Perspektif

Mengendalikan Robot dengan Benar

3 Mins read

Pemakaian teknologi robot terus berkembang. Jepang sebagai negara yang sangat banyak menciptakan robot untuk memudahkan kerja manusia, selalu memiliki inovasi dan terobosan dalam karyanya. Robot yang diciptakan para insinyur di Jepang, banyak membantu industri dalam bidang manufaktur, otomotif, elektronik maupun digital. Tetapi mereka juga telah menciptakan robot humanoid yang dapat berbicara dan berekspresi layaknya manusia. Dengan menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence), para insinyur di Jepang memprogram dan menyematkan sistem kecerdasan buatan kedalam mesin robot.

Selain Jepang, negara lain seperti Korea Selatan, Jerman, Denmark serta negara-negara di Eropa lainnya, tidak kalah dalam berinovasi dalam pengembangan robot cerdas. Setelah mereka berhasil memproduksi robot secara massal, pada akhirnya mereka menjual robot-robot tersebut ke negara lain. Sebagai contoh Jepang, dikabarkan dapat menyuplai 36,6 persen lebih kebutuhan robot didunia!

***

Beberapa minggu yang lalu, saya berdiskusi dengan teman perihal perkembangan teknologi robot yang semakin “cerdas” dan semakin inovatif. Teman tadi merasa, kehadiran robot akan menjadi saingan manusia untuk hidup dibumi. Semua lini kehidupan, akan penuh dengan robot.

“Coba kamu bayangkan, kalau nanti, dunia sudah diisi oleh robot, hidup manusia dan robot akan beriring bersama-sama. Tentara dari robot, pelayan restoran dari robot, perawat Rumah Sakit dari robot, sopir taxi juga dari robot. Bahkan teman cangkrukmu juga dari robot…hahaha.” Leluconnya lepas bebas. Dan pikirannya menerawang keatas, membayangkan seandainya hal itu benar-benar akan terjadi.

Rupanya teman saya ini sudah dirasuki film-film sejenis Terminator, I Robot, Transformer, Matriks, Star Wars atau Robot and Frank. Dari film diatas, konotasi dari robot itu sendiri rata-rata adalah perusak, penghancur serta suka berperang. Kecuali film Robot and Frank, yang masih menguak sisi humanistis,  dengan menampilkan robot yang dapat bersahabat dengan manusia.

Baca Juga  Pemuda Tersesat, Dakwah Kreatif ala Husein Ja’far Al Hadar

Saya tidak menyalahkan argumen teman saya, karena kemungkinan itu bisa terjadi. Pembuat film, dengan daya nalar dan kreatifitasnya yang tinggi, juga telah  berhasil menggiring opini publik perihal robot masa depan! Dan jangan salah, terkadang film yang futuristik dan agak khayal (menurut kita dijaman sekarang), bisa jadi akan benar-benar ada di masa depan.

Seperti film Star Trek, yang diproduksi tahun 1960, sudah menampilkan telepon genggam. Ataupun film Johnny Mnemonic-yang diperankan Keannu Reeves- yang diproduksi tahun 1995, juga telah menampilkan teknologi Virtual Reality. Dan dijaman sekarang, kita telah menikmati dan menggunakan teknologi tersebut.   

Dari narasi diatas, film telah memprediksikan bahwa kehadiran robot akan mewarnai hidup manusia. Dan hal tersebut telah terjadi! Negara-negara penggiat teknologi, seperti Jepang, Singapura dan negara Eropa, telah menggunakan robot dalam kehidupan sehari-hari.

Hal mendasar dari meningkatnya produksi robot ini, harusnya disertai dengan pembekalan dan pengetahuan tentang dasar-dasar robotika sejak dini. Bahkan negara-negara yang saya sebutkan diatas, telah memasukkan kegiatan merakit robot dalam kurikulum pengajaran di sekolah.

Bagaimana dengan Indonesia?

Di Indonesia, pengenalan robotik, telah diajarkan ditingkat Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, lewat extra kurikuler. Dari wadah institusi tersebut, awal mulanya siswa diajarkan dengan menggunakan lego. Lego adalah kepingan warna warni berbentuk balok, kubus ataupun tabung, yang akan digunakan untuk menyusun prototype. Adapun bentuk dari prototype tersebut dapat berupa mobil, pesawat ataupun bangunan.

Setelah siswa mahir dan pandai dalam menyusun lego, akhirnya mereka diajarkan ke level berikutnya, yaitu programming. Butuh nalar dan logika untuk mempelajari bahasa pemrograman tersebut. Dan tentunya, bahasa pemrograman (coding) yang diajarkan, harus relevan dengan materi lego. Dibutuhkan praktisi robotik (trainer), untuk dapat menjelaskan serta mengajarkan konsep robotik terhadap peserta didik, yang notabene siswa SD.

Baca Juga  Politik Kita Hari Ini: Kurang Pengetahuan, Minim Keteladanan

Dari kegiatan tersebut, akhirnya dilombakan dalam event-event nasional maupun internasional. Event tersebut merupakan kesempatan bagi siswa sekolah dasar, untuk ikut berkompetisi, belajar dari peserta lain atau menambah pengalaman dalam mengikuti kejuaraan.

***

Sebagai pengamat didunia konstruksi, saya meyakini bahwa kehadiran robot juga akan masuk ke ranah konstruksi juga. Terbukti dari pembuatan robot cetak 3D, yang mampu memasang struktur bangunan (jembatan) di Belanda. Juga fungsi robot untuk pemasangan batu bata, pembongkaran bangunan serta pengelasan pipa.

Hal ini sangat membantu manusia dalam pekerjaan dilapangan. Terutama pekerjaan yang mengandung resiko tinggi dan rawan kecelakaan. Seperti dalam sektor pertambangan, dimana robot dapat mencapai kedalaman tanah, dimana manusia tidak dapat menjangkaunya. Negara yang telah mengaplikasikan penggunaan robot untuk mengeruk berlian seperti uraian diatas, adalah Botswana.    

Dari fenomena di atas, banyak peneliti ilmu sosial memperkirakan, bahwa peran robot lambat laun akan menggantikan peran manusia dalam aspek kehidupan. Akurat, tepat, submisif, tidak kenal lelah dan tetap powerfull, adalah keistimewaan robot dibandingkan dengan manusia.

Bahkan fisikawan terkenal, Stephen Hawking ataupun teknopreneur sekelas Elon Musk, mengatakan bahwa, jika robot tidak dikendalikan dengan baik, akan berpotensi berbahaya. Kemungkinan negatif yang dimaksud, semisal: melancarkan aksi terorisme jarak jauh menggunakan robot drone atau penyalahgunaan data, gambar serta video palsu. Ini yang tentunya tidak kita harapkan.  

Editor: Yahya FR
Avatar
1 posts

About author
Ananto Hayuning Rat, S.Si, MT: akademisi, bekerja di proyek konstruksi dan juga penulis lepas di beberapa media online.
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds