Feature

Mengenal Sepanjang, ‘Ibu Kota’ Muhammadiyah Sidoarjo

4 Mins read

Muhammadiyah Sepanjang menjadi salah satu pusat percontohan perkembangan Muhammadiyah dalam hal pendidikan, kesehatan dan pengelolaan keuangan. Pesatnya perkembangan itu menjadikan Muhammadiyah Sepanjang menjadi basis pergerakan di Kecamatan Taman, Sidoarjo.

Letaknya yang strategis dan berdekatan dengan pusat keramaian kota Surabaya dan Sidoarjo menjadikan Sepanjang  tidak hanya menjadi ibu kota pemerintahan Kecamatan Taman, Sidoarjo, tapi juga menjadi ‘ibu kota’ Muhammadiyah, Kecamatan Taman sekaligus Kota Sidoarjo.

Sepanjang adalah nama suatu daerah yang terletak di Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Sepanjang bukanlah nama resmi, melainkan nama populer.

Muhammadiyah Cabang Sepanjang saat ini merupakan salah satu cabang terpesat perkembangannya. Salah satu indikasinya ditinjau dari perkembangan amal usaha. Mulai dari TK ABA (Aisyiyah Bustanul Athfal), SD, SMP/MTs, SMA, SMK, Akademi Kebidanan, dan Rumah Sakit Tipe B yang cukup besar bangunan dan fasilitasnya.

Semua Pimpinan Ranting juga mempunyai tempat ibadah baik masjid maupun mushollah. Data pemerintahan Kecamatan Taman mencatat kurang lebih ada 25 desa. Uniknya PCM Sepanjang yang secara birokrasi adalah sebuah kelurahan mempunyai 24 ranting Muhammadiyah bahkan ada satu desa yang mempunyai dua ranting sekaligus.

Dengan letak geografis yang berbatasan dengan Surabaya, menjadikan amal usaha tersebut memiliki nilai tawar yang cukup signifikan.

Proses perkembangan amal usaha ini dimulai dari SD Muhammadiyah yang merupakan wakaf dari Haji Mohammad Isa Attamimi. Termasuk Poliklinik yang saat ini menjadi Rumah Sakit “Siti Khodijah” awalnya adalah gudang garam. Letak gudang ini tepat di depan rumah Haji Mohammad. Kemudian dari sini amal usaha lainya muncul. Dibangun seiring dengan perkembangan beberapa ranting di Sepanjang.

Sebelum Muhammadiyah Masuk

Masyarakat Sepanjang tahun 1965, dapat dikatakan mengalami krisis. Terutama di bidang agama dan pendidikan. Tidak heran mereka tidak segan-segan melakukan perbuatan syirik, tahayul, bid’ah dan khurafat.

Baca Juga  Muhammadiyah, Berjiwa Pahlawan Tanpa Mengklaim Paling Berjasa

Melihat kondisi tersebut, munculah tiga orang tokoh pembaru. Tiga orang tokoh ini bernama Kardai, Seran dan Haji Abdul Manan. Merekalah yang memiliki inisiatif pertama kali mendorong Muhammadiyah untuk berdakwah dan mengembangkan potensi Desa Sepanjang.

Muhammadiyah baru memasuki Desa Sepanjang dan mulai ditransformasikan, langsung mendapat pertentangan dari masyarakat beberpa oknum Ormas Islam lainnya.

Pertentangan di sana-sini membuat Kardai, Seran dan Haji Abdul Manan bekerja keras agar corak dakwah Muhammadiyah diterima oleh masyarakat.

Ketiganya kemudian melakukan beberapa usaha. Pertama, pendekatan terhadap tokoh masyarakat, hal ini dilakukan agar Muhammadiyah mendapat tempat untuk bergerak dan berkembang. Kedua, memberikan pengertian terhadap keluarga dekat, metodenya dengan memberikan suatu keyakinan ke keluarga besar. Ini dilakukan agar sebelum melangkah lebih jauh, akan lebih mudah mendorong keluarga agar ikut mendukung baik secara moral ataupun spiritual. Usaha semacam ini juga dilakukan Kardai, Seran dan Haji Abdul Manan untuk mengembangkan Muhammadiyah. Ketiga, memperteguh dan mengembangkan dakwah islamiyah serta amar ma’ruf nahi mungkar.

Langkah Dakwah yang Ditempuh

Untuk melakukan pendekatan dakwah yang lebih luwes, Seran dan Haji Abdul Manan melakukan beberapa cara. Langkah awal membimbing para pemuda supaya menjadi orang Islam yang berarti. Lalu menanamkan kesadaran agar tuntunan dan peraturan Islam berlaku dalam masyarakat.

Setelah ada kesadaran, akan tercipta perbaikan kehidupan dan penghidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Kemudian untuk mefasilitasi kegiatan keagamaan mereka mendirikan tempat ibadah, sarana pendidikan, dan kesehatan.

Salah satu tokoh yang membantu perkembangan Muhammadiyah adalah Abdurrahman Karaman. Ia merupakan menginspirasi Kardai, Seran dan Haji Abdul Manan, hingga rela menyumbangkan pikiran, tenaga dan harta untuk mengembangkan dakwah Muhammadiyah. meski masih banyak yang pertentangan.

Baca Juga  Haedar Nashir: Lazismu Harus menjadi Leading Sector Sinergi Kebajikan dan Inovasi Sosial

Pada tahun 1989 setelah banyak pertentangan, rencana pendirian sarana ibadah mulai menemukan titik terang. Masjid Mujahidin yang mereka gagas mendapat banyak dukungan dari masyarakat dan tokoh masyarakat.

Akhirnya pada tahun 1989 Muhammadiyah berhasil mendirikan Masjid Mujahidin yang pada waktu itu diresmikan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur H.M. Anwar Zain.

Keberhasilan tersebut, ada beberapa tokoh yang turut membantu perjuangan Muhammadiyah. Mereka adalah Dikan, Atim, dan Muhammad Hasyim. ketiganya dari golongan tua. Sedangkan tokoh golongan muda yaitu Abdul Amin, Imam, Abdul Khasan, dan Abdul Yajid.

Tokoh lain, Natsir Kasman Dimudjo, Ia mewakafkan tanahnya. Tanah tersebut dibangun Klinik BKIA yang sekarang dikembangkan menjadi R.S. Siti Khadijah. Masih banyak lagi partisipan yang turut membantu terselenggaranya program Muhammadiyah di Desa Sepanjang.

Kiranya tidak sia-sia usaha itu meskipun mendapat tantangan yang hebat. Semakin hari semakin mendapat sambutan. Dengan munculnya Muhammadiyah diharapkan dapat memerangi segala hal menyimpang dari ajaran Islam.

Pekembangan Dakwah Hari ini

Saat ini Muhammadiyah Sepanjang berkembang begitu pesat dengan tujuh lembaga pendidikan terintegrasi. Serta mendidik kurang lebih 4354 siswa, angka yang tentunya sangat fantastis.

Istimewanya, semua amal usaha milik Muhammadiyah mengikuti intruksi dari PCM untuk menerapkan kebijakan sentralisasi keuangan. Artinya keuangan dapat diakses dan diawasi kapanpun melalui ponsel pintar android. Masjid Al Manar, Aula Mas Mansyur dan Aula AR Fahcruddin menjadi sentralisasi dakwah Muhammadiyah Sepanjang.

Bahkan hampir semua Pimpinan Ranting Muhammadiyah mempunyai masjid dan mushollah yang dibangun secara sukarela oleh warga sendiri maupun atas bantuan PCM.

Dalam kemandirian ekonomi, PCM sepanjang membuka BMT Madani.  Lembaga Keuangan Syariah ini langsung dibawah komando dan pengawasan Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PCM Sepanjang.

Baca Juga  Belajar Toleransi Otentik Muhammadiyah di UNIMAJU

Lembaga keuangan syariah ini siap membantu modal usaha kecil. Tentunya tanpa bunga dengan fokus pelayanan pada produk pembiayaan, simpanan dan jasa pembayara rekening listrik, telepon, air dan sebagainya.

Yang terbaru, Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PCM Sepanjang mendirikan PT Surya Bangun Sepanjang. Perseroan ini bergerak dibidang general trading, khususnya untuk keperluan Supply Kebutuhan sekolah di seluruh sekolah Muhammadiyah Sepanjang.

Amal usaha Muhammadiyah sepanjang ini tidak hanya membuat Muhammadiyah kuat dan mandiri secara ekonomi. Tapi juga menjadi jembatan baru untuk masyarakat Sepanjang dalam pengembangan pendidikan, kesehatan dan ekonomi kerakyatan.

Banyak dari masyarakat yang merasakan manfaatnya langsung dari pengembangan AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) ini. Walaupun dari awal berdirinya banyak pihak yang pesimistis, namun semua itu ditepis oleh PCM Sepanjang dengan bukti bukti kongkrit kemajuan dalam berbagai bidang.

PCM Sepanjang juga membuka ruang untuk kader mengembangkan potensinya . Kader-kader itu juga dpercaya mengemban amanah penting sebagai ujung tombak pergerakan Muhammadiyah di Sepanjang.

Muda, energik dan berwawasan luas, menjadikan PCM sepanjang dihuni oleh banyak sekali anak muda yang haus akan perkembangan dan kemajuan.

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds