Perspektif

Mungkinkah Menjadi Sufi Tanpa Melupakan Moralitas?

3 Mins read

Kita sering mengatakan tentang sufi, tapi kita lupa dimana jalan awal seorang muslim bisa menempuh jalan sufi. Banyak umat Islam mengira, bahwa menempuh jalan sufi hanya mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dengan cara beribadah sebanyak-banyaknya dan tidak memikirkan dunia sama sekali atau benar-benar melupakan dunia.

Kita seolah-olah lupa bahwa Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk sosial dan saling mengenal satu sama lain. Kita sering melupakan bahwa salah satu langkah awal menuju jalan Sufi, yaitu dengan cara bermoral.

Apa itu Moral?

Moral adalah suatu tindakan atau tingkah laku hidup manusia, yang berdasarkan pada kesadaran diri manusia. Ia terikat dengan suatu kewajiban untuk bertingkah laku baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berada di lingkungan sekitarnya.

Moral merupakan salah satu langkah awal umat muslim menempuh jalan Sufi. Bagaimana tidak? sebagaimana kita tahu bahwa agama Islam adalah agama rahmatan lil alamin (agama bagi seluruh alam semesta) yang mengajarkan tentang kedamaian, keadilan, cinta sesama dan saling menghormati antara manusia satu dengan manusia lainnya.

Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT ke dunia ini untuk memperbaiki akhlak umat manusia yang saat itu berada di titik kehancuran. Saat itu, akhlak manusia sangat berbahaya dan bisa menimbulkan ketidak seimbangan di bumi. Salah satu contohnya di Arab, jika ada seorang ibu melahirkan anak perempuan, itu dianggap aib bagi baninya dan anaknya akan dibunuh. Nabi Muhammad SAW datang untuk menanggulangi masalah yang seperti itu. Nabi Muhammad SAW diutus untuk memperbaiki akhlak mereka.

Moral Menurut Kant

Bagi Immanuel Kant, seorang Filosof abad modern, moral adalah suatu tindakan atau perilaku baik yang didasarkan pada kebebasan yang hanya terikat dengan Tuhan. Bagi Kant, Tuhan hanya bisa didekati melalui “Iman” dan iman itu dilandasi dengan hukum moral.

Baca Juga  Sains dan Kepemimpinan: Problem Utama Kebijakan Covid-19

Ada 3 syarat utama hukum moral: Kebebasan, Keabadian Jiwa dan keberadaan Tuhan.

Immanuel Kant mempunya prinsip moral yang sangat tinggi. Baginya moralitas tidak ditentukan hasilnya seperti apa, tetapi dari niat yang sudah dia berikan untuk membantu sesama manusia demi kemanusiaan. Immanuel kant mempunyai teori yaitu “Imperatif Kategoris” saya bertindak karena sesuai dengan hukum moral dan saya melakukan tindakan bemoral bukan karena syarat, tetapi saya melakukannya karena hati nurani dan Tuhan. (Tidak Bersyarat).

Bagi Immanuel Kant, moralitas berada di titik yang paling objektif, dan semua orang mengakuinya. Sebab tindakan baik bisa dikatakan baik jika itu sesuai dengan hukum moral.

“ada 2 hal yang mengagumkan di dunia ini, yang pertama bintang di langit dan yang kedua adalah moralitas dalam diri saya” Immanuel Kant.

“dalam hukum orang bersalah ketika dia melanggar hak orang lain, tetapi dalam etika dan moral, dia bersalah meskipun hanya berfikir untuk melanggar hak orang lain” Immanuel Kant

Manusia bebas memilih bagaimana cara mereka hidup, mau dia bermoral atau tidak bermoral. Namun perlu diingat bahwa setiap tindakan bebas manusia di dunia ini akan memperoleh sebuah balasan dari Tuhan.

Memahami Tentang Sufi

Sufi adalah sebuah sebutan bagi seseorang yang sudah memahami ilmu tasawuf. Biasanya seorang sufi akan mendekatkan dirinya kepada Tuhan dengan caranya masing masing. Salah satu contohnya “Mahabbah” yang digunakan oleh Rabi’ah Al-Adawiyah, “Al Hulul” yang dipopulerkan oleh Abu Mansyur Al-Hallaj dll.

Biasanya seseorang dianggap Sufi ketika dia mendekatkan dirinya pada Tuhan dan menjauhkannya diri dari unsur-unsur dunia atau membersihkan hatinya dari hal hal yang bersifat duniawi. Terkadang inilah awal seseorang salah memahami makna Sufi.

Baca Juga  Memutus Konflik Konservatisme Agama vs Kesombongan Ilmiah

Dia akan menganggap bahwa dunia ini tidak diperlukan dan membuat sebuah argument bahwasannya “saya akan beribadah setiap hari tanpa mengejar duniawi”. Yang nantinya akan menimbulkan masalah. Dia berfikir bahwasannya harta itu tidak perlu, bermoral dan beretika tidak membuat saya dekat dengan Tuhan. Alangkah lebih baik dia mengerjakan sholat dan zikir setiap hari tanpa memperdulikan lingkungan sekitar dia. Inilah awal mula makna sufi salah diartikan oleh banyak orang.

Moralitas Menuju Jalan Sufi

Moral adalah sebuah langkah awal untuk seseorang menempuh jalan sufi. Sebab ketika dia tidak bermoral, maka dia bukan seorang sufi. Seorang sufi telah menyucikan hatinya dari hal-hal yang telah dilaknat dan diharamkan oleh Allah SWT.

Kita mestinya tahu bahwa sufi adalah seseorang yang suci dari lahiriyah maupun batiniyah. Mereka pastinya melakukan sesuatu karena semata-mata hanya karena cintanya kepada Allah SWT. Mereka tidak akan mengambil suatu tindakan yang menyalahi aturan. Mereka adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain untuk setiap tindakan mereka.

Seperti Rabi’ah Al-Adawiyah, dia mencintai Allah SWT bukan karena mengharapkan surga atau takut dengan neraka, dia benar-benar cinta kepada Allah SWT.

Kita sekarang berada di fase dimana dunia mengalami krisis moralitas. Banyak manusia yang merasa bahwa dia bisa hidup sendiri secara individual dan dia terlena akan dunianya kemudian melupakan lingkungan sekitarnya. Dia lupa bahwasannya kita hidup di dunia ini untuk mencari suatu kebahagiaan yang abadi dan cinta merupakan langkah awal manusia menemukan kebahagiaan yang abadi itu.

Cinta kepada Tuhan bukan berarti kita tidak cinta kepada ciptaannya, justru kita harus mengaktualisasi cinta itu dengan cara kita bertindak baik sesuai hukum moral dan etika yang ada di lingkungan masing-masing. Kita melakukan tindakan baik bukan karena kita ingin mengharapkan apapun kepada manusia, tetapi kita melakukan suatu tindakan baik karena kita ingin dipuji oleh Tuhan, Sang Pemilik Pujian. Sebab dia tidak akan melakukan tindakan yang tidak disukai oleh pecintanya dan tidak akan menyakiti perasaan yang dicintainya.

Baca Juga  Enam Alasan Kenapa Muhammadiyah Menolak Terorisme

Editor: Soleh

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *