Akidah

Hanya Orang Bodoh yang Diterima Taubatnya

2 Mins read

Teringat Sebuah Ayat

Suatu ketika saat penulis membaca ayat suci Al-Qur’an, tepatnya di Surat An-Nisa’ ayat 17, teringat sebuah pengalaman saat masih berada di pondok pesantren.

Pengalaman akan rasa takut yang hinggap di benak penulis, sehingga menyebabkan kecemasan dan merasa tidak aman. Ayat tersebut berbunyi:

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

“Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti(kebodohan), kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana”

Tinjauan Balaghah

Dalam kajian Balaghah (Stilisitika), yakni ilmu tentang penggunaan bahasa dan gaya bahasa,  terdapat pembahasan “QASHR”. Yakni penetapan sebuah hukum pada sesuatu yang disebutkan dalam kalam dan menafikan selainnya.

Contoh:  إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ   “Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama”.

Bahwa penetapan rasa takut kepada Allah hanya terdapat pada diri ulama’ dan penafian terhadap selainnya yang tidak masuk dalam kategori ulama’.

Pada ayat 17 an-Nisa’ menggunakan gaya Qashr dalam menjelaskan tentang taubat:  

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ      

Ayat di atas menegaskan bahwa hanya taubat dengan syarat tertentu yang diterima oleh Allah. Dua syarat yang diberikan Tuhan agar taubat seseorang bisa diterima, yaitu pertama maksiatnya dilakukan dalam kondisi bodoh atau tidak tahu dan kedua pertobatannya dilakukan dari waktu yang dekat.

Orang yang Tak Bodoh Tak Wajar Melakukan Maksiat

Adalah sebuah kemustahilan jika seseorang (orang-orang yang berpikiran waras) melakukan sebuah kemaksiatan tanpa ada pengetahuan bahwa perbuatan tersebut bukan termasuk kategori maksiat.

Baca Juga  Ilmu Kalam: Seni Apologia Terfavorit di Dunia Islam

Ibarat orang korupsi, mustahil dia tidak tahu bahwa pencurian yang dilakukan dapat merugikan negara dan rakyatnya.

Sedangkan telah diketahui bersama, para koruptor adalah orang-orang yang jauh dari kata kebodohan. Jangankan para koruptor, kita sendiri pun sering melakukan kemaksitan meskipun mengetahui hal itu termasuk maksiat.

Dan seringkali juga, perbuatan maksiat yang kita lakukan baru tersadar setelah beberapa periode waktu yang telah berlalu. Padahal, syarat yang kedua (taubat) mengharuskan setelah berbuat maksiat langsung bertaubat.

Jika dua syarat taubat di atas tidak terpenuhi, sungguh kemalangan yang luar biasa untuk diri kita. Yang masih meyakini akan adanya kehidupan setelah kematian (eskatologi).

Lantas apa makna yang terkandung dalam kata ‘kebodohan’ pada ayat di atas? Juga ‘waktu dekat’ seperti apa yang dijadikan standar untuk membedakannya dengan waktu yang lama?

Syarat Diterimanya Taubat Sang Hamba

Syarat pertama, dalam frasa لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ. Penulis dalam konteks ini berpendapat, bahwa seseorang dikatakan bodoh bukan karena orang tersebut tidak mempunyai pengetahuan. Melainkan karena ia mempunyai pengetahuan yang tidak sesuai dengan semestinya.

Mengutip pendapat Imam Ar-Razi Dalam karya tafsirnya, beliau menjelaskan maksud kata kebodohan pada ayat di atas. Bahwa orang-orang yang bermaksiat disebut sebagai orang bodoh dan perbuatan maksiatnya dinilai sebagai kebodohan.

Sedangkan sebab orang maksiat, meskipun alim, disebut sebagai orang bodoh. Karena andaikan ia mengamalkan atau konsisten memegang ilmunya, maka ia tidak akan berani nekat melakukan maksiat.

Sehingga bila ia tidak mengamalkan ilmunya maka ia menjadi seperti tidak berilmu. Karenanya orang yang bermaksiat layak dan sah disebut sebagai orang yang bodoh.

Syarat kedua, dalam frasa ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ   yang dimaksud dengan ‘waktu dekat’ adalah sebelum ajal datang.

Baca Juga  Fitnah Dajjal: Pagi Hari Beriman, Sore Hari Kafir

Meskipun perbuatan maksiat yang dilakukan telah lama, namun jika seseorang bertaubat sebelum ajalnya tiba, maka Taubatnya akan diterima.

***

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ تَابَ إِلَى الله قَبْلَ أَنْ يُغَرْغِرَ تَابَ اللهمِنْهُ

Artinya: “Siapa saja yang bertobat kepada Allah sebelum nyawa sampai tenggorokan maka Allah menerima tobat darinya.

Imam Ahmad As-Shawi dalam tafsirnya menjelaskan, waktu antara terjadinya maksiat dengan kematian disebut dekat karena sebenarnya setiap sesuatu yang pasti datang itu adalah dekat. Dan umur meskipun panjang sebenarnya adalah sedikit.

Kendati kehidupan manusia telah mencapai ribuan tahun, namun rentetan peristiwa yang terjadi di dunia tak ubahnya seperti satu kedipan mata. Kyai penulis pernah berujar Urip nang ndunyo mung mampir ngombe” (Hidup di dunia hanya sekedar singgah untuk minum).

Saat Berbuat Maksiat, Orang Sedang dalam Keadaan Bodoh

Maka menjadi jelas, mau sepintar apapun manusia, dia akan tetap menjadi bodoh saat berbuat kemaksiatan, dan manusia akan senantiasa berbuat maksiat karena ia tidak memiliki sifat Ma’sum sebagaimana Seorang Nabi.

Namun Tuhan memberikan kompensasi kepada hambanya dalam urusan diterimanya taubat, yakni sampai batas nyawa sudah sampai tenggorokan. Sayangnya, tidak ada yang tahu kapan ajal seseorang tiba.

Editor: Yahya FR

Irsyadul Ibad
1 posts

About author
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Articles
Related posts
Akidah

Ragam Makna Iman dan Tauhid, Mana yang Lebih Tepat?

3 Mins read
Tauhid merupakan prinsip dasar iman di dalam Islam yang membedakan dirinya dengan segenap agama lain. Bahwa Allah itu esa, tidak berbilang, tidak…
Akidah

Jangan Jadikan Agama Sebagai Alat Pendangkal Akidah!

4 Mins read
Semua agama di dunia ini mempunyai hal-hal yang dianggap suci (the Sacred), misalnya, kitab suci, nabi, dan lain-lainnya. The Sacred menurut M. Amin Abdullah, dalam bukunya Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin, merupakan Nonfalsifiable Postulated Alternate Realitie. Pada artian lain, disebut dengan hal yang tidak bisa dipermasalahkan, difalsifikasi, dan diverifikasi oleh siapapun.
Akidah

Kesadaran Beriman Orang-Orang Modern

3 Mins read
Di era saat ini, teknologi mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Kemajuan teknologi merupakan bukti dari keberhasilan sains modern. Namun, dibalik kemajuan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *