Tasawuf

Manfaat ASI Eksklusif Selama 2 Tahun

2 Mins read

Oleh: Sabrur Rohim

Sebuah pertanyaan, jika tujuan KB pasca salin adalah untuk memberi kesempatan ibu memberikan ASI dan pengasuhannya secara maksimal, maka dibutuhkan berapa lama? Pertanyaan persisnya, sampai kapan konsumsi ASI itu berlangsung? Atau, pertanyaan lainnya dalam hal ini: kapan alat atau obat kontrasepsinya bisa dihentikan karena ingin menambah anak?

Umur 2 Tahun

Jawaban atas 3 pertanyaan itu sama: ketika si bayi sudah berumur 2 (dua) tahun, atau berusia 1000 hari dihitung sejak pertemuan antara ovum dan sel sperma yang menjadi cikal bakal dirinya. Dua tahun adalah usia yang maksimal bagi seorang bayi untuk mendapatkan ASI dari ibunya. Ketika bayi sudah mancapai dua tahun, maka ibu seyogianya menghentikan pemberian ASI, baik karena alasan ingin menambah anak lagi atau tidak.

Jikalaupun karena ingin menambah anak, juga tidak mengapa, karena sudah memenuhi syarat minimal (ASI diberikan secara maksimal), dan setelah itu diproseslah keinginan menambah anak (berhubungan seksual), sehingga setidak-tidaknya jarak antara si bayi dengan adiknya adalah kurang lebih 3 tahun.

Meskipun demikian, sangat dianjurkan jika kelahiran anak berikutnya adalah ketika si anak (pertama) sudah lulus balita (setidak-tidaknya lima tahun). Tujuannya agar di dalam keluarga tidak ada dua balita. Dengan hanya satu balita, harapannya orangtua dapat maksimal dan sepenuhnya dalam memberi pengasuhan (parenting) yang baik kepada anaknya.

Pesan al-Quran dan Ilmu Pengetahuan

Dalam hal ini, sejak 15 abad yang lalu, Alquran telah dengan jelas mengharuskan setiap ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya sampai berusia 2 (dua) tahun sempurna (penuh). Pernyataannya ada di dalam Surat al-Baqarah: 233: “Dan para ibu menyusui anak-anak mereka dua tahun penuh bagi siapa yang ingin menyempurnakan susuannya…” Menyusui selama dua tahun ini juga sebagai bentuk perhatian maksimal ibu (orangtua) kepada anaknya, sebagaimana ditegaskan dalam Surat Luqman: 14: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik )kepada orangtuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia dua tahun.”

Dan ternyata, masya Allah, dunia kedokteran modern membuktikan bahwa ASI yang diberikan selama dua tahun terbukti menjadikan bayi lebih sehat, menjadikan bayi mengalami proses tumbuh-kembang dengan baik. Menurut penelitian, sebagaimana dikutip oleh Febria Silaen dalam, “Manfaat Menyusu Hingga 2 Tahun,” pada laman www.beritagar.id edisi Sabtu, 05 Agustus 2017, bahwa untuk anak usia 2 tahun, kandungan zat imun dari ASI masih dapat melindunginya dari penyakit. Karena anak-anak di atas usia 1 tahun pada umumnya terpapar lebih banyak daripada saat masih bayi.

Baca Juga  Menyoal Sikap Eksklusif dalam Beragama

Diinformasikan pula sebuah hasil survei bahwa bayi yang menyusu hingga 1 tahun pertama mengalami penurunan kejadian penyakit dan tingkat risiko kematian yang lebih rendah ketimbang yang kurang dari 1 tahun. Serupa efeknya, bayi yang tetap mendapatkan ASI hingga usia 2 tahun dapat meningkat kekebalan tubuhnya atas berbagai serangan penyakit.

*) Sabrur Rohim, S.Ag, M.S.I, alumnus PMU Syariah dan PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, guru ngaji di PP Al-Hikmah Karangmojo Gunungkidul.

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds