Perspektif

Menjadikan Masjid sebagai Tempat Rekreasi

2 Mins read

Rekreasi atau piknik ke berbagai tempat wisata memang memberikan penyegaran pikiran setelah kesibukan yang padat di tempat kerja bagi orang dewasa atau sekolah bagi anak-anak. Akan tetapi menurut hemat penulis, rekreasi ke tempat wisata itu hanya kesenangan sesaat. Sehabis piknik  justru membuat badan letih dan finansial menipis. Apalagi tempat wisata tersebut jauh, belum lagi terjebak macet di jalan atau malah kendaraan yang dinaiki mogok di tengah jalan. Piknik yang seharusnya untuk bersenang-senang, malah meningkatkan rasa stres dan kesedihan.

Sebaik-baik tempat adalah masjid. Masjid bisa menjadi tempat rekreasi yang hemat dan lebih menguntungkan dalam aspek finansial, jasmani dan spiritual. Sebagaimana yang dilakukan nabi Muhammad melakukan perjalanan dari masjid al-Haram ke masjid al-Aqsa saat peristiwa Isra Mi’raj. Salah satu hikmah perjalanan nabi tersebut adalah sebagai rekreasi dan hiburan bagi nabi yang sedang berduka karena ditinggal wafat oleh istri Sayyidah Khadijah dan paman beliau Abu Thalib.  Penulis akan merangkum tiga bentuk rekreasi di masjid.

Masjid Tempat Rekreasi Ilmu

Masjid-masjid besar di setiap kota, apalagi yang kotanya maju dalam aspek pendidikan telah banyak menggelar pengajian rutin yang membahas tentang tema ilmu-ilmu agama maupun integrasi ilmu. Tentu saja pengajian di masjid suasananya santai dan rileks. Bahkan para jamaah yang mengikuti pengajian diberikan snack makanan dan minuman gratis, yang tentu saja bisa mempersantai suasana.  Berbeda di sekolah atau di kampus, para pelajar selalu “dicekoki” tugas, ujian dan biaya yang besar.

Apabila kita kembali menengok ke belakang (sejarah). Awal mula berdirinya kampus Al-Azhar, salah satu kampus tertua di dunia yang dijuluki menara ilmu dan nilai-nilai keulamaan, yang terletak di ibu kota Kairo negara Mesir adalah, adanya kegiatan belajar agama (pengajian) di masjid Al-Azhar. Dalam sejarah Islam, masjid tidak hanya digunakan sebagai pusat peribadatan, tetapi juga sebagai pusat pengembangan keilmuan. Sebagaimana yang telah dilakukan nabi Muhammad SAW terhadap generasi ahl-Shuffah di masjid Nabawi Madinah. Hal ini membuktikan bahwa berawalnya peradaban yang maju dimulai dari masjid.

Baca Juga  Menjadikan Masjid Lebih Futuristik di Abad Ke-21

Masjid Tempat Rekreasi Pikiran

Dalam suatu hadis Shahih yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud nabi bersabda : “Innallaha jamīl yuhibbul jamȃl” yang artinya: Allah Maha indah dan mencintai keindahan. Masjid yang memiliki nilai estetik dengan konsep hijau asri yang ditanami bunga-bunga, desain arsitektur interior maupun eksterior modern yang diselingi tulisan kaligrafi yang meliuk-liuk rapi di dinding masjid, tentu saja akan memanjakan mata. Sehingga menarik orang untuk datang ke masjid dan beribadah di dalamnya. Perlu diinggat bahwa jangan jadikan masjid hanya sebagai tempat jalan-jalan atau wisata tanpa beribadah di dalamnnya.

Menurut penelitian Universitas Rutgers di AS , menempatkan bunga di suatu tempat terbukti membawa banyak manfaat. Rasa depresi dan kecemasan berkurang. Berganti dengan meningkatnya rasa bahagia. Kehadiran bunga atau konsep hijau di masjid ataupun di tempat lain membuat tingkat emosional dan kekhusyukan para jamaah dalam beribadah akan bertambah. Masjid yang berkonsep hijau akan menyatu dengan alam dan ramah lingkungan.

Akan tetapi, kurangnya pengetahuan pengurus masjid tentang manfaat konsep hijau, salah satunya dengan cara membuat taman bunga di halaman masjid, membuat mereka merasa aneh jika meletakkan berbagai macam bunga di halaman masjid. Hal ini penulis alami sendiri ketika waktu kuliah dulu sempat menjadi marbut/takmir masjid, beberapa jamaah di masjid tersebut ada yang kurang setuju penempatan berbagai macam bunga di halaman masjid.

Masjid Tempat Rekreasi Ruhani

Melakukan ibadah di masjid sebenarnya salah satu bentuk rekreasi yang dapat menyegarkan batin atau perasaan. Hati akan menjadi tenang dan tentram jika berada di dalam masjid. Segala rasa cemas, khawatir dan letih akan hilang jika sudah beribadah di dalam masjid.

Baca Juga  Ketika Masjid Bukan Lagi Pemersatu Umat

Jamaah Tabligh yang dikenal sebagai jamaah pendakwah atau jamaah jaulah (keliling dari masjid ke masjid) mempunyai program khuruj (keluar untuk berdakwah) tiga hari, empat puluh hari bahkan empat bulan I’tikaf di masjid sambil berdakwah dan menginap di masjid. Setiap tiga hari mereka akan pindah dari masjid satu ke masjid lain. Salah satu alasan kenapa mereka keliling dari masjid ke masjid adalah karena mereka memperoleh ketenangan batin di masjid. Bagaimana dengan kita?

Editor: Ahmad

Abdul Ambar Rahim
1 posts

About author
Penyuluh Agama Islam non PNS, KUA Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi
Articles
Related posts
Perspektif

Tunisia dan Indonesia: Jauh Secara Jarak tapi Dekat Secara Kebudayaan

2 Mins read
“Tunisia dan Indonesia Jauh secara Jarak tetapi dekat secara Kebudayaan”, tetapi sebaliknya “Tunisia dan Eropa itu jaraknya dekat, tapi jauh secara Kebudayaan”…
Perspektif

Gelombang Protes dari Dunia Kampus Menguat, Akankah Terjadi 'American Spring'?

4 Mins read
Pada tahun 2010-2011 terjadi demonstrasi besar-besaran di sejumlah negara Arab. Protes tersebut menuntut pemerintahan segera diganti karena dianggap tidak lagi ‘pro-rakyat’. Protes…
Perspektif

Buat Akademisi, Stop Nyinyir Terhadap Artis!

3 Mins read
Sebagai seorang akademisi, saya cukup miris, heran, dan sekaligus terusik dengan sebagian rekan akademisi lain yang memandang rendah profesi artis. Ungkapan-ungkapan sinis…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *