Tafsir

Nabi Yusuf dan Zulaikha: Cinta Pakai Akal atau Pakai Nafsu?

6 Mins read

Yusuf ‘alaihis salam merupakan salah satu Nabi Allah yang terkenal dengan ketampanan dan kecerdasannya. Kisahnya yang penuh dengan inspirasi yang mendorong umat Islam semakin mempertebal keimanannya kepada Allah Swt. Nabi Yusuf  merupakan salah satu putra dari istri kedua Nabi Ya’qub yang bernama Rahil atau Rahel, Yusuf ‘alaihis salam anak ke sebelas dari dua belas bersaudara.

Kisah Nabi Yusuf

Nabi Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq ‘alaihis salam mempunyai kisah yang sangat menyedihkan. Akan tetapi dalam kisahnya banyak sekali pelajaran, nilai-nilai positif yang mengajarkan kepada umat Islam akan hakikat keimanan kepada Allah.

Awal mula, Yusuf ‘alaihis salam dibuang oleh saudara-saudaranya karena kecintaan dan kasih sayang abahnya (Ya’qub) kepada Yusuf melebihi dari anak-anaknya yang lain. Sehingga menimbulkan kedengkian, hasad, dan iri kepada Yusuf. Dari sinilah saudara-saudaranya membuat rencana untuk menyingkirkan Nabi Yusuf dari keluarga Ya’qub.

Pertama mereka berencana untuk membunuh Yusuf agar hilang dari pandangan abahnya (Ya’qub), tapi hal ini ditolak oleh saudaranya yang lain, karena terlalu keji membunuh adiknya sendiri dan pada akhirnya mereka saudara-saudaranya setuju untuk membuang Yusuf di sumur mati dalam keadaan tanpa berbusana. Sungguh sangat buruk nasib Yusuf, semua ini diawali dengan dengki, hasad, dan iri membuka segala pintu kejahatan.

Nabi Yusuf ditemukan oleh salah satu musafir yang bernama Malik bin Zahr yang hendak mengambil air disumur tersebut. Dia membawa Nabi Yusuf ke Mesir dan melakukan pelelangan kepada masyarakat Mesir. Dan pada akhirnya, Yusuf dibeli dengan harga murah sebagai budak oleh salah seorang pembesar istana yang bernama Qithfir bin Rawhib suami dari Zulaikha. Yusuf tinggal di istana dan dibesarkan oleh istri dari Qithfir yang bernama Zulaikha dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Zulaikha Menggoda Yusuf

Selama sepuluh tahun lamanya diasuh oleh Zulaikha di istana kerajaan, Nabi Yusuf mengalami perkembangan baik jasmaninya maupun rohaninya, dari anak-anak berubah menjadi remaja lalu meningkat ke arah dewasa. Makin lama makin tampan dan elok parasnya, makin cantik budi pekertinya, dan ditambah oleh watak kenabian yang diberikan oleh Allah SWT.

Sehingga asbab dari keelokan rupa Nabi Yusuf menjadi buah bibir bagi perempuan di kalangan istana sampai pada masyarakat awam. Mereka berandai-andai ingin memiliki Yusuf, ingin mendampingi Yusuf ‘alaihis salam.

Seiring berjalannya waktu, rupanya yang tertarik dari keelokan dan ketampanannya Nabi Yusuf tidak hanya perempuan-perempuan lain, ternyata Siti Zulaikha juga yang merupakan ibu angkatnya mempunyai ketertarikan kepada Yusuf.

Pada mulanya, Zulaikha merawat Nabi Yusuf dengan harapan semoga anak ini berguna dan memberi manfaat. Tapi setelah dilihatnya semakin lama semakin elok rupanya, makin tampan, makin bagus akhlaknya. Dari sini, Zulaikha pun berubah yang awalnya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya menjadi kasih sayang seorang perempuan kepada laki-laki.

Baca Juga  Mengenal Tafsir Al-Burhan fi Taujih Mutasyabih Al-Qur’an Karya al-Kirmani

Siti Zulaikha selalu membayang-bayangkan rupa Nabi Yusuf. Ke manapun Nabi Yusuf pergi,  Zulaikha selalu tergoda dengan wajahnya, selalu merindukan Nabi Yusuf, ingin mengungkapkan hasrat hatinya kepada Nabi Allah Yusuf ‘alaihis salam.

Suatu ketika, Qitfir suami dari Zulaikha pergi dari istana untuk menghadiri rapat besar dan kebetulan juga para pembantu dalam istana sedang tidak ada. Pada waktu itu, keadaan sepi dan hanya Yusuf dan Zulaikha yang ada dalam istana.

***

Zulaikha memanfaatkan waktu pada saat itu. Dia keluar dari kamarnya dengan pakaian tipis yang warnanya sesuai dengan warna kulitnya sehingga pakaian dalamnya nyaris tembus. Dia berjalan dengan jalan yang begitu menarik memancing syahwatnya Nabi Yusuf. Menutup semua pintu dan jendela rumahnya dan dia menghampiri Nabi Yusuf dengan berkata, “KKemarilah wahai Yusuf (dengan suara yang sangat lembut).” Yusuf bertanya, “Ada apa Tuanku?”

Zulaikha, “Sudah lama aku ingin mengungkapkan hasrat hatiku kepadamu Yusuf, sinilah penuhilah hasratku.” Yusuf menjawab, “Saya tidak mau tuanku, saya tidak ingin mengkhianati tuan saya yang sudah berbuat baik kepada saya, walaupun di sini tidak ada orang sama sekali, tapi Allah selalu melihat dan tidak tidur tuanku.”

Mendengar penolakan dari Yusuf, Zulaikha langsung bangun dari tempatnya mengejar Yusuf dan menarik bajunya dari belakang hingga sobek. Sebagaimana yang diabadikan oleh Allah dalam QS. Yusuf ayat: 23-24.

“Dan Wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini”. Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh telah mempelakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang zalim tiada akan beruntung.(QS. Yusuf:23).

Tafsir Ibnu Katsir

Menjelaskan ayat ini, bahwa Allah SWT menceritakan perihal istri Aziz (Qitfir) yang Yusuf tinggal di dalam rumahnya di Mesir. Suaminya telah berpesan kepadanya agar memperlakukan dan melayani Yusuf dengan baik. Maka pada suatu hari, istri Aziz merayu Yusuf, yakni menggodanya untuk melakukan perbuatan mesum. Istri aziz sangat cinta kepada Yusuf karena telah menjadi seroang laki-laki yang sangat tampan dan berwibawa.

Hal inilah yang mendorongnya untuk mempercantik dirinya buat Yusuf, lalu ia menutup semua pintu rumah yang Yusuf ada di dalamnya. Kemudian ia mengajak Yusuf untuk berbuat mesum.

Dan ia berkata, “Marilah ke sini.” (Yusuf:23).
Yusuf menolak ajakan itu dengan tolakan yang keras, dan ia mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.”(Yusuf:23).

Dalam penjelasannya, bahwa mereka menyebut kata Rabb untuk tuan dan orang besar di kalangan mereka. Dengan kata lain, maksudnya adalah sesungguhnya suamimu adalah tuanku, dia telah memperlakukan diriku dengan perlakuan yang baik dan menempatkan diriku pada kedudukan yang baik, maka aku tidak akan membalas kebaikan ini dengan melakukan perbuatan keji (zina) terhadap istrinya’.

Baca Juga  Humanisme Alquran: Refleksi Nuzul Alquran di Masa Pandemi

“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Rabbnya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24).

Dalam penjelasannya, sebenarnya dalam hati Yusuf terbesit untuk melakukannya, karena Yusuf secara manusiawi juga senang kepada Zulaikha dan Zulaikha juga suka sama Yusuf. Mereka berdua saling suka.

Akan tetapi, Yusuf ketika itu melihat larangan Allah dengan perantara abahnya (Ya’qub). Abahnya melambai-lambaikan tangan kepada Yusuf seoalah-olah melarang Yusuf untuk melakukan perbuatan keji tersebut.

***

Dalam riwayat lain, juga mengatakan Nabi Yusuf dipalingkan oleh Allah dari perbuatan itu dengan perantara malaikat. Yusuf mendengar bisikan malaikat jibril mengatakan, “Wahai Yusuf, kamu akan menjadi orang besar, apakah kamu gagal karena bujuk rayu oleh perempuan seperti ini?”

Sehingga dari sini, dengan mantap Yusuf mengatakan, “Maaf tuanku, saya malu kepada manusia, saya malu kepada majikan, tapi saya lebih-lebih malu kepada Allah”. Demikian Allah melindungi Nabi Yusuf. Innahu min ‘ibaadinal mukhlashiin (Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih) maksudnya, termasuk dari hamba-hamba pilihan suci bersih.

Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata, “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?”

Yusuf berkata, “Dia menggodaku untuk menundukkan diriku (kepadanya),” dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya, “Jika baju gamisnya koyak di muka, maka wanita itu benar, dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.”

***

Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang, berkatalah dia, “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu besar. (Hai) Yusuf, ‘Berpalinglah dari ini,’ dan (kamu hai istriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah.(QS. Yusuf ayat:25).

Yang maksudnya, Allah SWT menceritakan perihal keduanya ketika keduanya berlomba mencapai pintu. Yusuf melarikan diri, sedangkan si wanita itu mengejarnya untuk mengembalikan Yusuf ke dalam rumah.

Dan di tengah-tengah itu, wanita tersebut dapat mengejar Yusuf. Lalu ia memegang baju gamis Yusuf dari arah belakang; karena kuatnya pegangan dan kuatnya upaya Yusuf dalam menghindarkan diri, maka baju gamisnya robek lebar. Menurut suatu pendapat, Yusuf terjatuh setelah bajunya robek, lalu ia bangkit meneruskan pelariannya. Sedangkan si wanita itu tetap mengejarnya.

Baca Juga  Al-Quran Pendorong Amal, Bukan untuk Ngomel

Keduanya menjumpai suami si wanita itu telah berada di pintu sedang berdiri. Maka pada saat itu juga, timbul niat jahat dalam diri wanita untuk menyelamatkan dirinya dari keadaannya yang terjepit. Maka ia membuat tipu dan makar dengan membalikkan kenyataan, yaitu bahwa Yusuf lah yang memulainya, Yusuf hendak memperkosanya. Demikianlah kilah si wanita itu kepada suaminya.

Hikmah Dan ‘Ibrah Dari Kisah Yusuf

Siti Zulaikha mencintai Nabi Yusuf dengan syahwatnya dia mengikuti keinginan hawa nafsunya, maka dari sini Allah membutakan hatinya, Allah tulikan hatinya, Allah rendahkan derajatnya, sehingga dia tidak bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram.

Begitu juga, Nabi Allah Yusuf ‘alaihis salam. Dia tabah dan sabar dalam cobaan atas dirinya, dia mengalahkan nafsunya, menundukan syahwat dari keinginan buruk Zulaikha, sehingga dari sinilah Allah mengangkat derajatnya yang awalnya dia seorang budak, menjadi seorang raja besar di Mesir.

Dari kisah ini, bahwa Allah menunjukan akan hakikat kesabaran, betapa besarnya dan mulianya hidup seseorang dengan tabah dan sabar walaupun cobaan menimpanya. Dan betapa hinanya seseorang dengan mengikuti hawa nafsunya. Dengan kesabaran, bisa menjadikan seorang hina menajdi mulia dan dengan nafsu dan syahwat bisa menjadikan seorang mulia menjadi hina.

Nafsu bagaikan bayi yang menyusui, jika diabaikan maka dia akan tetap menyusui sampai dewasa, dan jika engkau sapihkan, maka dia pun akan berhenti menyusui.

Nafsu salah satu musuh terberat manusia. Maka dari itu, jangan sekali-sekali turuti keinginan nafsu, karena nafsu dan syahwat akan mendorong seseorang untuk malakukan perbuatan maksiat kepada Allah. Dengan nafsu hidup, kita menjadi sengsara dan jauh dari rahmat Allah.

Sungguh beruntung bagi orang-orang yang menjadikan akalnya sebagai raja sedangkan nafsunya menjadi budak. Sungguh celaka bagi orang-orang yang menjadikan nafsunya sebagai raja sedangkan akalnya menjadi budak.

Selain itu, Allah juga menunjukan kepada kita bahwa Allah bahwa manusia sebaik-baiknya mahluk. Hewan mempunyai nafsu tapi tidak mempunyai akal, malaikat mempunyai akal tapi tidak mempunyai nafsu, dan kita manusia sempurna, apa-apa yang tidak dimiliki oleh malaikat kita punya, apa-apa yang tidak dimiliki oleh hewan kita punya.

Oleh karena itu, barangsiapa yang akalnya mengalahkan nafsunya, maka dia kedudukannya lebih mulia dari malaikat. Dan barangsiapa yang nafsunya mengalahkan akalnya, maka kedudukannya lebih hina daripada seekor hewan.

Editor: Yahya FR

Avatar
10 posts

About author
Mahasiswa FAI Prodi Hukum Keluarga Islam, Universitas Muhammadiyah Malang. Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Tamaddun dan Anggota Tapak Suci Putra Muhammadiyah.
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *