IBTimes.ID – Iman dan amal saleh merupakan model beragama Islam. Iman tidak boleh berdiri sendiri. Ia harus diikuti oleh amal saleh. Dalam hal ini, Ustadz Hamim Ilyas mengenalkan 7 hukum keimanan fungsional. Keimanan fungsional ini menjadi pengertian yang sahih dari pengertian iman dan amal saleh.
Di 57 tempat al-Qur’an, iman digandengkan hal lain dan 45 di antaranya dengan amal shaleh. Penggandengan ini menunjukkan bahwa iman dan amal shaleh merupakan model (pola yang harus diikuti) dalam beragama Islam.
Dalam bahasa Arab, iman merupakan mashdar dari aamana-yu’minu, bentuk transitif dari amina-ya’manu- amnan (rasa aman dan damai), amanan (keadaan aman dan damai), dan amanatan (sesuatu yang mendasari rasa dan keadaan aman dan damai, yakni kepercayaan atau trust).
Menurut Ustadz Hamim, pembentukan ini menunjukkan bahwa iman adalah keyakinan yang fungsional yang mewujudkan rasa aman, damai, dan amanah.
Siapakah yang dengan iman dibuat menjadi merasa aman dan damai, berkeadaan aman dan damai, dan amanah? Menurut Ustadz Hamim, berdasarkan ayat-ayat dan hadis Nabi, jawabannya adalah:
Pertama, pribadi orang beriman. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nabi SAW bersabda, “la imana li man la amanata lah”. (Tidak ada iman pada orang yg tidak memiliki amanah)
Kedua, keluarga orang beriman. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam ath-Thabarani, Nabi SAW bersabda, “khairukum khairukum li ahlih”. (Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik kepada keluarganya)
Ketiga, komunitas orang beriman. Dalam surat Ali Imran ayat 104 Allah berfirman
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Hal ini berarti yang merasa aman adalah komunitas dakwah, amar ma’ruf dan nahi munkar yang menegakkan nilai-nilai hidup baik.
Keempat, masyarakat orang beriman. Dalam surat al-Baqarah ayat 143 Allah berfirman:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا ٱلْقِبْلَةَ ٱلَّتِى كُنتَ عَلَيْهَآ إِلَّا لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَٰنَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Artinya: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”
Ummatan wasatha adalah masyarakat pilihan yang menjadi saksi & pelaku sejarah.
Kelima, negara orang beriman. Dalam surat al-Baqarah, 2: 126 Allah berfirman:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”.
Baladan aminan adalah negara yang aman dan damai.
Keenam, seluruh umat manusia. Dalam surat al-Baqarah ayat 213 Allah berfirman:
كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةً وَٰحِدَةً فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِيِّۦنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ ٱلنَّاسِ فِيمَا ٱخْتَلَفُوا۟ فِيهِ ۚ وَمَا ٱخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا ٱلَّذِينَ أُوتُوهُ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَتْهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَا ٱخْتَلَفُوا۟ فِيهِ مِنَ ٱلْحَقِّ بِإِذْنِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ يَهْدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Artinya: “Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
Ayat ini menjelaskan bahwa umat manusia adalah satu bangsa.
Ketujuh, alam atau makhluk selain manusia. Dalam HR Bukhari dan Muslim dijelaskan bahwa “perempuan” masuk neraka karena mengikat kucing, tidak memberinya makan dan tidak melepasnya untuk mengais-ais makanan sehingga kucing itu mati kelaparan.
Tujuh hukum keimanan fungsional di atas merupakan pengertian konkret dari definisi iman: membenarkan dengan hati, menyatakan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan.
Reporter: Yusuf