Perspektif

Membela Islam Artinya Membela Kemanusiaan

2 Mins read

Secara etimologis Islam berarti “damai”, istilah Islam sering dikaitkan dengan kalimat rahmatan lil’alamin. Hal ini mengandung sebuah isyarat bahwa kehadiran Islam di tengah umat manusia mampu mewujudkan kedamaian, keamanan, dan kasih sayang bagi seluruh alam semesta. Islam tidak sekedar agama yang berbicara aspek ritual peribadatan saja, melainkan banyak mengatur hal-hal yang bersifat sosial dan humanitas. Dalam Islam nyatanya tidak sedikit memuat ajaran-ajaran yang berkaitan dengan kepedulian terhadap sesama, ajaran ini sebagai bentuk representasi dari konsep rahmatan lil ‘alamin tersebut.

Politik yang Melegitimasi Agama

Melihat fenomena yang terjadi pada era sekarang istilah Islam dan rahmatan lil ‘alamin sudah banyak dipahami secara keliru. Bahkan, kita dapat menemui organisasi yang berlabelkan Islam dan mengatasnamakan membela Islam namun dalam bertindak tidak mencerminkan wajah Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Apabila kita telisik lebih dalam, hal ini tidak bisa lepas dari yang namanya “kepentingan” atau politik.

Dalam sejarah dunia, kita ketahui bersama tentang Perang Salib yang mana perang ini sering disebut sebagai perang suci yang mengatasnamakan agama akan tetapi dalam sejarahnya perang ini tidak bisa lepas dari faktor politik dan kepentingan untuk menguasai wilayah tertentu. Segala politik yang melegitimasi agama akan sangat berbahaya, karena seorang akan berani menjajah bahkan dengan mudahnya menghilangkan nyawa orang lain tanpa rasa bersalah dengan mengatasnamakan agama.

Bedakan Antara Agama dan Politik

Oleh karenanya, antara agama dan politik harus ditempatkan pada posisinya masing-masing. Kita perlu membedakan mana hal yang sakral mana yang profan. Akibat kegagalannya dalam membedakan aspek sakral dan profan tidak sedikit umat Islam yang terjebak dalam politik identitas, yang dimana mereka memakai identitas agama untuk kepentingan politik mereka. Tidak jarang mereka menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an untuk melegitimasi nafsu politik belaka, seakan-akan apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang sakral dan bagian dari membela Islam. Bahkan mereka dapat dengan mudahnya menganggap salah, thagut bahkan “kafir” pada kelompok yang tidak sejalan dengan pandangan mereka, kepada kelompok yang berbeda paham politiknya. Apakah hal demikian bagian dari membela Islam?.

Baca Juga  Benarkah Cadar Identik dengan Radikalisme?

Islam sebagai Sumber Etika

Islam sangat menekankan nilai-nilai spiritual substansif yang dimana mencakup aspek keadilan, kesejahteraan, dan perdamaian. Akan tetapi, dalam hal ini Islam bukan berarti dipahami secara legal formal dalam bentuk “Negara Islam” ataupun formalisasi syariat Islam seperti yang digaung-gaungkan oleh kelompok tertentu. Pemahaman seperti ini telah membawa umat Islam kepada “sakralisasi” ataupun “pemberhalaan” terhadap pandangan politik yang serba legitimasi Islam. Hal ini sama halnya menyamakan antara produk pemikiran manusia dengan agama itu sendiri, sehingga terjadi pencampuradukan antara yang sakral dan profan. Langkah yang seharusnya dilakukan adalah menjadikan Islam sebagai sumber etika dan kebaikan universal bukan mereduksi Islam dengan berbagai kepentingan politik ataupun melakukan formalisasi terhadap hukum Islam.

Islam Rahmatan lil ‘Alamin

Apabila Islam dipahami dan dihayati secara benar maka Islam akan menjadi rahmat bagi semua. Tetapi apabila Islam dipahami dan diaplikasikan secara salah, Islam akan dipandang sebagai hal yang berbahaya dan menakutkan. Tentu hal ini akan merusak citra Islam. Posisikan Islam sebagai ajaran yang sakral dan suci jangan dinodai dengan kepentingan-kepentingan politik yang melegitimasi Islam namun tidak mencerminkan wajah Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Namun, masih kita temui kelompok yang memperalat agama/Islam untuk melakukan diskriminasi, tindakan intoleran, dan lain sebagainya. Hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai membela Islam. Membela Islam artinya membela kemanusiaan, membela Islam artinya membela keadilan dan kesejahteraan, dan perdamaian karena semua itu merupakan nilai-nilai substansif dari ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Editor: Soleh

Bimba Valid Fathony
2 posts

About author
Mahasiswa S2 Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Serangan Iran ke Israel Bisa Menghapus Sentimen Sunni-Syiah

4 Mins read
Jelang penghujung tahun 2022 lalu, media dihebohkan dengan kasus kematian Mahsa Amini, gadis belia 22 tahun di Iran. Pro-Kontra muncul terkait aturan…
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *