Tasawuf

Mujahadah dan Riyadhah, Metode Tarekat Menuju Ma’rifat

3 Mins read

Mujahadah dan RiyadhahTasawuf merupakan salah satu syari’at islam yang berisi cara kerja dengan tujuan supaya dekat dengan Tuhan serta mendapatkan ma’rifat. Jika kita melihat dari segi kerangka Islam, tujuan adanya manusia di dunia ini tidak lain hanyalah berbakti kepada Tuhan dengan menyusuri jalan syari’ah agar benar dan tidak kesasar dari suatu tujuannya. Ada hal–hal yang perlu untuk mendapat ma’rifat yaitu sya’riah, tarekat, hakekat dan tujuan yang paling akhir yaitu ma’rifat (mengetahui dan mencintai Allah).

Tarekat merupakan cara kerja untuk menuntun seseorang dengan menelaah suatu pikiran, perasaan, dan berbuat melalui tingkatan–tingkatan (maqamat) secara integral dengan keadaan psikologis (ahwal) menuju keadaan tentang realitas ilahi (haqiqah). Jika tarekat dilakukan dengan baik serta istiqomah melakukan syarat rukun dan adabnya maka akan menemukan hakekat (kebenaran sejati).

Mujahadah dan Riyadhah, Metode Pengamal Tarekat

Metode yang biasa digunakan oleh para salikin atau pengamal tarekat ialah mujahadah dan riyadhah. Mujahadah merupakan suatu bentuk usaha melawan keinginan dan ambisi agar jiwa menjadi suci yang dengan mudah menerima hal–hal yang bersifat suci. Saat jiwa suci, mendapat pengetahuan sebenarnya yang berkaitan dengan Allah dan kebesaran-Nya. Seorang salikin bisa dikategorikan berhasil mujahadah yaitu munculnya keinginan selalu berdzikir agar hatinya menjadi bersih dan menikmati kehadiran Allah.

Riyadhah adalah suatu bentuk latihan ruhaniyah dengan bertujuan agar jiwa menjadi bersih dengan melawan beberapa keinginan badan atau tubuh. Caranya yaitu dengan membersihkan jiwa dari sesuatu yang bukan Allah dan diisi dengan berdzikir, beribadah, amal shalih serta akhlak mulia. Secara dhohir, amalan riyadhah ialah makan yang dikurangi, tidur yang dikurangi untuk shalat malam, berusaha berbicara yang bermanfaat dan menjauhi berkumpul dengan orang–orang tetapi digunakan untuk beribadah supaya terjauhkan dari hal–hal yang menimbulkan dosa. Tujuan riyadhah ialah mengendalikan jiwa dan raga supaya roh dalam tubuh selalu suci. Riyadhah merupakan sarana seorang sufi agar membawa dirinya menggapai hakekat.

Seorang salikin yang mujahadah dan riyadhah yang sebenarnya akan memunculkan nur dalam hati mereka, terasa nikmatnya beribadah sehingga rajin beribadah, serta merasakan nikmat lainnya seperti shalat, puasa, dzikir, dan ketaatan yang lain. Tidak hanya itu dalam hati mereka Allah memunculkan sifat ikhlas, sabar, jujur, istiqomah, senang beribadah, tidak tergesa–gesa (tuma’ninah).

Baca Juga  Ajaran Tasawuf dalam Filsafat Hidup Moh Limo Sunan Ampel

Untuk orang–orang yang benar–benar melakukan mujahadah dalam ibadahnya, Allah akan mengirimkan nur dalam hatinya sehingga merasakan pengalaman atau keadaan (hal) yang beraneka ragam seperti gelisah dan takut kepada Allah Swt, muncul rasa cinta kepada Allah, dan timbul perasaan kasih sayang kepada semua makhluk Allah atau muncul keinginan mendirikan agama Allah, dan terbukanya rahasia batin (mukasyafah).

Latihan rohani yang dilakukan oleh para salikin sebagai upaya penyucian jiwa agar hati mendapat cahaya ilahi, terbukanya rahasia batin, menikmati beribadah adalah dengan mujahadah dan riyadhah tersebut dan ini juga suatu keadaan (hal) dan untuk memperolehnya melalui jalan (thariq). Dalam menyusuri jalan (thariq) ada beberapa tingkatan (maqamat) yang wajib dilewati satu per satu serta membutuhkan waktu yang cukup lama dan tidak mudah. Mereka akan mendapat macam–macam pengalaman keadaan batin (ahwal).

Mencapai Ma’rifat Melalui Maqaamat dan Ahwaal

Maqamat dan ahwal yang menjadi langkah–langkah para salik dalam menempuh tujuan tingkatan paling tinggi yang dinamakan ma’rifatullah atau buah. Seorang salik untuk mencapai tasawuf yang sebenarnya harus melalui berbagai maqamat dan ahwal. Maqam ialah perolehan dari ketekunan dan usaha yang istiqomah. Maksudnya seorang baru bisa beralih dan naik satu maqam (tingkat) menuju maqam yang lebih tinggi sesudah melakukan riyadhah (latihan) dan menegakkan rutinitas atau kebiasaan yang lebih baik dari sebelumnya. Seseorang untuk mencapai maqam (tingkatan) spiritual adalah dengan melewati keseriusan dan latihan istiqomah. Menurut Harun, maqamat terdiri dari taubah, zuhd, sabr, tawakkal, dan ridha. Adapun yang lebih tinggi dari maqamat yaitu mahabbah, ma’rifat, fana’, baqa’, dan ittihad.

Hal (jamaknya ahwal)  ialah keadaan mental atau kejiwaan (senang, gelisah, takut) yang bisa dirasakan seorang sufi dan keadaan tersebut diberi Allah berupa anugerah dan rahmat yang bersifat sementara ketika proses mendekat kepada Tuhan. Mahabbah ialah rasa dekat dengan Allah lewat cinta yang jiwa seorang tersebut dipenuhi rasa kasih cinta kepada Allah. Menurut Al-Muhasibi, cinta sebagai keadaan (hal), beliau menyatakan sesungguhnya Allah memberikan anugerah ke dalam jiwa hamba-Nya berupa cinta hamba kepada Allah tanpa hamba tersebut berusaha.

Baca Juga  Mengenal Al-Jili (2): Mereka yang Memilih Jalan Sufi

Lalu cinta tersebut naik hingga pendalaman bersatu antara hamba dengan Tuhannya, beberapa rahasia kegaiban akan terbuka sebab anugerah oleh bersatunya tersebut. Ma’rifat ialah pengetahuan lewat qolbu dan biasanya digunakan untuk menyatakan maqam (tingkatan) atau hal (keadaan) dalam tasawuf. Hati yang bersih maka cahaya Tuhan akan sampai dalam hati lalu terbukanya hijab (tajalli). Supaya para salikin memperoleh nikmat teratas yaitu ma’rifatullah, maka para salikin harus melakukan mujahadah dan riyadhah.

Editor: Shidqi Mukhtasor
Adilia Hadiyanti Kusuma
2 posts

About author
Mahasiswi Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Tasawuf

Membaca Sejarah Munculnya Tasawuf dalam Islam

4 Mins read
Membaca sejarah tasawuf awal akan membawa kita pada beberapa pertanyaan. Misalnya, bagaimana sejarah tasawuf pada periode awal itu muncul, bagaimana corak dari…
Tasawuf

Rahasia Hidup Zuhud Imam Hasan Al-Bashri

2 Mins read
Salah satu kajian yang menarik dari sosok Hasan Al-Bashri adalah tentang “Zuhud”. Membahas zuhud adalah tentang bagaimana cara beberapa sufi hidup sederhana…
Tasawuf

Konsep Syukur Menurut Abu Hasan Asy-Syadzili

5 Mins read
Abu al-Hasan Asy-Syadzili Ali ibn Abdillah ibn Abd al-Jabbar lahir di Ghumarah di daerah Maghribi atau Maroko pada tahun 593 H atau…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *