Islam Cordoba I Bicara mengenai peradaban Islam di Eropa, tentulah kita tidak akan lepas dari Negara Andalusia (Sekarang Spanyol). Dalam sejarahnya Andalusia merupakan jembatan utama peradaban Islam dan pintu penting untuk proses transfer peradaban Islam ke Eropa. Hal itu tentu mencakup berbagai bidang, baik ilmiah, pemikiran, sosial, ekonomi dan lain sebagainya.
Karenanya tidaklah heran, bahwa Andalusia menjadi salah satu mimbar pencerahan peradaban dunia selama kurang lebih delapan abad (92-897 H./ l7ll -I492 M), tentu hal tersebut berkat keberadaan, kontribusi serta pembebasan oleh kaum muslimin. Lain daripada itu, kendatipun di tengah lemahnya kondisi politik Islam pada masa akhir pemerintahannya dan munculnya kerajaan-kerajaan kelompok Andalusia, ia (Andalusia) masih tetap dengan peran utamanya yaitu melakukan berbagai pencerahan baik melalui universitas, sekolah, perpustakaan, industri, istana, taman, ilmuwan, dan sastrawan-sastrawan sehingga Andalusia menjadi pusat perhatian orang-orang Eropa yang memiliki hubungan kuat dan terus menerus dengannya.
Selain itu, jika membahas mengenai suatu negara tentu tak lepas dari kota yang terdapat di dalamnya. Salah satu kota yang mengagungkan dan menjadi perhatian dunia pada saat itu adalah kota Cordoba, sampai-sampai para turis yang datang dari utara merasakan kekhusyukan dan kewibawaan kota yang memiliki tujuh puluh perpustakaan dan sembilan ratus pemandian umum itu.
Terlebih ketika para kota Lyon, Nevar, dan Barcelona membutuhkan ahli bedah, insinyur, arsitek bangunan, penjahit pakaian, atau ahli musik, maka mereka langsung menuju ke kota Cordoba. Itulah kesaksian salah satu orang Barat terhadap kota Cordoba pada abad keempat Hijriyah (10 M). Dia adalah J. Brand Trend.
Letak Geografi dan Sejarah Cordoba
Kota Cordoba terletak di sungai Al-Wadi Al-Kabir di bagian selatan Spanyol. Mausu’ah Al-Maurid Al-Haditsh mencatat sejarah kota Cordoba. Ia mengatakan, “Kota Cordoba diyakini didirikan oleh bangsa Cordoba
dan tunduk kepada pemerintahan Romawi dan Visigoth.” Kota Cordoba ditaklukkan oleh panglima Islam yang masyhur Thariq bin Ziyad, pada tahun 93 H. l7ll M. Sejak saat itu kota Cordoba memulai tatanan hidup baru dan mengukir sejarah yang sangat penting dalam sejarah peradaban umat manusia. Bintang Cordoba mulai muncul sebagai kota peradaban dunia, terlebih tahun 138 H./7 59 M.
Ketika Abdurrahman Ad-Dakhil (singa Quraisy) mendirikan daulah Umayyah di Andalusia setelah runtuh di Damaskus di tangan para pemimpin Abbasiyah. Pada masa Abdurrahman An-Nashir, Khalifah Umayyah pertama di Andalusia, kemudian putranya Al-Hakam Al-Mustanshir, kota Cordoba mencapai puncak kemajuannya dan masa keemasannya. Terlebih kota Cordoba dijadikan sebagai ibu kota Daulah Umayyah dan tempat istana khalifah umat Islam di dunia Barat.
Pada masa ini kota Cordoba juga dijadikan sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban dunia sehingga menyaingi Konstantinopel ibu kota imperatur Bizantium di benua Eropa, kota Baghdad ibu kota Daulah Abbasiyah di Timur, kota Kairawan dan Kairo di Afrika. Orang-orang Eropa pun menyebutnya dengan ‘Mutiara Dunia’. Perhatian Dinasti Umayyah terhadap kota Cordoba mencakup berbagai sisi kehidupan di dalamnya, seperti: pertanian, perindustrian, pembangunan benteng-benteng, pembuatan senjata, dan lain sebagainya. Mereka juga membuat aliran-aliran air dan mengimpor berbagai macam pohon dan tanaman buah untuk ditanam di sana.
Tanda-tanda Peradaban Islam Cordoba
Jembatan Cordoba
Termasuk keistimewaan kota Cordoba adalah jembatan Cordoba yang letaknya ada di sungai Al-Wadi Al-Kabir. Jembatan ini dikenal dengan nama Al-Jisr dan Qantharah Ad-Dahr. Panjangnya sekitar empat ratus meter, lebarnya empat puluh meter, dan tingginya tiga puluh meter. Ibnu Al-Wardi dan Al-Idrisi memberikan kesaksian bahwa jembatan tersebut melebihi jembatan-jembatan yang lain dari segi kemegahan bangunan dan kecanggihannya.
Jembatan yang menakjubkan tersebut dibangun pada permulaan abad kedua Hijriyah tahun 101 H atau sejak seribu empat ratus tahun yang lalu. Jembatan tersebut dibangun oleh gubernur Andalusia As-Samh bin Malik Al-Khaulani di bawah kekuasaan Umar bin Abdul Aziz. Artinya, jembatan dibangun pada saat manusia belum mengenal sarana transportasi kecuali binatang keledai, unta, bighal, dan kuda. Dan ketika itu sarana-sarana pembangunan belum canggih. Hal inilah yang menjadikan jembatan tersebut sebagai salah satu kebanggaan peradaban Islam.
Masjid Cordoba
Masjid Jami’ Cordoba merupakan salah satu unsur peradaban Cordoba yang sangat penting dan masih tetap bertahan hingga sekarang. Masjid tersebut dalam istilah Spanyol dikenal dengan Mezquita yang diambil dari kata masjid. Masjid ini adalah masjid yang paling masyhur di Andalusia dan di Eropa secara keseluruhan. Namun, sekarang masjid ini dijadikan sebagai katedral. Masjid ini mulai dibangun Abdurrahman Ad-Dakhil tahun 170 H./786 M, kemudian diteruskan oleh putranya Hisyam dan khalifah-khalifah setelahnya.
Setiap khalifah memberikan sesuatu yang baru terhadap masjid dengan cara menambah keluasan dan keindahannya agar menjadi masjid yang paling indah di kota Cordoba dan masjid yang terbesar di dunia saat itu. Ketika menggambarkan masjid ini, penulis kitab Ar- Raudh Al-Mi’thar mengatakan, “Di kota Cordoba ini terdapat masjid yang sangat terkenal dan sering disebut-sebut. Dia adalah masjid yang terbesar di dunia dari segi keluasan, teknik yang canggih, bentuk yang indah, dan bangunan yang sempurna. Para khalifah Moro (kaum muslimin) memberikan perhatian yang besar terhadapnya. Mereka memberikan tambahan demi tambahan dan penyempurnaan demi penyempurnaan hingga mencapai tingkat yang sempurna, ujung-ujungnya membuat kagum (karena luas), dan tidak mampu dijelaskan dengan kata-kata.”
Universitas Cordoba
Peran masjid Cordoba tidak hanya sebagai tempat ibadah. Namun, dia juga menjadi universitas paling masyhur di dunia saat itu dan markas ilmu di Eropa. Dari universitas ini, ilmu-ilmu Arab di transfer ke negara -negara Eropa selama berabad-abad. Segala cabang ilmu diajarkan di sini dan para pengajarnya merupakan orang-orang yang memang paling ahli di bidangnya. Para pencari ilmu datang ke universitas ini, baik dari Timur maupun dari Barat.
Para pengajar dan dosen diberi gaji yang layak agar mereka mengabdikan diri untuk mengajar dan menulis dengan baik. Para siswa diberi jatah uang secara khusus. Orang-orang yang tidak mampu diberi beasiswa dan bantuan-bantuan. Itulah yang memperkaya khazanah ilmiah secara signifikan di Cordoba pada saat itu. Sehingga Cordoba mampu menelorkan ilmuwan-ilmuwan kepada kaum muslimin secara khusus dan dunia secara umum. Tidak hanya di bidang ilmu tertentu, akan tetapi juga di berbagai disiplin ilmu.
Di antara mereka adalah Az-Zahrawi (325-404 H./936-1013 M), seorang ahli bedah yang paling masyhur, dokter, dan ahli obat-obatan dan pembuatannya. Disana juga ada Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail, Muhammad Al-Ghafiqi (salah satu pencetus ilmu kedokteran mata), Ibnu Abdil Bar, Ibnu Rusyd, Al-Idrisi, Abu Bakar Yahya bin Sa’dun bin Tamam Al-Azdi, Qadhi Al-Qurthubi An-Nahwi, Al-Hafizh Al-Qurthubi, Abu Ja’far Al-Qurthubi dan ilmuwan-ilmuwan lain yang masih banyak lagi.
Editor: Soleh