Tarikh

Muhammad Iqbal (2) : Jalan Politik Kemerdekaan dan Nasionalisme

4 Mins read

Muhammad Iqbal terjun ke dunia politik, bermula ketika berada di Inggris tahun 1908, waktu itu ia terpilih sebagai Direktur eksekutif The Muslim League (TML) cabang Inggris, kawan seperjuangannya adalah Syekh Hasan Bilgrami dan Amir Ali, bersama mereka, Iqbal terlibat pembuatan konsep kelembagaan TML.

TML atau Liga Muslim Dunia adalah perkumpulan negara-negara Islam yang terkungkung imprealisme Barat. Melalui TML Iqbal ingin berjuang untuk martabat bangsa dan umat Islam di India, pada waktu itu Iqbal benar-benar merasa terpanggil, tujuannya jelas yakni: sekali lagi, memperbaiki nasib bangsa dan komunitas muslim di India, salah satunya dengan pembaharuan pemikiran Islam. Pada Tahun 1908, ia pulang ke India dan melibatkan diri  dalam percaturan politik di India.

Dan secara mengejutkan pada tahun 1930, ia memperkenalkan konsep kemerdekaan. Dalam kesempatan sidang tahunan TML,  disitulah ia mulai membicarakan gagasannya, sidang tersebut jadi penanda dan babak baru perjalanan hidup Iqbal. Ia punya dorongan yang kuat, agar suatu kelak, daerah Punjab dan daerah-daerah perbatasan Utara, seperti Sind dan Balutistan yang mayoritas adalah muslim, nantinya akan digabung menjadi negara yang terpisah dari India, hal inilah kemudian menjadi asas pembentukan Pakistan. Tak heran jika Iqbal kemudian dipandang sebagai Bapak nya Pakistan.

Meletakan Konteks Berpikir Iqbal: Kemerdekaan dan Nasionalisme

Munculnya sebuah ide atau gagasan pembaharuan dari seorang tokoh yang biasanya sekaligus bertindak selaku pemikir, pasti tak terlepas dari kondisi sosio-kultural-politik setempat.

Demikian halnya dengan Muhammad Iqbal. Ide kemerdekaan yang digagas Iqbal bukan tanpa sebab dan tidak lahir dari ruang yang hampa, ia punya argumentasi dan alasan kuat, mungkin bisa disarikan kedalam beberapa point berikut.

***

Pertama, diterangkan oleh guru besar studi Islam yang mengajar di Universitas Georgtown, Jhon L. Esposito, dalam buku terjamahannya yakni “Dinamika Kebangunan Islam”,  bahwa sejarah telah mencatat pada abad ke 19 di India, sewaktu itu terdapat tiga golongan masyarakat, yaitu Inggris yang maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, penganut agama Hindu, dan penganut agama Islam.

Baca Juga  Sejarah dan Alasan Islam Bisa Diterima oleh Masyarakat Bali

Meskipun umat Hindu dan umat Islam sama-sama bangsa India, tetapi umat Hindu merupakan kelompok mayoritas, sementara umat Islam merupakan kelompok minoritas. Sebagai seorang muslim, Iqbal hidup di tengah-tengah masyarakat Islam minoritas yang dahulu pernah memerintah India, tapi sekarang berdampingan dengan masyarakat Hindu dan pemerintah kolonial Inggris.

Hal diatas kemudian mendapat penegasan oleh Harun Nasution dan Muhammad Al-Bahay bahwasanya kedatangan Inggris ke India dengan peradaban Baratnya yang maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak mempengaruhi rakyat India. Akan tetapi tingkat keterpengaruhan itu lebih menonjol dan relatif diterima oleh masyarakat Hindu, akibatnya mereka lebih maju, yang itu berujung pada penempatan orang-orang Hindu untuk bekerja di kantor-kantor Inggris.

Sementara itu, umat Islam atau komunitas Muslim masih tertinggal dan tetap berada pada kondisi kemunduran, baik dalam bidang material, ekonomi bahkan dampaknya ke bidang spiritual.

Jadi dapat kita simpulkan, bagi Iqbal kemunduran umat Islam terutama di negeri nya India waktu itu adalah karena minimnya solidaritas keumatan, sehingga lahir lah runtutan masalah: kemiskinan, ketertinggalan, kebodohan dan itu semua diikat oleh sebuah imprealisme Barat atau dalam konteks ini ialah penjajahan Inggris atas India. Karenannya melepaskan diri dari India dan Inggris adalah alasan logis.

Itulah yang mendasari pikiran Iqbal tentang kemerdekaan, yang mana sikap ini menelurkan pikiran lain yang masih bersinggungan, yakni nasionalisme.

***

Kedua, Iqbal menaruh skeptisme terhadap konsep nasionalisme India, baginya itu adalah kedok untuk menutupi Hinduisme dalam bentuk baru, atau dengan kata lain, menurut Iqbal demokrasi India terlalu dipengaruhi hinduisme, oleh karena itu ia bersama umat Islam disana menuntut pemerintahan yang terpisah dari negara “Hindu” di India , semangat itu lahir dalam manifesto mendirikan negara Pakistan.

Baca Juga  Kiat-Kiat Melakukan Penelitian Sejarah

Tetapi menurutnya nasionalisme yang dibangun kelak oleh Pakistan, tidak boleh dimaknai sempit, Nasionalisme dalam pikiran Iqbal adalah titik tolak atau kritik balik terhadap Nasionalisme India, ia adalah semacam wujud Pan Islamisme atau Persatuan antar negara-negara Islam, baginya nasionalisme tidak menerima batas pemisah satu daerah atau negara ke negara lain, karena itu dapat mempersempit ufuk pandangan umat Islam seluruh dunia. Iqbal menggunakan metafor, baginya Islam adalah sebuah keluarga,  seperti republik-republik dan Pakistan yang kelak  akan dibentuk adalah salah satu bagian dari republik itu.

Lebih jauh lagi, jika kita coba untuk melacak genealogi nasionalisme dalam Islam, Ibnu Khaldun dalam kitab Muqadimmah nya menilai dengan positif nasionalisme, ia adalah solidaritaas dan sekaligus menjadi perekat komunitas yang sama, sehingga menjadi basis kekuatan sosial yang menggerakan.

Muhammad Iqbal meramu itu, kemudian mengartikannya dengan lebih luas, nasionalisme dalam konteks dan sketsa cara pandang Iqbal, bukanlah fanatisme satu golongan, bukan ashabiyyah tetapi nasionalisme adalah sebuah gagasan yang mencerahkan masyrakat, pada negara yang terjajah corak nasionalisme dapat kita baca melalui gerakan antiimperalisme atau penjajahan sebuah negeri. Hal tersebut menjadi wajar dan  jelas penjajahan bagi Iqbal adalah penindasan atas kemanusiaan.

Ijtihad Politik Muhammad Iqbal

Dalam kapasitas nya sebagai pemikir, Iqbal berpandangan bahwa agama harus terus bergerak, “dinamisme Islam” dan ijtihad baginya adalah salah satu prinsip gerak dalam Islam, dan sejarah baginya  haruslah bersifat progresif. Masyrakat Islam harus senantiasa bergerak dan jangan tinggal diam.

Sebab bagi Iqbal, yang terbaik dalam hidup adalah gerak, dan hukum hidup adalah menciptakan, maka ia menyeru kepada sekalian ummat Islam agar bangun dan menciptakan dunia baru.

Baca Juga  Mengenal Bait al-Hikmah, House of Wisdom di Baghdad

Juga sebagai seorang negarawan sekaligus sufi yang matang, pandangan-pandangan Iqbal terhadap ancaman luar begitu awas dan juga sangat tajam. Iqbal mengkritik hanis Barat, baginya budaya Barat adalah budaya materialisme, imperialisme, dan anti spiritual, jauh dari norma yang mencerahkan.

Atas dasar itulah, Iqbal begitu menentang pengaruh buruk budaya Barat. Karenanya, salah satu jalan yang mau tidak mau harus ditempuh untuk bebas dari cengkraman imperalisme adalah lewat politik dan bukan semata konfrontasi yang lain.

Namun sebagai prasyarat ummat Islam harus melihat kedalam lebih dulu. Bagi Iqbal,  faktor terpenting dalam diri manusia adalah jati dirinya. Dengan pemahaman yang dilandasi Islam yang kokoh, maka ummat Islam harusnya menumbuhkan rasa percaya diri identitas ke-Islamannya.

Baginya umat Islam tidak boleh merasa rendah diri menghadapi budaya Barat. Dengan cara itu Iqbal mendorong komunitas Muslim di India agar dapat melepaskan diri dari belenggu imperialis.

Sejalan dengan hal itu, Fazlurrahman seringkali mengingatkan bahwa imitasi yang dilakukan umat Islam kepada Barat baik secara personal maupun sosial akan menyebabkan hilangnya kepercayaan diri, maka pasti akan menghambat dan menghancurkan peradaban Islam dengan sendirinya.

Demikian tegasnya prinsip Iqbal, maka ia berpandangan bahwa Islam adalah agama yang mengatur segalanya, syumuyatul Islam, dalam konteks ini politik dan agama tidak dapat dipisahkan, karena menyoal negara tanpa Islam bagi Iqbal adalah cara yang keliru.

Editor: Yahya FR
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *