Curah hujan sangat tinggi menyebabkan banjir di area Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang, dan Depok itu harus diakui. Ini siklus 5 tahunan dalam perubahan iklim itu bisa dimaklumi. Masyarakat masih tidak tertib karena buang sampah sembarangan, itu juga persoalan penting.
Kinerja Anies
Namun, bukan berarti kita nggak boleh kritik keras pemimpin yang memang kerjanya enggak becus. Hanya karena Anies Baswedan seorang pemimpin yang dipilih karena seiman dengan kamu, bukan berarti ia kebal dari kritik. Sehingga seolah-olah harus semuanya bertanggungjawab, sehingga mengaburkan kerjanya untuk membereskan Jakarta.
Apalagi sebelumnya, ia sudah memiliki perbandingan atas kerja Gubernur sebelumnya. Dibandingkan dengan Anies, dua gubernur sebelumnya setidaknya bisa meminimalisasi banjir di sejumlah titik. Jadi, ketika masyarakat Jakarta kemudian mengkritik dengan nyinyir ya karena memang ada perbandingan sebelumnya.
Anies Baswedan itu pejabat publik. Jika memang kerjanya nggak benar ya harus dikritik. Ini bukan persoalan pendukung Jokowi atau Ahok. Yang merasakan semuanya kok kalau kebanjiran begini. ini juga bukan persoalan politisasi banjir, karena pilpres masih 2024 dan jauh. Anies sendiri sedang tidak bertarung di Pilkada.
Nyinyiran (Tidak) Menyelesaikan Masalah
Apakah nyinyiran menyelesaikan masalah atas banjir yang terjadi pada saat ini? Tentu saja tidak. Namun, nyinyir itu membantu untuk mengingatkan atas kerjaannya yang harus diselesaikan dengan baik. Karena memang ia dibayar pakai uang APBD, bukan sekadar doa, apalagi solidaritas agama.
Selain itu, nyinyir juga membantu untuk merekam jejak digital seorang pejabat, baik di media sosial, pencarian google, ataupun media online. Dengan cara seperti ini, ia bisa menjadi arsip digital yang satu waktu bisa dikeluarkan untuk melihat konsistensinya saat mencalonkan pada politik elektoral di tingkatan yang lebih tinggi.
Di sisi lain, nyinyir juga sebagai bagian dari mengatasi masalah (copyng strategy) dan juga bentuk pelarian di tengah ketidakmampuan untuk menyelesaikan persoalan dirinya secara individu. Karena itu, banyak dari masyarakat Jakarta dan sekitarnya berenang dan bermain di tengah banjir untuk mentertawai dirinya sendiri. Jika kemampuan ini satu-satunya yang dimiliki tidak diperbolehkan, lalu mereka bergantung kepada apalagi? Padahal ketangguhan individu untuk bertahan dari persoalan adalah mentertawai dirinya sendiri.
Di sisi lain, tim Anies juga tahu, Anies itu yang dimilikinya cuma dua; canggih membangun citra dan retorika. Kalau benar kerja, melanjutkan normalisasi sungai periode gubernur sebelumnya dan tidak memotong dana pengendalian banjir 500 miliar, itu bisa dilakukan. Di tengah situasi ini, kemunculan para buzzers yang justru menyebarkan meme bahwasanya Jokowi akan menyelesaikan banjir ketika jadi presiden terlihat bahwasanya itu adalah upaya untuk mengaburkan persoalan sebenarnya.
Saya katakan demikian, bukan Jokowi bebas dari kritik. Sejumlah kebijakannya yang anti-ekologi perlu dikritik. Hanya saja ini memang bagian dari kerjaan Anies Baswedan sebagai Gubernur Jakarta.
***
Jika tidak digempur persoalan yang sederhana ini, memungkinkan masyarakat lupa, dengan ingatan yang pendek. Kondisi ini, dengan demikian, membuatnya berkali-kali bisa menjadi pahlawan kesiangan. Jika begini, masyarakat yang terdampak banjir bakal dikibulin terus berkali-kali setiap ada pemimpin yang punya jargon tinggi tapi lupa untuk mengerjakannya.
Di tengah situasi tersebut, masyarakat terus bahu-membahu menolong tetangga, lingkungan, dan masyarakat sekitarnya tanpa pernah berpikir pekerjaannya ini layak diapresiasi di mata publik.
Editor: Nabhan Mudrik Alyaum