Feature

Penjara Saydnaya: ‘Rumah Jagal Manusia’ Bukti Kekejaman Rezim Assad

2 Mins read

Penjara Saydnaya merupakan simbol mengerikan dari kebrutalan sistematis rezim Assad. Kompleks bangunan yang terletak 30 kilometer di utara Damaskus, Suriah, ini merupakan contoh kekejaman dan penindasan sistematis yang dilakukan oleh rezim Assad.

Upaya untuk membangun Penjara Sednaya dimulai pada tahun 1978, ketika pemerintah Suriah menyita tanah dari pemilik tanah setempat dan menyerahkannya kepada Kementerian Pertahanan untuk membangun penjara. Pembangunan dimulai pada tahun 1981 dan selesai pada tahun 1986, dengan tahanan pertama tiba pada tahun 1987.

Kompleks Saydnaya dijuluki sebagai “rumah jagal manusia” oleh Amnesty International, sebab penjara tersebut telah menjadi identik dengan penyiksaan, eksekusi massal, dan pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan. Keluarga Assad telah lama menggunakan lembaga-lembaga teror untuk memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan, membungkam perbedaan pendapat, dan menyebarkan ketakutan di antara penduduk Suriah.

***

Saydnaya yang awalnya dibangun sebagai fasilitas militer, tetapi kemudian dialihfungsikan setelah Perang Saudara Suriah dimulai pada tahun 2011. Di bawah perintah Bashar al-Assad, penjara tersebut berubah menjadi simbol dalam aparat penindasan Suriah. Menurut laporan dari organisasi-organisasi hak asasi manusia, antara tahun 2011 dan 2015 saja, hingga 13.000 orang dieksekusi di dalam temboknya.

Keluarga al-Assad, dimulai pada era Hafez al-Assad, telah lama menggunakan cara-cara represif sebagai upaya mempertahankan pemerintahan. Di bawah kepemimpinan Hafez al-Assad, dan kemudian dilanjutkan oleh putranya Bashar al-Assad, penjara Saydnaya digunakan sebagai alat untuk menekan oposisi politik. Hafez al-Assad, yang berkuasa sejak tahun 1970 hingga 2000, memulai kampanye penindasan untuk menyingkirkan lawan politiknya, terutama setelah insiden pembantaian di Hama pada tahun 1982.

Saydnaya merupakan simbol represi rezim, yang berkembang dari penjara-penjara sebelumnya seperti di kota Tadmur, yang terkenal karena pembunuhan massalnya pada tahun 1980-an. Bashar al-Assad telah memperluas warisan ini, menjadikan sistem hukum, media, dan inersia internasional sebagai senjata untuk mempertahankan kekuasaan meskipun mendapat kecaman luas.

Baca Juga  Karakter Zuhud: Bukan Anti Dunia, Tapi Hidup Sederhana

***

Kekejaman di Saydnaya tak tertandingi. Para penyintas telah menceritakan pemukulan, pelecehan psikologis, kelaparan, dan perampasan sensorik. Laporan Amnesty International pada tahun 2017 menggambarkan “kematian senyap”, di mana para tahanan digantung secara massal di malam hari. Para korban seringkali menghadapi persidangan palsu yang berlangsung hanya beberapa menit sebelum perintah eksekusi dikeluarkan. Catatan saksi mata mengungkapkan lingkungan yang mengerikan di mana keheningan ditegakkan oleh rasa takut yang sistematis.

Berbagai macam praktik penyiksaan yang tidak manusiawi dilakukan di penjara tersebut, mulai dari pemukulan terus-menerus, serangan seksual, pembakaran, dan penggunaan papan berengsel yang dikenal sebagai “karpet terbang”. Pada tahun 2012, Human Rights Watch mendokumentasikan 27 pusat penahanan semacam ini di seluruh Suriah, banyak di antaranya di Damaskus.

Menurut Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR), lebih dari 136.614 orang, termasuk 3.698 anak-anak dan 8.504 wanita, ditahan di penjara Suriah selama perang saudara Suriah antara Maret 2011 dan Desember 2024. Saydnaya menjadi tempat di mana ribuan orang hilang tanpa jejak, dan banyak di antara mereka yang tidak pernah berhasil keluar hidup-hidup.

***

Menurut laporan Amnesty International tahun 2017, sebanyak 13.000 orang digantung dalam lima tahun di Sednaya. Proses hukum di penjara ini tidak lebih dari sandiwara. Tahanan diadili dalam sidang kilat yang berlangsung tidak lebih dari 1 hingga 3 menit di Pengadilan Lapangan Militer. Dalam banyak kasus, pengakuan mereka diperoleh melalui penyiksaan brutal. Tidak ada akses kepada pengacara, tidak ada hak banding, dan persidangan ini sering kali menghasilkan vonis mati.

Eksekusi di Saydnaya, yang dilaporkan dilakukan setiap minggu atau lebih, mencakup 20 hingga 50 orang sekaligus. Amnesty International memperkirakan antara 5.000 hingga 13.000 orang telah dieksekusi antara 2011 hingga akhir 2015. Sebagian besar korban adalah warga sipil yang diyakini menentang pemerintahan Bashar al-Assad.

Baca Juga  Tujuh Jenis Polisi Arab Saudi yang Akan Ditemui Jemaah Haji

Kesaksian dari para penyintas, jurnalis, dan peneliti telah berperan penting dalam mengungkap kengerian Saydnaya. Proyek dokumenter seperti Saydnaya: Inside a Syrian Torture Prison (2016) telah memvisualisasikan berbagai pelanggaran ini, menambahkan dimensi pribadi pada statistik yang mengejutkan tersebut. Karya-karya semacam itu menyoroti ketahanan para penyintas dan perlunya keadilan internasional.

Penggunaan Saydnaya dan penjara serupa oleh rezim Assad menyoroti kebijakan terorisme negara yang disengaja. Tindakan-tindakan ini bertujuan untuk melenyapkan oposisi dan mengintimidasi masyarakat agar tunduk. Laporan oleh Human Rights Watch dan LSM lainnya telah menunjukkan bahwa Saydnaya hanya mewakili satu simpul dalam jaringan pelanggaran yang lebih luas, di mana para tahanan menghadapi penangkapan sewenang-wenang, penghilangan paksa, dan pembunuhan di luar hukum.

Editor: Soleh

Artaqi Bi Izza Al-Islami
8 posts

About author
Penulis Muda Studi Sejarah Islam Asal Bekasi
Articles
Related posts
Feature

Pesan Jumat dari Cak Nur

2 Mins read
Salah satu buku Cak Nur panggilan akrab dari Prof. Nurcholish Madjid, yaitu “pesan-pesan taqwa”. Buku ini adalah kumpulan khotbah-khotbah Jumat Cak Nur…
Feature

Kalender Hijriah Global Tunggal di Mata NU

5 Mins read
Menjelang awal Ramadan 1446/2025, perbincangan tentang Kalender Islam Global Turki 1437/2016 atau Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) memperoleh perhatian masyarakat luas, khususnya…
Feature

Ekrem Imamoglu dan Masa Depan Demokrasi Turki

3 Mins read
Penangkapan dan pemenjaraan Wali Kota Istanbul terpilih, Ekrem Imamoglu pada hari Rabu 19 Maret kemarin, telah mengejutkan rakyat Turki dan internasional. Penahanannya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *