Perspektif

Hari Jumat dan Gerakan Perlawanan terhadap Krisis Iklim

4 Mins read

Menyoal perlawanan krisis iklim dunia di hari Jumat. Di dalam ajaran Islam, hari Jumat memiliki posisi penting dan istimewa yang disebut dengan sayyidul ayyam (tuannya hari-hari). Dalam Bahasa Inggris, hari Jumat disebut friday. Salah satu keistimewaan hari Jumat adalah terletak pada adanya kewajiban shalat Jum’at pada waktu siang hari yang menggantikan ibadah shalat zhuhur.

Di dalam al-Quran, hari Jumat adalah nama salah satu surat, yakni al-Jumu’ah. Posisinya berada pada urutan ke-62 dari rangkaian 114 surat. Ia merupakan salah satu surat yang diturunkan setelah Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah. Isinya terdiri dari 11 ayat, yang dimulai dengan uraian dengan menyucikan Allah Swt dan diakhiri dengan perintah untuk menyimak khutbah, melaksanakan shalat Jumat, serta tidak terpengaruh dengan godaan duniawi.

Quraish Shihab, sang Begawan tafsir Indonesia, menyebutkan tema surat al-Jumu’ah adalah serupa dengan surat ash-Shaf. Yakni tentang perlunya persatuan dan kesatuan umat, antara lain tercermin pada perintah berkumpul setiap hari Jumat untuk mendengarkan khutbah, shalat, dan tidak tergoda rayuan materi.

Adapun tujuan surat ini adalah untuk mengingatkan tentang pentingnya shalat Jumat yang mencerminkan persatuan dan kesatuan agar setiap muslim menyadari bahwa mereka adalah kelompok yang dipilih oleh Allah untuk memikul amanah (ajaran Islam) yang merupakan nikmat yang sangat besar, dan harus disyukuri.

Di dalam pengantar buku Islam, Doktrin, dan Peradaban, Nurcholish Madjid sang pembaharu pemikiran Islam di Indonesia, menyebutkan bahwa hari Jumat memiliki orientasi yang lebih praktis, fungsional, dan bebas dari mitologi, sebagaimana yang terkandung dalam penamaan hari minggu (dalam Bahasa Inggris, sunday atau Bahasa Spanyol, domingo) yang masih menyisakan unsur kultus kepada dewa matahari.

Baca Juga  Indonesia: Negeri Kaya, Banyak Potensinya

Dengan demikian, ibadah pada hari Jumat harus mendorong umat Islam untuk melakukan aksi-aksi kolektif yang transformatif dalam rangka mengubah kondisi menuju yang dicita-citakan oleh ajaran Islam.

Krisis Iklim dan Gerakan Jumat untuk Masa Depan (Friday for Future)

Krisis iklim dalam Cambridge Dictionary didefinisikan sebagai masalah serius yang disebabkan oleh perubahan cuaca dunia sekarang ini semakin memanas sebagai akibat dari aktivitas manusia yang meningkatkan kadar karbondioksida di atmosfer bumi.

Sementara itu, situs krisisiklim.com menyebut krisis iklim sebagai sebuah krisis yang dialami masyarakat di seluruh dunia disebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim terjadi ketika suhu rata-rata bumi meningkat dalam jangka waktu yang lama. Hal ini disebabkan gas rumah kaca yang terjebak di atmosfer. Gas rumah kaca disebabkan kegiatan manusia yang melepaskan emisi ke udara, khususnya pembakaran energi fosil serta penggundulan hutan.

Krisis iklim kini menjadi isu utama dalam gerakan Friday for Future yang diinisasi oleh Greta Thunberg, seorang Gadis berdarah Swedia yang dilahirkan pada 3 Januari 2003. Friday for Future adalah aksi demonstrasi damai yang dilakukan oleh kelompok pelajar setiap hari Jumat. Gerakan ini dimulai oleh Greta dengan tagline school strike for climate atau skolstrejk för klimatet. Jika ditafsirkan ke dalam Bahasa Indonesia, pesan itu memiliki arti “mogok sekolah untuk merespons krisis iklim”.

Pada tanggal 20 Agustus 2018 sampai dengan 9 September 2018, Greta memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Alasannya, ia ingin melakukan kampanye untuk menyambut momentum pemilihan umum di Swedia dengan tuntutan utama, yaitu: Pemerintah Swedia terpilih harus berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebagaimana telah disepakati dalam Kesepakatan Paris (Paris Agreement).

***

Paris Agreement merupakan kesepakatan internasional berbasis hukum yang disepakati oleh 195 negara peserta Konferensi Perubahan Iklim atau Conference of Parties (COP) Pada 21 Desember 2015 di Kota Paris, Perancis. Tujuannya, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pasca tahun 2020. Poin utama Paris Agreement adalah menjaga ambang batas suhu bumi di bawah dua derajat Celcius dan berupaya menekan hingga 1,5 derajat celcius.

Baca Juga  Merajut Simpul Ekologi Islam yang Putus

Kini, gerakan Friday for future telah menjadi gerakan internasional yang sangat diperhitungkan. Sampai dengan September 2019, tercatat lebih dari 4 juta pelajar di 125 negara ikut terlibat dalam aksi damai ini. Tuntutannya, meminta pemimpin politik dunia mengambil tindakan segera untuk mencegah krisis iklim dan mendorong transisi energi dari energi fosil yang kotor menuju energi terbarukan. Sayangnya, sejak penyebaran Covid-19 semakin masif di berbagai negara, gerakan ini harus dilakukan secara online melalui media. Namun, gerakan ini tetap hidup dan berjalan untuk menyampaikan tuntutan utamanya: mencegah krisis iklim.   

Apa yang Dapat Dipelajari?

Gerakan Friday for future adalah gerakan pelajar yang penting dipelajari oleh para pemimpin agama Islam. Kenapa? Jawabannya karena anak-anak muda yang terlibat dalam aksi ini memiliki kepedulian yang sangat kuat terhadap masa depan planet bumi yang terus dirusak oleh segelintir orang.

Tak hanya itu, gerakan Friday for future menyuntikkan kesadaran kepada umat Islam bahwa Jumat, hari ibadah orang Muslim, seharusnya dimaknai dan dijadikan sebagai hari perlawanan terhadap krisis iklim dan perlawanan terhadap berbagai bentuk eksploitasi alam. Dalam konteks inilah, para pemimpin agama Islam, baik di Indonesia maupun dunia internasional, semestinya menggunakan momentum khutbah Jumat sebagai seruan kepada seluruh pihak untuk menyelamatkan bumi dari ancaman krisis iklim.

Tak sedikit pesan kitab suci al-Quran yang melarang manusia untuk berbuat kerusakan sekaligus mendorong untuk menjaga keseimbangan alam. Begitu pula dengan hadits Nabi, tak sedikit perkataan Nabi Muhammad Saw yang memerintahkan untuk menanam dan memakmurkan bumi. Inilah yang harus menjadi pesan utama khutbah Jumat di banyak masjid di Indonesia, bahkan dunia.

Gerakan Friday for future juga mengingatkan para pemimpin agama Islam, bahwa keadilan iklim antar generasi harus menjadi salah satu pesan utama dalam penyampaian ajaran agama. Keadilan iklim antar generasi dapat dirumuskan kepada dua hal utama, yaitu: pertama, apa yang terjadi di masa kini di planet bumi merupakan dampak dari masa lalu; dan kedua, masa depan planet bumi sangat ditentukan oleh cara manusia memperlakukan planet ini pada masa sekarang.

Baca Juga  Merayakan Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Keadilan Iklim Antar Generasi

Seruan utama keadilan iklim antar generasi adalah keberadaan planet bumi beserta kekayaan yang ada di dalamnya harus tetap dijaga untuk ratusan bahkan ribuan generasi yang akan datang. Di dalam hadits Nabi, hal ini disimbolisasi ungkapan Beliau: “Jika seandainya kiamat akan terjadi esok hari. Sementara di tangan salah seorang di antara kalian ada benih, maka tanamlah sebelum kiamat itu datang.”

Lebih dari itu, para pemimpin agama Islam harus berani melakukan kritik serius terhadap berbagai kebijakan Pemerintah Indonesia yang akan memperparah dampak buruk krisis iklim.

Perlawanan terhadap krisis iklim harus menjadi isu utama para pemimpin agama Islam, khususnya di Indonesia. Pasalnya, Indonesia adalah negara yang terus menerus merasakan dampak buruk krisis iklim, mulai dari tenggelamnya sejumlah pulau kecil sampai dengan bencana alam yang datang silih berganti.

Editor: Wulan

Avatar
6 posts

About author
Dosen Universitas Paramadina, environmentalist', peminat Islamic Studies; kajian lingkungan hidup; dan kajian isu iklim.
Articles
Related posts
Perspektif

Gelombang Protes dari Dunia Kampus Menguat, Akankah Terjadi 'American Spring'?

4 Mins read
Pada tahun 2010-2011 terjadi demonstrasi besar-besaran di sejumlah negara Arab. Protes tersebut menuntut pemerintahan segera diganti karena dianggap tidak lagi ‘pro-rakyat’. Protes…
Perspektif

Buat Akademisi, Stop Nyinyir Terhadap Artis!

3 Mins read
Sebagai seorang akademisi, saya cukup miris, heran, dan sekaligus terusik dengan sebagian rekan akademisi lain yang memandang rendah profesi artis. Ungkapan-ungkapan sinis…
Perspektif

Begini Kira-Kira Jika Buya Hamka Berbicara tentang Bola

3 Mins read
Kita harus menang! Tetapi di manakah letak kemenangan itu? Yaitu di balik perjuangan dan kepayahan. Di balik keringat, darah, dan air mata….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *