Inspiring

Mengenal Syaikh Mahfudz At-Termasi, Ahli Ilmu Hadis Nusantara

4 Mins read

Bagi sebagian orang mungkin menganggap bahwa ahli hadits kebanyakan berasal dari daerah Timur Tengah, Khurasan, Naisabur dan lainnya. Anggapan itu sejatinya tidaklah salah. Sebab, banyak kita dapati sosok ahli hadits yang memiliki kecerdasan luar biasa lagi diakui keilmuannya di dunia berasal dari tempat-tempat tersebut. Seperti Imam Malik, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Al-Hakim, Imam Nawawi, dan masih banyak lagi. Kitab-kitab mereka juga banyak dijadikan rujukan oleh kaum muslimin sedunia hingga kini, semisal al-Muwatta’, Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan al-Mustadrak. Namun sebenarnya, terdapat juga ulama di bidang hadits asli nusantara berasal dari Pacitan, bernama Syaikh Mahfudz at-Termasi.

Mengenal Syaikh Mahfudz at-Termasi

Bumi nusantara sudah sejak lama yang memiliki khazanah ilmu agama yang luas serta akhlak yang luhur. Sebut saja ulama nusantara seperti KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari, Syaikh Yasin al-Fadani, Syaikh Mahfudz at-Termasi, Syaikh Nawawi al-Bantani, Prof. Dr. Hasbie as-Shiddiqie, Buya Hamka, dan masih banyak lagi. Mereka semua memiliki keahlian dalam bidang fiqh, tarikh, tafsir al-Qur’an, hadits, bahasa Arab dan sebagainya.

Tentu, keberadaan mereka patut disyukuri, karena mereka telah berjasa mendakwahkan Islam di nusantara yang saat itu masih terdapat banyak praktek kesyirikan, serta mengembangkan ilmu keislaman di Indonesia.

Menarik untuk dikaji, sosok Syaikh Mahfudz at-Termasi merupakan salah satu ulama nusantara yang terkenal dalam bidang hadits. Bahkan, dikatakan bahwa beliau punya passion lebih terhadap hadits dan ilmu hadits dibandingkan dengan para ulama Nusantara lain sebelum beliau. Perjuangan Syaikh Mahfudz yang berasal dari daerah Termas, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur ini terbilang terjal dan berliku demi mendapatkan ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya ilmu keislaman.

Beliau sendiri sejak kecil sudah “haus” akan ilmu. Kehidupan kecil beliau yang berada di lingkungan Pondok Pesantren Termas, Pacitan pun ternyata berdampak positif pada dirinya. Nuansa keilmuan yang kental telah membuat Syaikh Mahfudz orang yang cinta kepada ilmu. Hal yang cukup mengesankan adalah beliau telah berhasil menghafal al-Quran pada umur 6 tahun. Keberhasilan mengahafal al-Quran pun menjadi awal petualangan beliau untuk menuntut ilmu dimulai dari sang ayah.

Baca Juga  Bung Karno (1): Tuhan itu Ada!

Abdul Manan Dipomenggolo adalah sosok sang ayah yang ternyata merupakan kyai besar memiliki andil yang luar biasa dalam mendidik Syaikh Mahfudz. Mulanya, beliau berguru langsung kepada ayahnya dengan belajar banyak kitab, di antaranya Tafsir Jalalain, Fath al-Mu’in, Fath al-Wahab, Manhaj al-Qawim, Syarh Syarqawiy ‘ala al-Hikam, dan masih banyak lagi.

Tak puas dengan itu, beliau melanjutkan rihlah ilmiah beliau kepada Kyai Saleh Darat di Semarang dan belajar pula banyak kitab.  Setelah itu beliau melanglang buana ke Kota Mekkah dan Madinah yang telah menjadi sentral berkumpulnya ulama-ulama besar dari berbagai negara sejak dulu. Mempelajari berbagai macam ilmu seperti tafsir, qira’ah, fiqih dan hadits kepada guru-guru beliau yang tidak lain adalah pakar dalam berbagai disiplin ilmu tadi.

Kepakaran Dalam Bidang Hadits

Guru-Guru Syaikh Mahfudz

Di balik kepakaran Syaikh Mahfudz dalam bidang hadits, terdapat beberapa sosok yang memiliki peranan lebih dan diyakini sebagai ‘pemicu’ beliau untuk lebih mendalami ilmu hadits. Sosok itu adalah guru-guru beliau, Syaikh Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha, Sayyid Husain al-Habsy dan Syaikh Muhammad Said al-Hadrami.

Dikisahkan, bahwa Syaikh Mahfudz telah membaca kitab Shahih Bukhari di hadapan Syaikh Abu Bakar sebanyak empat kali. Tak hanya kitab Shahih Bukhari saja yang dikuasai, Syaikh Mahfudz juga telah berhasil memperdalam enam kitab hadits lainnya atau kutub al-Sittah dan Syarh Alfiah al-Suyuthi, itu semua tak lepas dari ketekunan dan jasa ketiga guru beliau dalam mendidik Syaikh Mahfudz al-Tarmasi.

Karya Syaikh Mahfudz dan Perhatiannya

Syaikh Mahfudz terkenal sebagai ahli hadits yang memiliki tingkat intelektual tinggi. Beliau diakui oleh ulama dunia berkat karya-karya beliau, salah satunya bidang ilmu hadits yang ditulis dalam kitab-kitabnya. di antara kitab-kitab beliau yaitu, al-Siqayah al-Mardiyah fi Asma al-Kutb al-Fiqhiyyah al-Syafi’iyyah (Fiqh), Fath al-Kabir bi Syarh Miftah al-Tafsir (Tafsir), Manhaj Dzawi an-Nadhar Syarh Mandhumah ‘Ilm al-Atsar, Shulashiat al-Bukhari (Ilmu Hadits dan Hadits), Kifayah al-Mustafid fima ‘Ala Min al-Sanid (Sanad), Insyirah al-Fuadi fi Qira’at al-Imam Hamzah (Qira’at).

Baca Juga  Pak Jakob dan Visi Humanisme Kompas

Masih banyak lagi karya beliau yang masyhur di kancah internasional maupun Nusantara. Keahlian beliau yang tak kalah hebat adalah penulisan kitab Manhaj Dzawi an-Nadhar yang dilakukan hanya dalam waktu 4 bulan 14 hari serta menulis sejumlah kitab bertemakan ilmu-ilmu keislaman dengan menggunakan bahasa Arab.

Perhatian beliau terhadap hadits dan ilmunya memanglah didasari oleh dawuh (sabda) Nabi SAW, ”Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” (muttafaqun ‘alaihi). Berangkat darinya, Syaikh Mahfudz memfokuskan dirinya untuk istiqomah mempelajari hadits sekaligus sadar akan bahayanya hadits-hadits palsu yang tak jelas asal-usulnya.

Sebagai muhaddits, Syaikh Mahfudz juga menekankan akan pentingnya menjaga kemurnian sanad hadits. Salah seorang tabi’in terkemuka, Ibnu Sirrin juga mengatakan bahwa sanad merupakan bagian dari agama ini. Syaikh Mahfudz oleh dunia internasional telah diakui memiliki ijazah pengajaran kitab Shahih Bukhari, yang ditulis langsung oleh Imam Bukhari dan diberikan secara berantai melalui para ulama setelahnya. Adapun Syaikh Mahfudz sendiri berada pada generasi ulama ke 23.

Setelah ijazah Shahih Bukhari, beliau terus mempelajari dan mengkaji kitab-kitab hadits lainnya, yakni Shahih Muslim, empat kitab sunan, Muwaththo’ Malik, Musnad al-Syafi’i, Musnad Ahmad bin Hanbal, Musnad Abu Hanifah, Arba’in Nawawi, Jami’us Shaghir Ali bin Ibrahim al-Halabi. Semua kitab tersebut beliau dapati pula ijazah serta koleksi haditsnya dari para ulama penyusun kitab-kitab tersebut.

Ahli Dalam Bidang Qira’at

Sebutan ahli hadits yang disematkan kepada Syaikh Mahfudz tidak lantas membuat beliau mencukupkan diri pada satu bidang saja. Ternyata beliau juga seorang yang ahli dalam bidang qira’at, baik qira’at sab’ah maupun ‘asyrah. Berbagai riwayat qira’at beliau kuasai, mulai dari qira’at Imam Nafi’ qira’at Ibnu katsir, qira’at Abi Umar al-Dani, qira’at Hamiyah dan tentu qira’at Ashim. Bersama Syaikh Arwani Kudus, Syaikh Mahfudz juga menjadi jalur sanad qira’at yang bersambung hingga Imam Ashim.

Baca Juga  Revitalisasi Pemikiran Teologi Transformatif Moeslim Abdurrahman

Syaikh Mahfudz juga berperan dalam membentuk generasi yang luar biasa, sebut saja KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, Syaikh Umar bi Hamdan (Haramain), Syaikh Abdullah al-Maimani (India) dan banyak lagi. Mereka adalah murid-murid beliau yang juga memiliki kegemilangan dan kecerdasan yang tinggi.

Wafatnya Syaikh Mahfudz

Pada malam 1 Rajab 1338 H tepat di usia yang ke 53, beliau menghembuskan nafas terakhirnya di Mekkah. Beliau dimakamkan di pemakaman keluarga Syatha yang merupakan guru sekaligus ayah angkat yang telah berjasa mengantarkan beliau menjadi seorang ahli hadits terkemuka. Semoga tulisan ini mampu menginspirasi kita semua untuk lebih giat dalam mempelajari berbagai macam ilmu dan mengamalkannya.

Editor: Shidqi Mukhtasor

Avatar
4 posts

About author
Mahasiswa Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Muhammadiyah Malang 2017
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *