Inspiring

Onti dan Sumpah Dokter Milenial

8 Mins read

Bandara Kertajati, Majalengka-Jabar, 4 Oktober 2020. Matahari berada di puncak langit. Tetapi susasana terasa sejuk. Tidak terlihat kesibukan bandara dan tidak nampak pesawat parkir di bandara termegah di Jawa Barat ini. Hanya beberapa kendaraan pegawai terlihat di depan pintu masuk. Pada sisi lain, sepanjang lapangan parkir yang luas terlihat banyak mobil pickup bak terbuka dan kereta mini.

Ratusan anak-anak dengan orang tua mereka memanfaatkan lahan luas ini menjadi tempat rekreasi. Sehingga suasana halaman bandara internasional ini lebih mirip ‘pasar tiban’ kelas kampung. Perlahan aku mengendarai si Terios mencari tempat yang teduh. Aku sudah mencapai puncak keletihan setelah menyopir dari Jogja-Magelang-Semarang-Pekalongan-Cirebon selama enam jam. Inilah waktu untukku istirahat. Dihantar pijatan lembut sang belahan jiwa yang setia menemani aku tertidur lelap.

Panggilan Onti dan Oom

Satu jam kemudian sebuah mobil lain mendekat. Meskipun berplat AB, mobil ini baru datang dari Lampung. Dua penumpangnya, Onti dan Oom segera turun. Maka kami berkumpul kembali setelah satu bulan berpisah.

Sejak lahir cucu pertama, kami segera membuat standar pemanggilan dalam keluarga. Ayah-bunda panggilan untuk kedua orangtuanya. Nakek-Nino (Kerinci) panggilan untukku dan untuk istriku. Selanjutnya anak bungsu kami meminta dipanggil Onti. Dia tidak mau dipanggil datung bungsu/tungsu (Kerinci) apalagi bulik (Jawa).

Katanya ini sudah direncanakan sejak di Manchester. Saat itu sang cucu masih dalam kandungan seiring dengan bundanya yang kuliah S2 disana. Pada periode itu Onti berkesempatan berkunjung selama dua minggu. Selanjutnya suami Onti dipanggil Oom. Tentang anak pertamaku atau ibu dari cucu pertama kami ini aku sudah tuliskan dalam Cinta Baca Menembus Cakrawala.

Ceritaku kali ini adalah tentang Onti, anak kedua yang sekaligus anak bungsu kami. Ide bertemu di Kertajati itu merupakan ide spontan. Saat itu Onti sudah sebulan berada di Bandar Lampung segera setelah dia menyelesaikan Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) pada Fakultas Kedokteran UMY.

Dia menyusul Oom suaminya yang bekerja disana. Onti harus segera pulang ke Jogja karena jadwal sumpah dokter keluar mendadak. Masalahnya Covid-19 yang masih mengancam dimana-mana membuat kami belum berani naik angkutan umum, bis maupun pesawat terbang. Sedangkan Oom tidak bisa mengantar Onti ke Jogja karena cuti kerjanya sudah habis digunakan. Aku sendiri juga pada posisi tidak bisa menjemput ke Lampung sebagaimana aku lakukan sebulan sebelumnya.

Lalu muncullah ide bertemu di titik tengah agar Onti bisa melakukan sumpah dokter di Jogja, antara Jogja dan Bandar Lampung. Untuk itu aku dan istri berangkat dari Jogja jam 06.00 WIB. Sedangkan Onti dan Oom berangkat dari Bandar Lampung satu jam kemudian. Sekitar jam 12.00 aku sudah melewati pintu tol Palimanan dan Oom yang membawa Onti sudah sampai di Cikampek. Maka kami memutuskan bertemu di bandara Kertajati yang akses menujunya merupakan pintu keluar tol terdekat.

Masa Kecil Onti

Setelah rehat dirasa cukup dan berfoto jepret sana sini sudah diselenggarakan, pada jam 13.00 WIB tepat kami melanjutkan perjalanan. Onti bersama kami kembali ke Jogja. Oom sendiri kembali ke Bandar Lampung. Sejak masa anak-anak Onti beruntung mempunyai teman masa kecil yang sekaligus kakak kandungnya sendiri. Meskipun berjarak umur empat tahun interaksi mereka seperti teman sebaya. Mereka memiliki bersama boneka yang semuanya diberi nama dan tanggal lahir.

Pada 2003, saat Onti berumur tujuh tahun dan kelas satu SD kami pindah rumah dari Almanaar ke Gonjen. Dibantu kakaknya yang sudah kelas lima SD Onti mendapat tugas khusus. Mereka mengatur pemindahan boneka yang jumlahnya lebih dari lima puluh. Kebiasaan ini ditambah permainan sekolah-sekolahan tanpa sengaja membentuk kemampuan membaca Onti tanpa harus dilatih secara khusus.

Baca Juga  Roehana Koeddoes, Tokoh Feminisme yang Terlupakan

Onti juga suka memelihara ayam yang juga diberi nama dan dicatat hari ulang tahunnya. Ketika para ayam itu berkembang biak menjadi banya, tidak ada tempat lagi yang memungkinkan untuk memeliharanya. Setelah melalui diskusi yang alot, izin penyembelihan ayam dikeluarkan Onti. Dia lalu mengatur urutan penyembelihan ayam dan kemudian ikut makan daging ayamnya dengan lahap.

Sejak kecil Onti seakan berada dalam bayang-bayang kakaknya. Mereka sekolah di SD yang sama, SD Muhammadiyah Wibraga. Onti mengikuti jejak kakaknya menjadi siswa SMP 5. Sebagaimana kakaknya, di sekolah ini Onti ikut program akselerasi. Selanjutnya Onti mengikuti jejak kakaknya menjadi siswa SMA 1 dan tidak mengikuti program akselerasi lagi. Mereka beralasan sama-sama ingin menikmati masa remaja lebih lama dan lebih leluasa.

Di SMA ini Onti juga sama dengan kakaknya mengikuti kegiatan eksul kelompok penelitian Teladan Science Club (TSC). Kenyataan ini agak mengkhawatirkan bagi kami sebagai orangtuanya. Kami khawatir Onti akan merasa terbebani harus menjadi seperti kakaknya. Tetapi pada semester akhir SMA Onti ternyata memiliki minat studi yang berbeda.

Kuliah Kedokteran di UMY

Kakaknya sama sekali tidak mau masuk kedokteran. Dia lebih memilih teknik kimia. Sedangkan Onti menetapkan harga mati untuk kedokteran. Alhamdulillaah Onti diterima tanpa tes di Fakultas Kedokteran UMY. Onti masuk melalui jalur prestasi.

Kuliah di FK UMY tentu sebuah anugerah bagiku sebagai pegawai UMY. Dalam hal ini Onti bebas dana pembangunan yang besarnya 150 juta rupiah. Sebuah angka yang berat bagiku saat itu. Selama menjalani studi di FK Onti sangat fokus belajar.

Kuliah di kedokteran memang membutuhkan kemampuan akademik dan ketekunan di atas rata-rata. Untungnya membaca dan belajar sudah menjadi habit Onti sejak kecil. Maka bagi Onti tiada hari tanpa belajar. Bahkan saat liburan pun buku-buku kedokteran yang tebal selalu menemani Onti. Pada suatu ketika belajar keras minus istirahat ini sampai membuat Onti terserang vertigo.

Pada titik tertentu Onti nampak kelelahan. Dia jenuh. Maka inilah peluang bagiku untuk melakukan pemijatan kepala, tumit, atau jari-jari kaki si anak bungsu ini. Saling memijat memang kebiasaan unik keluargaku. Siapapun yang merasa kelelahan bisa merebahkan kepala atau menjulurkan kaki padaku. Aku harus menunaikan tugas kemanusiaan ini dengan gembira. Aturan ini juga berlaku sebaliknya. Artinya aku juga sering kena sasaran pijatan amatir tapi luar biasa dampaknya dalam menghilangkan jenuh dan letih ini.

Meski berstatus sebagai mahasiswa kedokteran Onti tetap berpenampilan sederhana. Baju-baju yang dipakai adalah baju murahan dari pinggiran Beringharjo. Dia tidak tergiur dengan pakaian branded. Kendaraan yang digunakan setiap harinya ke kampus adalah Honda Beat seri tertua. Dia juga tidak suka gonta ganti hape. Ini berbeda dengan banyak temannya yang berpenampilan mewah bak selebritis.

Salah satu teman belajar Onti sering datang ke rumah dengan mengendarai mobil mewah pintu dua seperti mobil para selebritis. Ayah dari teman Onti ini memang orang kaya yang berprofesi sebagai dokter senior di salah satu kota di pantai utara Jawa. Onti tidak mau memakai mobil ke kampus. Meskipun di rumahnya ada fasilitas itu.

Bahkan dia sepertinya tidak mau sama sekali dikenal oleh teman-temannya sebagai anak dosen UMY yang sedang menjadi pejabat kampus saat itu. Dengan demikian sebagai orang tuanya kami tidak terbebani oleh biaya pergaulan dari Onti sebagai mahasiswa kedokteran yang dicitrakan berlevel tinggi. Ini tentu saja membuat kami sangat bersyukur.

Baca Juga  UMY Gelar Talkshow dan Student Fair Peringati Hari Pangan Sedunia

Menjadi Masyarakat Global

Onti makin menikmati kuliah di kedokteran dengan aktif di CIMSA. Ini adalah organisasi mahasiswa kedokteran se Indonesia yang secara internasional tergabung dengan IFMSA. Keaktifan di CIMSA menghantarkan Onti menjadi anak global di dunia nyata. Tidak sekedar di dunia maya. Dalam rangka ini Onti pernah menjadi hostfam bagi anggota IFMSA dari FK dari luar negeri.

Onti bersemangat menjadi tuan rumah dengan motivasi memperkuat kemampuan hahasa Inggrisnya. Dalam hal ini tiga mahasiswa asing pernah tinggal di rumah kami. Pertama Paula, mahasiswa kedokteran yang berasal dari Latvia, negara kecil di Eropa bagian utara.

Kedua, Kim, mahasiswa kedokteran yang berasal dari Jerman. Meski lahir di Jerman Kim masih ada keturunan Vietnam-Indonesia. Sehingga dari postur dan wajah tampak seperti anak-anak Indonesia pada umumnya. Bagi kami sekeluarga ini tentu sebuah pengalaman menarik. Khususnya dengan Kim. Kami sangat akrab. Remaja Jerman ini memang sangat ramah dan hangat.

Ketiga Chiara, juga mahasiswa kedokteran dari Italia. Pada 2017, giliran Onti berangkat ke luar negeri. Pada bulan Juli dia terbang ke Eropa. Onti mendapat giliran magang di Palermo, Italia. Onti berangkat bersama teman-temannya melalui Jakarta-Singapura-Doha-Paris. Di Paris anak-anak milenial ini mengunjungi beberapa pusat wisata idaman remaja di dunia yaitu Menara Eiffel dan Museum Louvre.

Kemampaun bahasa Inggris yang baik membuat Onti leading di antara teman-temannya sepanjang perjalanan. Di Paris mereka selanjutnya berpencar. Teman-teman Onti yang kantong orang tua mereka sangat tebal melanjutkan tour the Europe lewat darat sebelum magang di negara tujuan masing-masing. Sedangkan Onti kembali terbang ke arah barat. Dia sudah ditunggu kakaknya yang lebih dulu menjadi anak global.

Sang kakak sudah masuk tahun kedua dalam perjuangannya meraih gelar master di jurusan teknik kimia Universitas Manchester. Saat itu aku dan istriku yang memantau dari tanah air tentu khawatir sangat dengan anak gadis yang kini sendiri melanjutkan perjalanan dari Perancis menuju Inggris. Tetapi ini ternyata tidak berlangsung lama.

Beberapa jam kemudian tiba-tiba air mata syukur kami tumpah tidak bisa dibendung. Ini karena sebuah rekaman video muncul di HP kami. Dua anak kami Onti dan kakaknya berpelukan bertangisan di ruang kedatangan bandara internasional Manchester. Video dibuat dan dikirim menantu kami yang menemani istrinya kuliah sambil bekerja sebagai programmer pada sebuah perusaahaan internasonal. Alhamdulillaah

Setelah puas dua minggu keliling UK, Onti melanjutkan perjalanan menuju Palermo. Untuk itu dia singgah dulu di Jerman. Di Cologne, sahabat lama Onti, Kim sudah menunggu. Selama lima hari Onti menikmati Jerman bersama sahabat dekat yang pernah tinggal sebulan di rumah kami itu. Disini Onti difasilitasi oleh teman baiknya itu.

Setelah itu Onti terbang ke arah selatan menuju Palermo langsung dari Cologne. Sebulan lamanya Onti magang di rumah sakit umum Palermo. Selama di Italia, tidak ada masalah selera makan bagi Onti. Anak milenial ini sudah terbiasa makan pizza dan berbagai jenis pasta saat di Jogja. Dia juga sangat suka spaghetti, mi Itali yang bagiku rasanya jauh di bawah bakmi rebus Pak Pele.

Selanjutnya setelah sebulan magang, Onti menuju Zurich via darat, melewati Roma dan Milan. Beberapa temannya saat berangkat dulu sudah berkumpul disini. Mereka lalu terbang bersama pulang menuju tanah air melalui jalur Doha-Jakarta-Jogja. Sesampai di rumah, Onti segera melahap masakan ibunya yang sudah lama dia rindukan yaitu sambal balado tongkol kranjangan.

Baca Juga  Aktif dalam Pemberdayaan Desa, UMY Raih Dua Penghargaan dalam Abdidaya 2021

Kisah Cinta Onti

Sejak SMA sampai kuliah Onti tidak mau pacaran. Onti adalah tipikal anak SMA Teladan. Mereka rajin belajar dan suka menabung. Selama sekolah mereka fokus mengejar cita-cita. Tetapi ini tidak berarti tidak ada seseorang yang singgah di hati Onti.

Onti saling jatuh hati dengan teman se angkatannya yang baru saja pindah dari SMA di Turki. Hanya saja Onti dan teman spesialnya itu memiliki komitmen yang sama untuk tidak berpacaran. Ketika Onti kuliah di FK UMY, sang teman kuliah di FT UGM. Intensitas pertemanan mereka baru meningkat pada masa akhir dari studi Onti.

Saat itu mereka sudah pada tahap mempersiapkan pernikahan. Ini berlangsung dalam hitungan bulan. Dimulai dengan untuk pertama kalinya Onti mengizinkan sang pujaan hati berkunjung ke rumah kami. Pada kunjungan pertama sang teman spesial nampak berkeringat dingin melihat wajahku yang konon kata banyak orang nampak seram.

Setelah beberapa saat berlalu ketegangan pada wajah orang spesial Onti ini mencair. Dia sudah tahu bahwa calon mertuanya ternyata orang yang humoris dan juga asik. Pada 21 Juli 2018 Onti diwisuda menjadi Sarjana Kedokteran UMY. Sedangkan tambatan hatinya sudah tinggal di Lampung. Setamat dari FT UGM dia bekerja pada BUMN yang menggarap jalan tol Lampung-Palembang.

Di sela-sela masa co-as, kami mempersiapkan rencana pernikahan Onti. Untungnya Onti menjalani masa sebagai doktermuda itu di RS PKU Muhamamdiyah Gamping. Dengan demikian dia tidak perlu kos di luar kota. Pada 7 April 2019, Onti kami nikahkan dengan Oom di masjid Kampus UMY. Tentu ini momentum yang sangat membahagiakan bagi kami sekeluarga. Apalagi saat itu Bang Haedar (Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si.) menjadi saksi pernikahan dan Uda Yun (Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.) menyampaikan khutbah nikah.

Sumpah Dokter Milenial

Tamantirto, Jogja 10 Oktober 2020. Cahaya matahari pagi sudah masuk menerangi rumah kami. Di pojok salah satu ruangan Onti duduk tenang sedikit tegang di kursi. Sebuah laptop dengan kamera menyala berada di atas meja di depannya. Satu jam sebelum acara Onti sudah siap sedia. Berdandan sudah dilakukan sejak menjelang subuh.

Acara ini menjadi alasan Onti pulang ke Jogja dari Lampung. Onti dan Oom bersikeras acara ini adalah momen spesial yang ingin mereka persembahkan untuk kami berdua sebagai orang tua mereka. Tepat jam 09.00 WIB didampingi istriku di sebelah kiri aku berdiri di sebelah kanan Onti mengangkat mushaf Al-Qur’an di atas kepalanya.

Pada waktu bersamaan di berbagai tempat yang lain 119 orang tua lainnya yang sedang berbahagia melakukan hal yang sama. Iya, ini adalah Sumpah Dokter, puncak acara yang ditunggu-tunggu mahasiswa kedokteran di seluruh dunia. Biasanya sumpah ini dilaksanakan secara meriah di tempat yang megah. Tetapi covid-19 masih menghadang dimana-mana. Maka sumpah dokter milenial kali ini harus berlangsung secara virtual.

Selamat bergabung dalam dunia nyata Dokter Onti. Masyarakat menunggu kiprahmu. Kami tahu bahwa ini bukanlah akhir dari cita-cita besarmu. Bersama Oom pintu-pintu masa depan yang lebih menantang sudah menunggu. Bersabarlah sejenak sampai pandemi ini berlalu. Setelah itu terbanglah ke berbagai penjuru. Tebarkan manfaat sambil meraih mimpi-mimpimu. Alhamdulillaah ‘alaa kulli haal

Tamantirto, 26 Desember 2020

Editor: Yusuf

Avatar
26 posts

About author
Ketua LazisMu PP Muhammadiyah
Articles
Related posts
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…
Inspiring

Sosialisme Islam Menurut H.O.S. Tjokroaminoto

2 Mins read
H.O.S Tjokroaminoto, seorang tokoh yang dihormati dalam sejarah Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai seorang aktivis politik yang gigih, tetapi juga sebagai seorang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *