Tasawuf

Mitologi Yunani-Romawi: Ketidakilmiahan Kalender Miladiyah

2 Mins read

Oleh: Ir. Basit Wahid

Dewasa ini kebanyakan orang menggunakan kalender Miladiyah untuk keperluan sehari-hari, pencatatan data, surat menyurat, dan sebagainya. Bahkan, di antara ummat Islam di Indonesia  kiranya tidak banyak yang menggunakan tarikh Hijriyah. Banyak orang Islam tidak mengetahui, hari ini tanggal berapa, bulan berapa, dan tahun berapa Hijriyah.

Kalender Miladiyah

Orang lebih banyak menggunakan data tahun Miladiyah, karena memang itu yang digunakan secara resmi oleh pemerintah. Di kantor-kantor, di sekolah-sekolah, untuk menentukan waktu penerimaan gaji, kenaikan tingkat, waktu pensiun, dan sebagainya menggunakan kalender Miladiyah. Hingga sebagian orang memperoleh kesan seolah-olah kalender Miladiyah lebih eksak dan ilmiah dibanding kalender Hijriyah. Seolah-olah ada anggapan, bahwa kalender Hijriyah bernilai kurang tinggi, tidak dapat memberitahukan periode pergantian musim.

Anggapan semacam itu sering pula dikemukakan oleh para orientalis Barat, yang mengatakan, bahwa kalender Hijriyah adalah sangat menjengkelkan. Kata mereka, bulan Hijriyah tidak mengikuti musim tertentu, tetapi dapat bergeser sepanjang segala macam musim. Hingga bulan Ramadhan mungkin jatuh pada musim panas dan musim dingin. Kata mereka sangat menyusahkan bagi orang menjalani puasa, bila kebetulan bulan Ramadhan jatuh pada musim panas. Harinya sangat panjang dan udaranya pun panas, hingga orang merasa sangat lapar dan sangat haus.

Anggapan semacam itu tidak seluruhnya benar. Kalender Miladiyah memang mempunyai suatu segi kemanfaatan, yakni dapat menunjukan periode pergantian musim. Tetapi juga mempunyai segi negatif, yang tidak bersifat eksak dan bahkan tidak ilmiah sama sekali. Sebalikanya, kalender Hijriyah meskipun tidak dapat menunjukan periode pergantian musim, tetapi mempunyai banyak kemanfaatan.

Tidak Eksak

Dinamai Kalender Miladiyah karena tahun permulaan menurut perhitungan orang pada waktu itu adalah tahun kelahiran Nabi Isa as. Bahwa hal itu tidaklah benar telah ditunjukan oleh Wasley S. Krogdahl dalam bukunya The Astronomical Universe. Diterangkan dalam buku tersebut bahwa pada tanggal 13 Maret tahun 3 Sebelum Masehi terjadi gerhana bulan yang bertepatan dengan meninggalnya Raja Herodus. Hingga dengan demikian lahirnya Nabi Isa as. barulah pada tahun 4 Sebelum Masehi.

Baca Juga  Kalender Islam Ma'na-Cum-Maghza

Tahun Miladiyah kadang-kadang juga dinamai tahun Masehi, dan seolah-olah adalah tahun umat Nashara. Akan tetapi, nama-nama hari diambilkan dari nama dewa-dewa bangsa Romawi hingga bersifat politeistis dan tidak monoteistis.

Tahun Romawi dimulai dengan tanggal 1 Maret. Dua belas bulan menurut urutan yang semula adalah : 1. MARS (dari dewa Mars), 2. APRILIS (dari dewa Aphrodite), 3. MAIA (dari dewa Maia), 4. JUNIUS (dari dewa Juno), 5. QUINTILIS (bulan kelima), 6. SEXTILIS (bulan keenam), 7. SEPTEMBER (bulan ke tujuh), 8. OKTOBER (bulan kedelapan), 9. NOVEMBER (bulan kesembilan), 10. DESEMBER (bulan kesepuluh), 11. ARIUS (dari Janus), 12. FEBRUARIUS (dewa kematian). Kelak kemudian bulan QUINTILIS dan SEXTILIS diubah menjadi JULIUS dan AGUSTUS untuk menghormat Julius Caesar dan Augustus.

Sekarang, bulan ketujuh September tergeser menjadi bulan ke sembilan. Bulan kedelapan Oktober menjadi bulan kesepuluh. Bulan kesembilan November menjadi bulan kesebelas. Sedangkan bulan kesepuluh Desember menjadi bulan keduabelas atau terakhir.

Apakah sebabnya terjadi hal yang demikian? Sebab permulaan tahun digeser menjadi Januari, dan bukan Maret lagi, sedang nama-nama bulan tidak diubah. Tentu saja tidak ilmiah bulan kesembilan dinamai September yang berarti ketujuh, dan seterusnya.

Nama-nama hari diambilkan juga dari nama-nama dewa Romawi dan Yunani. SUNDAY, Zondag dari Matahari (sun, zon); MONDAY, Maandag dari bulan (moon, maan); TUESDAY, Dinsdag, dari Tiu atau Diu, anak laki-laki dari Wodan; WEDNESDAY, Woensdag, dari Wodan, dewa alam semesta; THURSDAY, Donderdag, dari Donar, Thor, anak Wodan yang memerintahkan hujan, kilat, dan petir, dewa pertanian; FRIDAY, Vrijdag, dari Fria, isteri Wodan; SATURDAY, Zaterdag, dari Saturnus. Dengan demikian, kalender Miladiyah atau Masehi sama sekali tidak menunjukkan ciri-ciri kenasranian, tetapi tampak jelas pengaruh politeisme Romawi.

Baca Juga  Tarian Rumi: Cara Mendekatkan Diri Kepada Allah

Lagi pembagian jumlah hari di dalam bulan-bulan sepanjang tahun, tidak menunjukan pembagian yang sistematis, tetapi bersifat semrawut atau kacau. Bumi mengelilingi Matahari setiap kali edaran selama 365,2422 hari. Oleh karena satu tahun dibagi menjadi 12 bulan itu, satu bulan akan mendapatkan sekitar 30 hari. Sisa 5,2422 hari dapat diberikan sebagai tambahan kepada 5 di antara 12 bulan itu. Sedangkan 0,2422 hari dapat disisipkan di antara bulan-bulan itu selama 4 tahun sekali sebagai satu hari tambahan di salah satu bulan.

Sumber: artikel “Mana Yang Lebih Eksak dan Ilmiah: Kalender Miladiyah atau Hijriyah?” karya Ir Basit Wahid (SM. no. 2/Th. Ke-57 /1977). Pemuatan kembali di www.ibtimes.id dengan pengubahan judul dan penyuntingan.

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…
Tasawuf

Membaca Sejarah Munculnya Tasawuf dalam Islam

4 Mins read
Membaca sejarah tasawuf awal akan membawa kita pada beberapa pertanyaan. Misalnya, bagaimana sejarah tasawuf pada periode awal itu muncul, bagaimana corak dari…
Tasawuf

Rahasia Hidup Zuhud Imam Hasan Al-Bashri

2 Mins read
Salah satu kajian yang menarik dari sosok Hasan Al-Bashri adalah tentang “Zuhud”. Membahas zuhud adalah tentang bagaimana cara beberapa sufi hidup sederhana…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds