Perspektif

Pengaruh Hegemoni Barat terhadap Dunia Timur

5 Mins read

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya diharapkan dapat membawa dampak positif bagi terciptanya masyarakat modern yang menghargai kebudayaan tradisionalnya. Dengan ilmu pengetahuan, masyarakat akan berubah dari kondisi sebelumnya menjadi masyarakat yang modern. Selain itu, ilmu pengetahuan setidaknya menjadi komponen penting yang dapat membawa masyarakat menjadi paham mengenai apa yang hendaknya dipertahankan sebagai warisan masa lalu.

Perkembangan terknologi, terutama masuknya kebudayaan asing dalam hal ini Barat, tanpa disadari, telah menghancurkan kebudayaan lokal. Minimnya pengetahuan menjadi pemicu alkulturasi kebudayaan yang melahirkan jenis kebudayaan baru. Masuknya kebudayaan tersebut tanpa disaring oleh masyarakat dan diterima secara mentah. Akibatnya, kebudayaan asli masyarakat mengalami degradasi yang sangat luar biasa.

Dari ilmu pengetahuan yang berasal dari Barat, memang sekilas kita pandang maju dan modern, tetapi dibalik itu ada unsur politik yang membuat kita kedalam penjajahan budaya. Pada dasarnya, Barat ingin menguasai dunia dengan kemajuan pemikiran mereka. Banyak cara yang mereka tempuh seperti, banyaknya teori-teori yang keliru dan belum ada titik terangnya dalam ilmu pengetahuan. Seperti teori alam semesta, teori budaya bebas yang mengacu kepada hak asasi manusia, dan bahkan ada pula teori politik yang membuat manusia keperadaban yang lebih rendah.

Kemajuan pemikiran mereka bila dipandang dari segi teknologi, memang sangat membantu kita kepada kemudahan hidup. Tetapi dengan kemudahan-kemudahan itu, Barat juga memasuki unsur pengrusakan budaya-budaya suatu negeri dengan kebudayaan mereka. Pengaruh kebudayaan Barat yang bisa kita lihat terhadap ilmu pengetahuan secara global, yakni: dari sisi ekonomi dan politik, sosial dan budaya.

Pengaruh Barat terhadap Timur: Aspek Ekonomi dan Politik

Pada akhir-akhir abad XIII penemuan-penemuan tekhnik industri, dan berhasilnya pelayaran Colombus dan Vasco Da Gama, memberikan bangsa Eropa kekuasaan strategis di laut samudra. Hal ini menyebabkan revolusi industri Eropa menjadi penguasa ekonomi di seluruh dunia. Dari sini, dimulailah usaha menghancurkan tata nilai dan norma-norma budaya Islam ataupun dunia. Penjajahan dengan kekuatan militer selama berabad-berabad tidak banyak memberikan hasil.

Namun, dengan ekspansi industri secara massal membuat bangsa-bangsa Timur menjadi tercengang, yang menuntut perubahan cara berfikir dan mental generasi dunia dari masa ke masa. Akhirnya, tanpa disadari kecendrungan meniru dan mempelajari metode-metode perekonomian dan ilmu pengetahuan Barat, yang notabene bertentangan dengan syari’at Islam mengakar dengan sangat kuat.

Baca Juga  Baramulo (1): Kehidupan Keagamaan di Pulau Sangkar

Sistem ekonomi sosialis dan kapitalis tidak dapat ditolak oleh dunia Timur, sehingga upaya menghilangkan sistem ekonomi Islam hampir berhasil dengan sempurna, penghormatan terhadap hukum riba misalnya, telah dianggap menghambat laju perekonomian. Cengkraman perekonomian ini semakin kuat dengan cara damai, investasi Barat dan konsesi ekonomi menjadikan Timur sebagai bangsa terjajah yang berkepanjangan. Dan sentuhan ekonomi kolonialisme dan kapitalisme lambat laun mengacaukan etika kehidupan.

Eksploitasi kekayaan dan investasi modal seakan menghentikan pergerakan dan peduli sosial budaya. Dan kekuatan-kekuatan negeri timur takluk dan tunduk di atas kertas. Tahap ekonomi agaknya faktor yang lebih penting dan lengkap. Tetapi lebih umum penjajahan yang dimulai dengan proses ekonomi yang esensial, yang terkenal dengan perembesan damai. Ia memperoleh cengkraman finansial dalam bentuk pinjaman dan konsesi atas negeri Timur, yang selama ini merdeka dari modal Barat, membawa kepada terwujudnya kendali politik.

Kenyataan tersebut berlaku pada semua negeri Timur, tidak terkecuali Indonesia. Dominasi ekonomi Barat sangatlah kuat, ekonomi syariah yang berabad-abad telah diterapkan mulai terpinggirkan ke daerah pedalaman di desa-desa terpencil. Dan orang Timur mulai mencintai produk Barat secara damai, tanpa berpikir bahwa mereka akan ditelanjangi dari norma-norma dan aqidah Islam.

***

Faktor yang tak dapat di bantah, pada umumnya orang-orang Timur sendiri lebih suka membeli barang-barang produksi Barat dari pada memakai hasil negaerinya sendiri. Bagi orang Barat, hal ini terasa suatu keanehan, mereka tidak mengerti, mengapa orang Timur lebih suka barang-barang buatan barat yang murah, tetapi bentuk dan mutunya yang khusus dibuat untuk pasaran Timur, dibanding dengan barang-barang buatan dalam negeri sendiri yang lebih baik mutunya dan amat bagus buatannya. Jawabannya yang sebenarnya ialah, oleh karena orang Timur umumnya tidak mengerti tentang mutu seni barang, dan hanya melihat kepada kemajuan teknologi dan budaya Barat yang saat ini telah mendunia.

Dari kenyataan di atas, kita tidak dapat menafikan, bahwa mayoritas negeri Timur telah terperangkap dalam penjajahan ekonomi dan budaya, begitu pula dengan negeri ini. Contoh riil adalah di bidang ekonomi. Sistem ekonomi kita yang sangat keras, seakan tidak memberikan peluang bagi usaha kecil untuk berkembang. Prinsip ekonomi ini sangat bertentangan dengan prinsip ekonomi Islam yang sangat memperhatikan aspek sosial dan keadilan.

Baca Juga  Sayyid Qutb: Keadilan Sosial dalam Islam Tidak Sekuler

Kita tahu bahwa, agama ini melarang praktek transaksi ekonomi yang mengganggu keserasian hubungan antara anggota masyarakat. Di samping itu, Islam menetapkan bahwa dalam harta milik pribadi terdapat hak orang yang membutuhkan yang harus disalurkan kepada mereka, baik dalam bentuk zakat maupun sedekah dan lain sebagainya.

Tak hanya itu, Kekerasan ekonomi yang ditanamkan oleh Barat telah melupakan kita, bahwa selain bertanggung jawab kepada pemilik modal atau pemegang saham, kita juga akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah nanti diakhirat kelak. Ini adalah bentuk penjajahan yang hingga saat ini belum merdeka. Ketimpangan-ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial terjadi di semua lapisan masyarakat, sebagai akibat dari maskulinitas sistem perekonomian yang telah jauh menyimpang dari kaidah-kaidah Islam.

Aspek Sosial dan Budaya

Jauh sebelum kebudayaan Barat masuk ke bumi pertiwi, kebudayaan kita jauh lebih berperadaban. Hidup bermasyarakat dengan norma-norma kesusilaan telah dahulu ada di peradaban negara kita. Saat ini, kebudayaan itu sedikit demi sedikit mulai terkikis.

Meski demikian, kita juga tidak dapat berpaling dari kenyataan penjajahan budaya Narat. Bahwa, bangsa ini selalu demam dengan trend-trend Barat yang asusila. Satu contoh saja kita ambil. Ketika orang-orang Barat menyelenggarakan kontes ratu sejagat misalnya, maka dengan antusias negeri Timur mendelegasikan wanita-wanita terhormatnya untuk ditelanjangi.

Cuma karena takut dikatakan terbelakang dan tidak modern. Belum lagi desain-desain busana wanita yang sangat tidak menghargai keindahan tubuh wanita, kemolekan tubuh wanita yang seharusnya ditutupi, dieksploitasi ke setiap sudut mata memandang. Ini salah satu bentuk penjajahan budaya bukan? Sungguh ironis dan naif. Yang lebih ironis lagi, Budaya berpakaian bebas, kadang membuat generasi kita tergiur. Dari pemikiran Barat yang mengacu kepada kebebasan hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi membuat kita ikut-ikutan. Sebagian dari kita menganggap teori hak asasi manusia ini sebagai suatu keadilan.

Munculnya pemilihan Miss Universe sebagai ajang internasional pada tahun 1952, motif utamanya adalah bisnis. Perusahaan Pasific Mills menyelenggarakan acara itu untuk mempromosikan pakaian Catalina. Pada tahun1996, Donald Trump membeli hak kepemilikan kontes ini yang kemudian ditayangkan CBS dan pada tahun 2003 beralih ke NBC, yang tentunya sangat kental dengan kepentingan bisnis. Demikian pula di Indonesia, kontes ratu-ratuan ini yang dimobilisasi oleh perusahan kosmetik misalnya, tujuannya hanyalah untuk mempromosikan produknya, sehingga wanita Indonesia akan tergila-gila kosmetik.

Baca Juga  Milad 59 IMM: Babak Baru Gerakan IMM dan Gen Z

Alih-alih mempromosikan produknya, pemilihan putri tidak hanya mengandalkan kecantikannya saja, tapi juga kecerdasan dan sopan santun. Apapun alasan yang dijadikan justifikasi dalam ajang tersebut, hanyalah sebuah usaha menelanjangi norma-norma negeri Timur dan usaha melegitimasi penjajahan terhadap budaya Islam.

***

Karena mendongkrak citra bangsa, kebebasan hak asasi, kecerdasan suatu bangsa dan sopan santun ataupun peradaban yang modern tidak bisa dipresentasikan dengan seorang gadis, atau wanita yang tidak punya rasa malu untuk telanjang di hadapan dunia. Ini adalah bukti kebodohan yang tidak pernah mengerti tentang tata nilai dan kehormatan sebuah bangsa.

Syahdan, seiring perkembangan zaman, era masyarakat modern kini cenderung lebih mengakar pada budaya Barat yang dianggap lebih berkualitas. Semangat zaman dengan pengaruh Barat ini, sudah dianggap sebagai ciri kemodernan atau sebagian dari ekspresi kebudayaan terkini.

Negara yang dikategorikan negara berkembang, sebenarnya belum siap dengan kemajuan yang berasal dari pemikiran Barat. Barat yang dengan seluruh kebudayaannya mendukung berjalan kemajuan mereka. Tetapi yang masih memakai kebudayaan Timur, dan sedikit banyaknya telah tersusupi oleh pemikiran Barat, malah menjadi kacau balau. Masyarakat belum siap menghadapi perubahan sosial.

Masuknya modernisme dan hegemoni Negara adidaya yang masuk ke-Negara Islam, menjadikan budaya yang tercipta di negara-negara Islam kini sudah seakan mulai luntur. Berbagai kesempatan orang asing memasuki Negara Islam, mengakibatkan terberangusnya budaya yang ada seperti, peraturan dan hukum Islam, norma-norma, etika, estetika alam dan bahkan solidaritas terkikis perlahan-lahan sehingga terjadi renggangnya budaya kebersamaan.

Akhirnya, dari sini kita tahu bahwa, budaya Barat yang dibawah oleh orang Barat mengakibatkan penduduk Negara Islam terluluh lantahkan untuk mengikuti budaya tersebut. Pola hidup yang sifatnya sesaat, nafsu dunia, mengakibatkan dekadensi, baik moral, seni dan lainya. Budaya tradisional akhirnya kalah menarik. Mereka lebih tertarik mengembangkan budaya asing yang serba seksi dan enggan dengan budaya yang kuno atau tradisional. Wallahu A’lam Bisshawaab…

Salman Akif Faylasuf
51 posts

About author
Santri/Mahasiswa Fakultas Hukum Islam, Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *