya karena seringnya melakukan kontroversi di depan publik dalam menyikapi situasi politik yang ada dengan cenderung kritis.

Berdirinya PAN digagas oleh beberapa tokoh nasional, termasuk Amien Rais. MARA diharapkan bisa menjadi motor perjuangan bagi keadilan dan demokrasi di Indonesia.

PAN, dan Muhammadiyah

Berakhirnya Orde Baru melahirkan kembali dinamika perpolitikan di tubuh Muhammadiyah. Dalam Sidang Tanwir di Semarang pada 5-7 Juli 1998 yang dihadiri seluruh jajaran pimpinan dari tingkat pusat hingga provinsi, menguat desakan agar Muhammadiyah tampil di panggung politik, atau setidaknya membidani lahirnya sebuah partai politik.

Baca Juga  Kristen Mesir: Mereka Bersorban, Bertasbih, dan Berjubah

Hasil Sidang Tanwir itu menegaskan, Muhammadiyah tetap tidak akan berpolitik praktis sesuai dengan keputusan Muktamar 1971 di Makassar. Namun, Muhammadiyah membebaskan anggotanya untuk menentukan pilihan dan berpartisipasi dalam setiap perhelatan politik di tanah air.

Dari sinilah, PAN lantas digagas sebagai salah satu pilihan wadah aspirasi politik warga Muhammadiyah kendati terbuka pula untuk semua kalangan. PAN tampaknya sekaligus menjadi puncak hasrat politik Amin Rais yang pada tahun 1998 itu juga masih menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Setelah mendirikan PAN, Amin Rais mundur dari Ketua PP Muhammadiyah dan digantikan oleh Ahmad Syafii Ma’arif.

Sepak Terjang PAN

Kiprah PAN di panggung politik Indonesia masih berlanjut hingga kini. Diawali dengan kontestasi Pemilu 1999, PAN  kembali bertarung dengan 13 parpol lainnya pada Pemilu 2019 dengan nomor urut 12.

PAN pertama kali ikut pemilu pada 1999. Saat itu, PAN meraih 7,4 persen suara dan berhak memperoleh 34 kursi di DPR. Meski hanya memperoleh 34 kursi DPR, PAN mampu menjadi motor utama dalam koalisi partai-partai Islam yang dikenal dengan istilah poros tengah.

Pada Pemilu 2004, PAN meraih 6,4 persen dan mendapatkan 53 kursi DPR. Sementara itu, pada pemilihan Presiden 2004, PAN yang mengusung Amien Rais sebagai calon presiden berpasangan dengan Siswono Yudo Husodo sebagai calon wakil presiden.

Pasangan ini hanya sampai pada putaran pertama dengan raihan 14,66 persen suara.  Pada Pemilu 2009, PAN meraih 6 persen suara dan mendapatkan 43 kursi DPR. Lalu meningkat pada Pemilu 2014 PAN dengan 7,6 persen suara dan mendapatkan 48 kursi DPR.

Pada Pemilihan Presiden 2014, PAN mengusung ketua umumnya, Hatta Rajasa, sebagai cawapres berpasangan dengan Ketua Dewan Pembina (sekarang ketua umum) Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Baca Juga  Bagaimana Posisi Perempuan dalam Ruang Politik Kita?

Pasangan Prabowo-Hatta kalah dari Joko Widodo-Jusuf Kalla.  Pada Pemilu 2019, perolehan suara PAN 6,84 % suara dan mensdapatkan 44 kursi DPR, PAN merapat ke koalisi Adil Makmur dengan mendukung Prabowo-sandi.

Pada pemilu 2019, jumlah anggota legislatif dari PAN berkurang dan berdampak pada sebagian daerah juga, di provinsi tempat saya tinggal, yakni Jawa Tengah, tidak ada satupun Caleg DPR-RI dari PAN yang terpilih alias Nol. Di kabupaten tempat tinggal saya, juga tidak ada satupun Caleg PAN yang terpilih.

Berati tidak ada wakilnya di DPRD dari Partai PAN. Jika dibandingkan dengan Partai Reformasi lainnya, contohnya PKB, PKS, ataupun jika dibandingkan dengan Partai Pasca Reformasi seperti Gerindra dan Nasdem, PAN masih kalah suaranya.

Ada Apa dengan PAN?

Ada apa dengan PAN yang dikenal dengan partainya warga Muhammadiyah?Memang tidak semua warga Muhammadiyah memilih partai PAN. Tapi lahirnya PAN diinisiasi oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta menggunakan jaringan Muhammadiyah sampai daerah, cabang, bahkan ranting.

Di kolom group media sosial  Muhammadiyah, banyak komentar bernada kecewa saat ada berita hasil kongres PAN serta banyak yang berkomentar “Selamat tinggal PAN”.

Ada pula yang menyebut berpindah ke partai tertentu. Dengan kalahnya dukungan Amin Rais, tentu akan berpengaruh pada dukungan warga Muhammadiyah terhadap PAN. Banyak juga simpatisan PAN yang kecewa pada tahun 2019 karena PAN mengalami penurunan dari pusat hingga daerah, khususnya di daerah Jawa.

Untuk kedepannya, semoga Zulkifli Hasan membawa PAN lebih dekat dengan Muhammadiyah dan mendengarkan Aspirasi para pendukung PAN sampai Akar Rumput.

Agar PAN menjadi lebih baik kedepannya serta bisa membuat strategi baru untuk PAN agar bisa mengambil hati masyarakat indonesia pada umumnnya, warga Muhammadiyah pada khususnya. Kedepan PAN harus Berjaya!

Editor: Yahya FR
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds