Oleh: Irvan Shaifullah
Selain Novel Coronavirus (2019-nCoV) yang sedang menjadi perhatian dunia saat ini, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (radliyallahu ‘anhu) pernah mewabah penyakit yang sangat berbahaya. Yaitu wabah Tha’un di Amawas. Dinilai lebih berbahaya dari virus Corona karena pada waktu itu telah memakan korban 30.000 jiwa. Bahkan, Abu Ubaidah yang menjalankan tugas pemerintahan Umar ikut meninggal dunia akibat virus tersebut.
Tragedi Amawas
Dalam kitab Tarikh Ath–Thabari (4/60), tragedi tersebut diceritakan begitu detail. Pendapat yang paling masyhur menurut Jumhur ulama bahwa wabah mematikan di Amawas terjadi pada tahun 18 H. Memang ada beberapa pendapat lain seperti dari Ibnu Jarir yang menyatakan bahwa wabah ini terjadi pada tahun 17 H.
Nama wabah ini, sebagaimana tempat kemunculannya, dinisbatkan kepada sebuah negara kecil yang disebut dengan Amawas. Sebuah Kawasan yang terletak antara Al-Quds dan Ramalah. Dari negeri inilah wabah tersebut muncul dan menyebar ke seluruh wilayah Syam dan Palestina.
Wabah Th’aun
Wabah Tha’un yang menyebar di Amawas merupakan penyakit kulit mematikan. Sejenis penyakit kusta atau lepra. Ia berasal dari virus yang awalnya menyerang hewan ternak. Orang yang terjangkit virus ini akan muncul borok pada kulitnya. Dalam kamus al–Mu’jam al–Wasith disebutkan bahwa tha’un berarti penyakit bengkak yang mewabah yang disebabkan oleh tikus, yang kemudian berpindah ke tikus lainnya melalui kutu-kutu hingga ke tubuh manusia.
Sementara itu, makna etimologinya menurut Imam Nawawi bahwa tha’un adalah bisul-bisul yang terdapat pada tubuh. Bisa terdapat di ketiak, siku, tangan, jari-jemari, bahkan seluruh badan dengan disertai pembengkakan atau rasa sakit sekali. Bisul itu juga keluar dengan disertai memar yang menjadikan daerah sekitarnya berwarna hitam atau hijau atau merah keruh. Menyebabkan jantung berdebar-debar dan muntah-muntah.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah—setelah menjelaskan tentang hubungan wabah dengan penyakit tha’un—mengatakan bahwa bisul-bisul, bengkak-bengkak, dan luka-luka ini adalah tanda-tanda penyakit tha’un. Kata tha’un ini diungkapkan dalam tiga macam: pertama, tanda-tanda tha’un inilah yang disebutkan oleh para dokter. Kedua,kematian yang terjadi dikarenakan olehnya (tanda-tanda di atas), inilah yang dimaksud dalam hadits shahih, ”Tha’un adalah (sebab) kematian syahid setiap muslim.” Ketiga, sebab yang mengakibatkan penyakit ini, terdapat dalam hadits shahih,”ia (tha’un) adalah sisa adzab yang dikirimkan kepada Bani Israil.” Disebutkan pula dalam sebuah hadits,”Ia (tha’un) adalah penyakit disebabkan musuh kalian dari kalangan jin” (al–Mausu’ah al–Fiqhiyah, juz II hal. 10246).
Dalam riwayat Bukhari dari Aisyah berkata,”Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang tha’un. Lalu Nabi Allah SWT memberitahu bahwa ia adalah suatu adzab yang dikirim Allah kepada orang yang dikehendaki-Nya, lalu Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seorang hamba menderita penyakit tha’un lalu dia menetap di negerinya dengan kesabaran serta mengetahui bahwa tidaklah suatu musibah menimpa dirinya kecuali telah ditetapkan Allah atasnya kecuali dia akan diberikan ganjaran seperti ganjaran syahid.”
Korban 30 Ribu Jiwa
Wabah ini sangat cepat menyebar ke seluruh negeri Syam. Banyak manusia terjangkit sehingga dalam tempo singkat puluhan ribu jiwa meninggal dunia. Bahkan, al-Waqidi berkata,”pada tahun 18 H, tha’un Amawas telah melanda negeri Syam. Wabah ini telah memakan korban 25.000 jiwa. Ada yang mengatakan korbannya sebanyak 30.000 jiwa. Di antara mereka yang menjadi korban adalah Abu Ubaidah Amir bin Abdillah bin Jarrah, Al Harist bin Hisyam, Syarahbil bin Hasanah, Fadhl bin Abbas, Muadz bin Jabal, Yazid bin Abi Sufyan, Abu Jandal bin Suhail bin Amr, dan Abu Malik al-Asyari.”
* Wakil ketua PDPM Bid Kaderisasi dan Pendidikan, Pengasuh di PP Al-Mizan Lamongan
Editor: Arif