Tajdida

Muhammadiyah itu Gerakan dan Keyakinan

3 Mins read

Oleh: Robby Karman

Tulisan ini mencoba melengkapi tulisan Hendra Hari Wahyudi berjudul Muhammadiyah itu Gerakan Bukan Keyakinan yang dimuat IBTimes.id. Kenapa perlu dilengkapi? Agar kita bisa memotret gerakan Muhammadiyah secara lebih utuh.

Bukan Keyakinan Baru

Melalui tulisannya Hendra mencoba menegaskan kembali bahwa yang lebih penting dipahami adalah Muhammadiyah sebagai gerakan, bukan keyakinan. Hal ini mengingat realitas di akar rumput bahwa Muhammadiyah selalu dicurigai sebagai “agama baru”. Hendra menyanggah hal ini dan menyatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan sosial bukan keyakinan baru. Karena itu bagi Hendra Muhammadiyah tidak perlu masuk terlibat dalam masyarakat yang masih senang saling menyalahkan misalnya perihal amal ibadah.

Hendra juga mengkritik fanatisme yang menjangkiti sebagian umat Islam yang terlalu membangga-banggakan golongannya atau merasa paling benar. Mengutip pernyataan Kiai Dahlan dalam film Sang Pencerah, punya keyakinan itu boleh. Tapi jangan fanatik, karena fanatik itu ciri orang bodoh. Penulis sangat sepakat dengan uraian Hendra tersebut. Oleh karena itu penulis ingin mencoba mengelaborasi lebih jauh guna memperoleh gambaran Muhammadiyah secara lebih utuh.

Keyakinan Menggerakan Amal

Jika kita kembali melakukan kilas balik kepada masa awal berdirinya Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan memang tidak membangun Muhammadiyah melalui rumusan-rumusan keyakinan terlebih dahulu, namun langsung melakukan tindakan konkret menyelesaikan masalah-masalah kemanusiaan. Namun benarkah tindakan Kiai Dahlan tersebut hanyalah gerakan tanpa ada unsur keyakinan? Jika kita telaah lebih jauh amalan Kiai Dahlan didasarkan pada sebuah keyakinan. Yakni bahwa Islam adalah agama yang dapat membawa kemaslahatan di dunia dan akhirat.

Keyakinan Kiai Dahlan terhadap kebenaran firman Allah SWT khususnya QS. Ali Imran: 104 juga lah yang menginspirasi Kiai Dahlan membuat gerakan Muhammadiyah. Maka dari itu bagi penulis antara gerakan dengan keyakinan tak dapat dipisahkan dan harus berjalan beriringan.

Baca Juga  PDIP dan Muhammadiyah: Adakah Kesamaan Nilai?

Karena keyakinanlah yang menjadi ruh dari sebuah gerakan. Keyakinan yang membedakan amalan yang dilakukan umat Islam dengan amal saleh yang dilakukan kaum ateis misalnya. Umat Islam melakukan amal saleh mempunyai keyakinan dan harapan mendapatkan ridha Allah SWT. Sementara ateis melakukan amal kebaikan atas dasar kemanusiaan semata.

Memang benar bahwa pada masa Kiai Dahlan hidup, beliau tidak menyusun semacam rumusan “akidah” bagi Muhammadiyah. Bahkan amalan Kiai Dahlan pada masa itu masih sama dengan amalan warga NU hari ini. Suatu fakta sejarah yang membuat sebagian kawan-kawan NU kemudian usil kepada warga Muhammadiyah.

Pada masa awal berdirinya Muhammadiyah fokus pada tiga aktivitas utama, schooling (pendidikan), feeding (pelayanan sosial) dan healing (kesehatan). Adapun persoalan yang berkaitan dengan ketarjihan belum mendapatkan perhatian penuh. Tentu bukan berarti tidak ada sama sekali. Kiai Dahlan sudah mengeluarkan fatwa mengenai arah kiblat yang salah. Hal ini merupakan fatwa hasil tarjih Kiai Dahlan sendiri.

Sepeninggal beliau, Kiai Mas Mansur menjadi ketua Majelis Tarjih yang pertama pada 1927. Pada masa ini keyakinan Muhammadiyah mengenai hukum-hukum fikih mulai dirapikan. Kawan-kawan Nahdliyin menuduh bahwa pembentukan Majelis Tarjih adalah awal mula Muhammadiyah menjadi wahabi. Tentu saja hal tersebut tidak benar. Majelis Tarjih berdiri dengan spirit ijtihad Kiai Dahlan. Karenanya adanya Majelis Tarjih bukanlah mengkhianati paham Kiai Dahlan. Namun melanjutkan pemikirannya. Setelah berdirinya Majelis Tarjih, Muhammadiyah menjadi mempunyai paham agama tersendiri. Namun paham agama bukanlah agama itu sendiri, melainkan metode dan corak dalam beragama.

Paham Agama Muhammadiyah

Adanya paham agama dalam Muhammadiyah membuat Muhammadiyah memiliki pandangan resmi dalam melihat sebuah kasus. Misalnya Muhammadiyah tak menjalankan qunut subuh, tahlilan, yasinan dan yang semacamnya. Namun Muhammadiyah tetap menjaga kesantunan dan akhlakul karimah dalam bersikap, terutama dalam bermasyarakat. Keyakinan Muhammadiyah memang tegas, namun sikap Muhammadiyah tetap santun. Oleh karena itu jika Hendra Hari Wahyudi mengkhawatirkan paham tarjih Muhammadiyah membuat adanya bentrokan di masyarakat, penulis pikir seharusnya hal tersebut tidak terjadi.

Baca Juga  Cara Politik Muhammadiyah itu Adiluhung!

Pasca kemerdekaan terinspirasi dari adanya piagam jakarta dan pembukaan UUD 1945, Muhammadiyah menyusun Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Di dalamnya terdiri dari beberapa poin yang menjadi keyakinan dan arah gerakan Muhammadiyah. Lalu disusun juga 12 langkah Muhammadiyah dan Mukadimah Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. Kesemuanya adalah matan ideologi yang lahir karena kebutuhan waktu dan tempat tertentu.

Yang jelas adanya berbagai rumusan ideologi tersebut guna memperkuat gerakan Muhammadiyah, bukan memperlemahnya. Lahir pula berbagai macam Khittah Muhammadiyah yang berisi respon terhadap permasalahan tertentu. Pada muktamar 1 abad, Muhammadiyah mendeklarasikan diri sebagai gerakan Islam yang berkemajuan. Islam yang berkemajuan menjadi identitas dan keyakinan persyarikatan Muhammadiyah.

Kesimpulan dari tulisan ini, Muhammadiyah adalah gerakan bukan keyakinan adalah benar, dalam artian bahwa Muhammadiyah bukanlah agama baru. Benar juga dalam pengertian bahwa fokus utama Muhammadiyah adalah gerakan sosial keagamaan bukan hanya gerakan untuk menyebarkan ideologinya semata. Namun dalam konteks lain, gerakan Muhammadiyah tidak boleh dilepaskan dari keyakinan yang mendasarinya.

Hari ini rumusan keyakinan Muhammadiyah sudah dapat dengan mudah kita akses guna menjadi pedoman bagi gerakan kita. Namun rumusan keyakinan Muhammadiyah bukan dalam rangka menjadikan Muhammadiyah gerakan yang ekslusif dan fanatik. Justru adanya berbagai rumusan ideologi dan majelis tarjih agar Muhammadiyah tetap menjadi pengayom bagi kemanusiaan.

Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *