Menilik tulisan Mas Hasnan Bachtiar, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang dan juga pendiri the Reading Group for Social Transformation (RGST), yang berjudul Muhammadiyah: Besar Quota, Fakir Followers di IBTimes (15/04/2020). Bukan bermaksud menyoal tulisan beliau, namun saya menjadi terinspirasi menulis dalam prespektif lain mengenai quota dan followers.
Organisasi yang didirikan di kampung Kauman, Yogyakarta, Muhammadiyah adalah persyarikatan yang bergerak di bidang dakwah dan sosial yang dari sejak berdirinya mengedepankan pengamalan ajaran agama Islam.
Surat Ali Imran ayat 104 menjadi landasan perkumpulan ini ada, dan hingga kini Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi yang berpengaruh di tanah air. Muhammadiyah selalu mengikuti perkembangan zaman, begitu pula dalam dakwahnya.
Maka tidak heran, organisasi ini bisa bertahan hingga kini, dan mempunyai berbagai macam Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang tersebar hampir ke seluruh pelosok negeri.
Quota Berupa AUM
Melihat banyaknya AUM yang ada, membuktikan dakwah Muhammadiyah menyentuh berbagai bidang. Pendidikan, kesehatan, sosial, hingga olahraga merupakan pilihan cita rasa dakwah yang ada di persyarikatan ini.
Di mana, AUM seakan menjawab seluruh kebutuhan masyarakat yang ada, yang mungkin melebihi sentuhan oleh negara. Puluhan ribu lembaga pendidikan dari tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi pun Muhammadiyah punya.
Dan kualitasnya pun tak diragukan dan menjadi pilihan favorit oleh masyarakat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke hampir tiap daerah ada sekolah Muhammadiyah.
Selain sekolah kesehatan, gerakan dakwah Muhammadiyah di bidang kesehatan pun tidak hanya soal sekolah, tapi juga pelayanan kesehatan. Sejak tahun 1923, Muhammadiyah sudah mempunyai klinik dan poliklinik yang bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) atas inisiatif dari H.M. Sudjak yang didukung penuh oleh Kiai Ahmad Dahlan.
Seiring dengan waktu, nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat). Hingga kini, ada sekitar 457 Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP yang dimiliki oleh Muhammadiyah.
Quota dakwah Muhammadiyah tidak cukup pada pendidikan dan kesehatan, urusan sosial pun tak luput dari dakwah Muhammadiyah. Bahkan Muhammadiyah sedari awal berdirinya dikenal dengan teologi Al Ma’un, 318 panti asuhan, santunan, dan asuhan keluarga, serta 54 panti jompo menjadi catatan bukti Muhammadiyah konsen terhadap urusan sosial kemasyarakatan.
Apalagi Muhammadiyah mempunyai Lazismu yang mengurusi mulai dari menghimpun hingga menyalurkan zakat, serta Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang menjadi satu-satunya tim medis Indonesia yang terdaftar di World Health Organization (WHO).
Pemuda Muhammadiyah melalui Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) pun tak ketinggalan turut serta dalam bidang ini. Muhammadiyah yang mempunyai semangat ta’awun untuk negeri, membuktikan semangatnya dengan gerakan nyata dengan landasan dakwah Muhammadiyah dibidang sosial kemanusiaan.
Kaderisasi: Quota Dakwah dengan Banyak Followers
Selain itu, kaderisasi dengan semangat dakwah pun sebagai quota sebagai cita rasa yang lengkap ada di Muhammadiyah. Mulai dari tingkat pelajar hingga mahasiswa, serta kepemudaan dan pemudi tak luput darinya.
Muhammadiyah mempunyai organisasi otonom (ortom) untuk menjalankan itu, guna melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Tingkat pelajar ada Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pemuda Muhammadiyah, dan pemudi pada Nasyiatul ‘Aisyiyah. Ada pula Tapak Suci yang berdakwah dibidang bela diri, serta Hizbul Wathan pada gerakan kepanduan.
Semua itu adalah segala bentuk dakwah Muhammadiyah demi membangun sumber daya manusia yang berakhlakul karimah, dan beberapa ortom tadi sudah ada sejak dulu yang hingga kini pun masih bergerak dan berkembang sesuai perkembangan zaman.
Bidang olahraga pun tak luput dari dakwah Muhammadiyah. Di mana, tahun 2020 ini PS Hizbul Wathan yang diinisiasi oleh PWM Jatim ikut berlaga di persepakbolaan nasional. Bukan hanya sekedar untuk berkompetisi, namun kembali kepada tujuan persyarikatan, dimana bukan hanya tentang menendang bola, tapi juga dengan menyisipkan dakwah Muhammadiyah didalamnya. Dari berbagai kaderisasi tadi, pastinya akan menghasilkan banyak followers didalamnya.
Quota Dakwah Muhammadiyah Penuh Cita Rasa
Melihat berbagai AUM dan ortom tadi, rasanya banyak sekali cita rasa yang di miliki Muhammadiyah dalam berdakwah. Masih ada berbagai bidang yang menjadi cita rasa dakwahnya, bidang ekonomi, lingkungan hidup, hukum, pustaka, dan lainnya. Tentunya bukan hanya sekedar retorika, namun sedari awal berdirinya, Muhammadiyah telah mewujudkan aksi nyatanya dalam membangun sumber daya manusia dan juga negara.
Berbagai tokoh bangsa pun lahir dari rahim Muhammadiyah sejak sebelum kemerdekaan, dan itu merupakan wujud nyata dari peran serta Muhammadiyah dalam memajukan umat dan bangsa. Mengusung gerakan Islam berkemajuan, Muhammadiyah menjadi organisasi yang tak lekang ditelan zaman, selalu ada inovasi yang menjadi cita rasa dakwah Muhammadiyah.
Di tengah wabah COVID-19 yang sudah menginfeksi 5000 orang lebih di Indonesia, berdasarkan dari rilis worldometers, Muhammadiyah juga turut tanggap dengan adanya Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC). Pun pula pada berbagai masalah kebencanaan yang lainnya, Muhammadiyah melalui MDMC turut serta mengembangkan dakwahnya melalui peran serta bukan cuma kata.
Lazismu pun mengambil peran juga, sebuah reaksi positif yang bisa menjadi inspirasi. Muhammadiyah, organisasi kemasyarakatan yang membangun peradaban, kemaslahatan, dan juga menebar kebaikan bagi siapapun yang ada dalam pancaran sinar Sang Suryanya.
Usia 107 tahun merupakan usia yang sudah matang bagi sebuah organisasi, semua pengalaman dan perjalanan sudah banyak dilalui. Banyak sudah peran serta Muhammadiyah dalam membangun bangsa, semangat ta’awun untuk negeri sejak dulu dan akan selalu.
Dakwahnya pun mengikuti perkembangan zaman, sesuai dengan gerakan Islam berkemajuan. Semoga pandemi virus corona segera usai, dan kita semua bisa menjalankan aktifitas seperti biasa. Apalagi sebentar lagi bulan Ramadhan akan tiba, pastinya kita ingin beribadah dengan nyaman dan penuh dengan kebersamaan.
Muhammadiyah itu Besar Quota, Kaya Followers
Berbagai AUM dan ortom yang ada, menunjukan besarnya quota dakwah Muhammadiyah diberbagai bidang. Pastinya, dari berbagai AUM tadi didalamnya terdapat manusia dengan berbagai latar belakang. Banyak orang yang becoming dan konversi ke Muhammadiyah atau dalam kalimat lain menjadi followers Muhammadiyah karena peran AUM dan ortom.
Kita bisa melihat para tokoh Muhammadiyah yang sebelumnya bisa dibilang tidak menjadi Muhammadiyah, misalnya dua tokoh Muhammadiyah yang menjadi idola saya, yakni Bapak Din Syamsuddin dan Bapak Abdul Mu’ti, dan mungkin banyak lagi yang lain.
Mungkin ini sebagai tanda bahwa Muhammadiyah mempunyai quota yang besar dalam menghasilkan followers, dan juga menghasilkan followers yang besar pula. Besar dalam artian secara intelektualitas, integritas, dan kualitas.
Muhammadiyah yang berquota besar dari gerakan, amal usaha, dan juga dakwahnya. Sebagai organisasi yang sudah ada sebelum bangsa ini merdeka, kualitas dan integritas Muhammadiyah sudah terlihat dalam perannya membangun dan membantu bangsa. Meski jumlah secara kuantitas, anggota Muhammadiyah masih terbilang sedikit daripada anggota saudara mudanya, Nahdlatul Ulama.
Namun, jumlah anggota tak menyusutkan semangat dakwah Muhammadiyah. Dengan quota yang banyak tersebut, Muhammadiyah selalu menghasilkan followers yang bukan hanya dari warga ataupun simpatisan persyarikatan. Tapi juga warga yang berorganisasi lain, banyak sekolah Muhammadiyah yang menjadi pilihan masyarakat yang notabenya bukan orang Muhammadiyah, ini bukti quota berupa kualitas pendidikan di Muhammadiyah, ataupun AUM yang lainnya banyak yang dijadikan pilihan masyarakat. Jadi, Muhammadiyah adalah organisasi yang besar quota dakwahnya, dan banyak pula followersnya.