Perspektif

Visi Pesantren Muhammadiyah, Apa Bedanya dengan yang Lain?

3 Mins read

Saat ini telah terdapat 400 lebih jumlah pesantren Muhammadiyah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jumlah yang terhitung banyak untuk dikelola secara profesional dan berkemajuan.

Mengutip pernyataan Maskuri, ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah sebagaimana diberitakan pada media muhammadiyah.or.id dengan judul “Muhammadiyah Perlu Perbanyak Jumlah Pesantren“, pesantren Muhammadiyah memiliki tiga tujuan, yaitu: 1) untuk menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi untuk menjadi kader ulama dan zu’ama; 2) menjadi pendidik yang berjuang dan berkontribusi terhadap masyarakat, serta menjalin dan memperkuat ukhuwwah islamiyah dan kerukunan antar umat beragama; dan 3) menjadi penerjemah timbal balik antara pemerintah dan umat untuk menciptakan tatanan yang harmonis.

Tujuan pesantren yang demikian itu akan mudah dicapai dengan model manajemen pesantren yang efektif, efisien, dan berkelanjutan. Pengelolaan lembaga pendidikan dengan pendekatan manajemen bukan hal yang baru bagi Muhammadiyah. Kesuksesan dalam mengelola lembaga pendidikan terbukti pada eksistensi dan inovasi berbagai lembaga pendidikan Muhammadiyah dalam menghadapi perubahan zaman dari masa pra kemerdekaan hingga masa reformasi atau bahkan pasca reformasi seperti saat ini.

Tentu banyak bidang yang menjadi ruang lingkup manajemen pesantren. Namun, pada kesempatan ini penulis memulai dari aspek perencanaan pesantren yang dalam bentuk artifisialnya, yaitu visi pesantren.

Visi Pesantren

Visi pesantren tak pernah terbentuk dengan sendirinya, melainkan terbentuk dari pergolakan dan perhelatan dinamika kehidupan individu, organisasi, situasi, dan kondisi yang menjadi latar belakang pendirian pesantren.

Ada kondisi internal yang dihadapi oleh para pendiri pesantren, namun juga ada tantangan eksternal yang berpotensi “mengancam” nilai-nilai yang diyakini benar oleh warga persyarikatan. Meminjam istilah dalam Filsafat Ilmu, yaitu ada context of discovery dari warga persyarikatan bersama pengurus untuk mendirikan pesantren.

Baca Juga  Pendidikan Kolonial: Dulu dan Sekarang

Context of discovery ini tidak boleh diabaikan, karena dari pergumulan tersebut muncullah ide pendirian pesantren. Pesantren dari mulai pendirian hingga perjalanannya merupakan context of justification dari perjalanan dan pergumulan yang dihadapi oleh para pendiri, pengurus, dan warga persyarikatan. Dua konteks tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya, menghilangkan satu dengan yang lain berpotensi menimbulkan keraguan pada tujuan yang diharapkan. Bukan berarti kemudian jumud, dan tidak mau berkembang, akan tetapi lebih pada upaya pengembangan berkelanjutan dengan dasar dan filosofi yang kuat dan matang.

Visi pesantren mutlak harus dirumuskan secara bersama-sama, untuk menjadi pedoman, arah, dan way of thinking dari warga pesantren dan pengurus persyarikatan sebagai pembina atau penanggungjawab pesantren.

Selain landasan historisitas pesantren Muhammadiyah, juga terkait dengan ideologi persyarikatan yang menjadi ruh bagi pribadi warga persyarikatan. Landasan ideologis menjadi hal yang juga pokok dalam pembentukan karakter santri Muhammadiyah.

Landasan ideologis Muhammadiyah terbukti mampu menjawab tantangan perubahan zaman dan masyarakat. Tidak dapat dimungkiri, pemikiran warga persyarikatan yang terbuka berpotensi dirongrong atau bahkan ditunggangi oleh ideologi lain yang berpotensi merebut atau bahkan menguasai persyarikatan untuk dijadikan sebagai kendaraan dalam mewujudkan tujuan-tujuan dirinya dan kelompoknya saja. Agar warga pesantren waspada dan saling mengingatkan untuk tidak bertentangan dengan ideologi Muhammadiyah.

Landasan dalam pengembangan visi yang juga penting yaitu, produk ijtihad dalam Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah dan Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah dalam bentuk peraturan-peraturan dan keputusan untuk kemaslahatan bersama.

***

Banyak sudah peraturan dan pedoman yang dilahirkan. Hanya saja pada praktiknya, masih banyak terjadi penyesuaian di lapangan. Sehingga masih menjadi hal yang sulit untuk dapat mengukur keberhasilan dan ketercapaian yang distandarkan secara bersama-sama.

Baca Juga  Gunungapi Indonesia yang Meluluhlantakkan Dunia

Kondisi eksternal agar juga menjadi perhatian bagi para pengurus pengelola pesantren Muhammadiyah. Masyarakat yang berubah, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang, peraturan pemerintah sebagai pemangku kebijakan, dan stakeholder penerima lulusan pesantren Muhammadiyah memberikan dampak pada operasionalisasi pelaksanaan pesantren.

Pesantren Muhammadiyah yang bermutu adalah pesantren yang lulusannya dapat diterima oleh masyarakat dan mampu mengembangkan diri dalam menghadapi tantantangan ke depan. Agar jangan sampai, lulusan pesantren Muhammadiyah tidak dapat diterima di masyarakat yang menjadi ladang juangnya.

Tentunya dengan kondisi yang demikian itu, akan berbeda visi yang dimiliki oleh satu pesantren Muhammadiyah dengan pesantren Muhammadiyah yang lainnya. Perbedaan memberikan pilihan bagi warga masyarakat dan persyarikatan untuk memilih pesantren yang sesuai antara visi pesantren dengan cita-cita calon santri dan orang tua wali santri.

Dalam sejarah pesantren, keunggulan pesantren adalah karena ke-takhassus-annya pada bidang tertentu sehingga ia menjadi unggul pada bidang tersebut. Oleh karena itu, pesantren Muhammadiyah perlu ber-takhassus pada bidang yang menjadi keunggulannya, yang kemudian diolah dan dikembangkan sehingga tujuan pendidikan pesantren Muhammadiyah sebagaimana yang disampaikan di atas dapat tercapai. Namun, juga tetap menaungi keragaman minat masyarakat warga persyarikatan.

Editor: Yahya

Avatar
1 posts

About author
Dosen Magister Pendidikan Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *