Salah satu buku Cak Nur panggilan akrab dari Prof. Nurcholish Madjid, yaitu “pesan-pesan taqwa”. Buku ini adalah kumpulan khotbah-khotbah Jumat Cak Nur di yayasan wakaf Paramadina. Dalam khotbah-khotbahnya yang telah dibukukan tersebut, banyak tema-tema keislaman yang menjadi topik yang sangat menarik dan diramu dalam bahasa yang mudah dipahami. Tema sentral yang menjadi fokus utama Cak Nur adalah tema-tema yang bernuansa kemanusiaan. Dan semuanya bermuara kepada pokok bahasan ketaqwaan, itulah sebabnya buku tersebut diberi judul “pesan-pesan takwa”.
Gaya bahasa buku ini sangat mudah dipahami karena berangkat dari bahasa lisan kemudian dituangkan kedalam bahasa tulisan. Tidak nampak seperti tulisan ilmiah sebagaimana buku-buku Cak Nur lainnya. Tema-temanya juga sangat kondisional sekalipun disampaikan beberapa tahun lalu. Kelebihan khotbah-khotbah Cak Nur, disamping mengutip ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi, juga diramu dengan interpretasi kekinian, juga banyak mengakomodir pendapat-pendapat ulama klasik seperti Al Gazali, Ibnu Taimiyah, dan mengutip ulama-ulama kontemporer seperti Buya Hamka.
Di awal buku tersebut, Cak Nur mencoba mengupas dalam khotbahnya tentang “pesan takwa”. kupasan Cak Nur diawali dengan sejarah pembacaan salam ketika akan memulai khotbah, penyampaian sejarahnya sangat menarik. Sebelum Nabi berkhotbah, Beliau keluar dari rumahnya yang pada waktu itu, rumah Nabi terletak satu bangunan dengan mesjid, setelah Nabi memastikan sudah banyak yang hadir untuk shalat jumat, Nabi keluar dari rumahnya, dan mengucapkan salam kepada para sahabat dan langsung duduk diatas mimbar.
***
Disitulah dimulai adzan oleh sahabat, disitu Nabi memanfaatkan untuk memperhatikan para sahabatnya, mengecek para sahabatnya siapa yang hadir dan siapa yang tidak hadir, Nabi memanfaatkan momentum tersebut media untuk mengecek atau memandang kepada para sahabat yang hadir di shalat Jumat. Kita bisa mengambil hikmah bahwa kita seharusnya sudah berada di dalam masjid ketika khatib sudah berada diatas mimbar.
Cak Nur juga menyampaikan tentang sejarah adzan dua kali pada hari Jumat, yang pada periode Nabi, adzan dilaksanakan cuma satu kali, dan nanti pada zaman Usman bin Affan, adzan satu kali tidak cukup, karena pada waktu itu perkembangan umat sudah sangat banyak dan meluas, sehingga Usman memerintahkan untuk adzan dua kali. Ini sama dengan sejarah perkembangan shalat tarawih, yang awalnya dilaksanakan di rumah sendiri oleh Nabi, namun karena banyak sahabat yang ikut untuk shalat bersama dengan Nabi, sehingga memutuskan untuk shalat berjamaah tarawih di masjid.
Dalam pandangan Cak Nur, bahwa shalat sunnah memang harus dilaksanakan di rumah, karena pada prinsipnya shalat sunnah harus dilaksanakan di rumah dengan merujuk awal Nabi dalam melaksanakan tarawih. Itulah sebabnya setelah kita melaksanakan shalat wajib berjamaah di masjid, dan kita akan melanjutkan untuk melaksanakan shalat sunnah, kita biasanya pindah tempat, dan itulah adalah tiruan simbolik pindah ke rumah. Dan itu bagian dari aspek rileks dari agama yang telah menjadi formalitas karena kita tidak tahu asal usulnya.
***
Yang menarik yang disampaikan oleh Cak Nur bahwa ketika Nabi akan berkhotbah Nabi selalu menyandarkan pedang atau tombak pada bahu beliau, karena waktu itu umat Islam adalah komunitas militer. Cak Nur memberikan pemahaman kontemporer atau kontekstualisasi dari makna pedang atau tombak. Bahwa Nabi ketika tampil sebagai khatib, Nabi tampil gagah sekali diatas mimbar sambil menyandarkan pedang atau kadang tombak pada baju beliau.
Begitupun khatib-khatib sekarang ini, harus memakai pakaian terbaiknya ketika berkhotbah, dan tampil lebih siap. Itulah sebabnya ada mesjid yang menyiapkan pakaian kebesaran yang akan dipakai khatib ketika akan menyampaikan khotbah Jumat. Disamping menyiapkan pakaian khusus untuk khatib, juga disiapkan tongkat khusus untuk para khatib, dan adalah bentuk atau mencontoh yang pernah dilakukan oleh Nabi.
Dan yang lebih penting disampaikan oleh seorang khatib, yaitu isi khotbah yaitu pesan taqwa. Oleh sebab itu, pesan-pesan ketaqwaan wajib disampaikan oleh seorang dan mengutip ayat yang berkaitan dengan makna ketaqwaan. Dan wasiat taqwa ini bagian atau rukun dari khotbah Jumat. Pesan taqwa atau ajakan untuk bertaqwa itulah yang menjadi pokok bahasan penting yang akan akan disampaikan seorang khatib, sebab itu adalah rukun khotbah, Disamping ucapan Alhamdulillah, shalawat kepada Nabi, membaca ayat suci, dan berdoa.
Itulah pesan-pesan penting Cak Nur, dalam khotbah-khotbahnya di salah satu bukunya yaitu pesan-pesan taqwa.
Editor: Soleh