Sebenarnya garda terdepan saat ini dalam menghadapai pandemi Covid-19 karena virus corona adalah rakyat yang sehat dengan segala kebutuhan nutrisi yang seimbang. Karenanya dengan membentuk dan memfasilitasi masyarakat menjadi sehat tentunya imunitas masyarakat akan lebih baik. Hal ini kemudian ditambah dengan mengikuti protokoler pemerintah untuk merespon wabah.
Sangat tidak masuk akal ketika negera ini diserang wabah pemerintah sama sekali tidak hadir untuk melindungi sektor-sektor pangan dan pemenuhan gizi rakyatnya.
Imbas Pandemi Corona
Selain petugas medis ada support lain dari para peternak yang berusaha memenuhi kebutuhan pangan. Sangat ironis beberapa waktu lalau askses distribusi telur dari Blitar sempat buntu yang mengakibatkan 140 ton pasokan telur mandek (Jawapos, 29 Maret 2020). Padahal kita sedang mengalami wabah sehingga butuh asupan protein dan gizi cukup.
Jika tidak ada solusi dan upaya yang serius untuk mengatasinya, usaha peternakan rakyat di Indonesia akan mengalami permasalahan besar dalam satu bulan kedepan. Situasi yang membuat peternakan rakyat ambyar seperti saat ini menjadi ancaman dalam ketersedian daging.
Selain ketersedian daging, lama-kelamaan peternak rakyat bisa dipastikan banyak yang ambyar lalu gulung tikar. Akhirnya ketersedian pangan nasional bisa dipastikan hanya dikuasi oleh konglomerasi agro industri yang cukup kuat dalam menghadapi situasi saat ini.
Memang sudah sering diingatkan mengenai regulasi bahwa peternak regulator besar seperti JAPFA, Charoen Phokpan, Cargill, dan semacamnya agar sebaiknya tidak melakukan bisnisnya dari hulu hingga hilir secara penuh. Hal ini dilakukan supaya terjadi saling kontrol dan tentunya menciptakan harga yang baik buat semua pihak.
Situasi seperti ini mengharuskan pemerintah hadir dalam melindungi usaha-usaha peternak rakyat. Kalau tidak akan muncul banyak masyarakat miskin baru akibat tutupnya usaha-usha milik rakyat. Tentu bukan hal yang kita inginkan di masa-masa pandemi ini.
Peternak Ambyar
Saat ini, usaha peternakan ayam sedang mengalami titik nadir krisisnya sejak enam bulan lalu yang sempat disuarakan melalui Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (PINSAR). Keadaan saat ini bahkan kembali ambyar dengan lebih memprihatinkan.
Kenyataan ini muncul sebagai imbas menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Harga pakan naik Rp200 per kilogram, obat-obatan naik 10%, ditambah serapan ayam rendah sementara stok melimpah. Hari ini harga ayam di kandang mencapai Rp8.000 per kilogram. Sangat tidak masuk akal karena harga pokok produksi peternak sendiri di angka Rp17.000 per kilogram.
Peternak makin ambyar, merasakan pahit dan perih karena yang meskipun harga jual anjlok namun di pasaran harga daging masih tetap antara Rp28.000-30.000 per kilogram. Memang berhadapan dengan pandemi corona ini hampir semua sektor industri luluh lantak atau ambyar. Namun yang memelihara ternak akan babak belur lebih parah karena makhluk hidup seperti ayam hasil ternak tidak bisa ditunda waktu panennya.
Seharusnya dengan adanya status darurat kesehatan seperti saat ini, daging ayam, telur, dan bahan pokok lainya harus tetap bisa terdistribusi dengan baik. Juga harus dijamin oleh pemerintah karena ini menyangkut kebutuhan kesehatan bagi masyarakat.
Upaya yang mungkin dilakukan bisa berupa pemerintah membeli semua sumber bahan pangan protein seperti daging ayam. Misalnya dengan memebeli live birds dengan harga Rp12.000-15.000 per kilogram membuat kerugian yang ditanggung peternak tidak terlalu banyak. Kemudian stok pangan tersebut didistribusikan langsung oleh satuan tugas pemerintah pada warga masyarakat.
Jika dilakukan, upaya tersebut menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat dalam menghadapi pandemi corona. Terlebih lagi, masyarakat miskin yang rentan terdampak dari wabah ini karena bagi si miskin, tidak bekerja selama wabah corona itu lebih menjadi pandemi mematikan.
***
Akhirnya, upaya semacam ini perlu dilakukan untuk membuat rumah tangga bisa tetap sehat jasmani karena mendapatkan gizi yang cukup. Secara tidak langsung program pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran corona pun bisa berjalan dengan lancar.
Editor: Nabhan