Perspektif

Mengapa Rasulullah Menjadi Idola?

3 Mins read

Beberapa tahun yang lalu, salah seorang ustadz bertanya, “Kamu mengidolakan Rasulullah SAW?” “Tentu saja.” Ku jawab dengan heran kenapa pertanyaan retorik seperti itu ditanyakan. Ustadz tersebut bertanya lagi, “Lalu kapan beliau lahir? Siapa saja istri-istri Rasul? Siapa saja anak-anaknya?”

Dari semua pertanyaan yang diajukan, tidak ada satu pun pertanyaan yang terjawab. Hingga pertanyaan terakhir muncul, “Kamu yakin telah mengidolakan Rasulullah SAW?” Pertanyaan tersebut benar-benar terasa menampar diri yang terlalu pongah dalam kehidupan.

Dalam hidup, siapa pun kita pasti pernah mengidolakan sosok yang membuat kita terinspirasi. Dari mereka kita banyak mengambil pelajaran, entah dari pengalaman hidup, nasihat yang diberikan, sampai prestasi yang pernah diraih, sehingga kita akan sebisa mungkin berusaha mengenali sosok idola kita tersebut.

Rasulullah Sudah Seharusnya Menjadi Idola

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, tentu kita sudah sepantasnya menjadikan Rasulullah SAW sebagai sosok idola. Sosok yang dikatakan sebagai suri teladan terbaik. Bahkan, walaupun kita tidak pernah bertemu dengan beliau sekalipun. Karena bagi kita yang menjadikan Islam sebagai jalan hidup, maka langkah terbaik yang dilakukan untuk mengenal Islam adalah langsung dari sang pembawa Islam itu sendiri.

Dan akan sangat aneh ketika kita mencoba mengambil pelajaran dari beliau tanpa mengenal beliau, ataupun tanpa mengidolakan beliau. Dengan mengidolakan Rasullullah SAW, seolah menjadi katalisator seseorang dalam mempelajari Islam.

Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Anas Ibnu Malik ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh beruntung sekali orang yang beriman kepadaku dan pernah melihatku, sungguh beruntung sekali orang yang beriman kepadaku dan belum pernah melihatku sampai tujuh kali.”

Hadis tersebut membawa kabar gembira untuk kita umat Nabi Muhammad SAW di zaman sekarang, yang tidak pernah sekalipun bertemu beliau. Kita jauh lebih beruntung dari umat terdahulu yang beriman kepada Rasulullah SAW dan telah melihat beliau, namun, dengan syarat bahwa kita harus beriman kepada Rasulullah SAW. Bahkan, Nabi SAW mengulang sampai 7 kali, seolah hal ini benar-benar menekankan bahwa kita adalah umat yang beruntung.

Baca Juga  Haedar Nashir Berpuisi: Menggagas Kemajuan dengan Keindahan

Dalam beriman kepada Rasulullah SAW, salah satu indikatornya adalah adanya rasa cinta kepada Rasulullah SAW di dalam hati kita. Namun, mari kita jujur bertanya kepada hati kita masing-masing. “Sudahkah kita mengidolakan Rasulullah?” Atau minimal, “Sudahkah kita mengenal Rasulullah?” Jangan-jangan kita sebagai manusia malah menjadikan makhluk lain sebagai idola nomor 1 kita daripada Nabi Muhammad SAW, Rasul kita sendiri.

Di zaman sekarang, kita telah banyak membiaskan kecintaan dan juga keidolaan kita. Sedikit dari kita yang benar-benar mengidolakan Sang Uswatun Hasanah. Sedangkan, banyak dari kita yang mengidolakan artis atau penyanyi atau siapapun yang sama sekali tidak membuat kita tergerak untuk mempelajari Islam. Kita terlalu disibukkan dengan hal yang sifatnya duniawi, sehingga kita lupa dengan Rasul kita sendiri.

Padahal di hari akhir nanti Rasulullah SAW lah yang mampu memberi syafaat kepada kita, bukan artis ataupun penyanyi yang kita kenal maupun kita idolakan. Dan bagaimana mungkin kita mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW, sedangkan kita tidak mengenal dan mengidolakan beliau?

Mencintai Rasulullah, Merasakan Manisnya Iman

Dari Anas bin Malik ra., dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.”

Hadis tersebut menunjukkan betapa pentingnya kecintaan kita kepada Allah dan Rasulullah SAW. Dari kecintaan itulah, kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW akan merasakan manisnya iman, dan juga menjadikan kita mempelajari Islam secara lebih dalam.

Baca Juga  Burdah: Puisi Favorit Rasulullah Saw

Cara agar Mudah Mencintai Rasulullah

Dalam mengidolakan Rasulullah SAW, memang dibutuhkan proses dan keteguhan hati yang dilakukan dengan segenap jiwa. Harus ada kesadaran dan keinginan untuk mencintai Rasulullah SAW di hati kita. Sehingga, kita akan sebisa mungkin mengenal Rasulullah SAW secara lebih dalam.

Ketika seseorang mengidolakan seorang artis, maka ponsel mereka akan penuh dengan foto-foto artis yang mereka idolakan, selalu mencari kabar terbaru dari artis tersebut, hingga mencoba menjadi seperti artis yang mereka idolakan. Hal tersebut lama-kelamaan akan menambah kecintaannya kepada artis tersebut.

Sama halnya untuk mecintai Rasulullah SAW, cara yang kita perlu lakukan adalah dengan membaca kisah-kisah beliau, momen-momen hidup beliau yang menggetarkan jiwa, tentang kehidupan beliau. Sehingga, kita akan lebih mengenal dan mengidolakan beliau.

Dengan kecintaan dan keidolaan itulah, kita akan semakin tergerak untuk mempelajari Islam lebih lanjut, meneladani Rasulullah SAW, dan menjadi umat yang menantikan syafaat Rasulullah SAW di hari akhir nanti.

Editor: Lely N

Avatar
2 posts

About author
Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Al-Idrisi.
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds