Perspektif

Bagaimana Islam Memandang Perilaku Playing Victim?

4 Mins read

Dalam laman wikipedia.org istilah bermain korban, berlagak korban, atau berpura-pura teraniaya (bahasa Inggris: victim playing, playing the victim, victim card, self-victimization) adalah sikap seseorang yang seolah-olah berlagak sebagai seorang korban untuk berbagai alasan seperti membenarkan pelecehan terhadap orang lain, memanipulasi orang lain, strategi penjiplakan, mencari perhatian, atau tidak bertanggung jawab pada amanat yang diberikan padanya.

Salah satu tujuan seseorang melakukan Playing Victim adalah supaya ia terbebas dari dakwaan. Apalagi putusan bebas sudah diatur dalam KUHP Pasal 191 Ayat (2) yang berbunyi: “Jika Pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindakan pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum”.

Kemudian pada masa klasik jika merujuk pada buku Seni Perang dan 36 Strategi karya Sun Tzu – penggagas seni perang dari Tiongkok, ternyata sudah ada konsep Playing Victim dalam strategi perang ke-34 pada sub bab Strategi Kalah, “Lukai diri sendiri untuk mendapatkan kepercayaan musuh (masuk ke dalam jebakan, jadilah umpan)”. Playing Victim jenis ini untuk bertahan dan mematahkan serangan musuh.

Dalil Tentang Menyalahkan Orang Lain

Jika merujuk kepada Al-Qur’an, Playing Victim bisa kita jumpai dalam kisah Nabi Yusuf AS dan Zulaikha. Dalam salah satu ayat diceritakan bagaimana keinginan Zulaikha kepada Nabi Yusuf untuk melakukan hal yang tidak patut. Tapi karena petunjuk Allah Swt akhirnya Nabi Yusuf lari keluar ruangan dan didapati oleh al-Aziz (penguasa/suami Zulaikha). Saat itulah Zulaikha melakukan Playing Victim. Zulaikha kemudian berkata kepada suaminya: “Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan ( dihukum ) dengan siksa pedih? (Yusuf: 25).

Ayat di atas mengindikasikan sikap Zulaikha yang berlagak sebagai korban pelecehan yang dialamatkan kepada Nabi Yusuf AS. Pada ayat 25 di atas, dengan sangat jelas Zulaikha yang sebelumnya berniat jahat lalu kemudian karena terdesak keadaan, ia memutarbalikkan fakta bahwa Nabi Yusuf AS hendak berlaku keji kepadanya. Karena kejadian yang sepintas itu dan Playing Victim yang dilakukan Zulaikha, al-Aziz kemudian berprasangka buruk kepada Nabi Yusuf AS. Inilah bahaya dari tindakan Playing Victim yang berakibat lahirnya prasangka buruk serta mencari kesalahan orang lain.

Baca Juga  Networking Sekolah Muhammadiyah Harus Ditopang dengan Manajemen Kepemimpinan Handal

Allah Swt mengingatkan tentang bahaya berprasangka buruk tersebut:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang “. (QS. Al-Hujurat: 12).

Dalam Tafsir al-Mishbah, Prof Quraish Shihab menegaskan bahwa dugaan yang tidak berdasar adalah dosa. Dugaan menjadi dosa karena biasanya merupakan pemikiran buruk tanpa dasar. Pemikiran buruk inilah yang menyebabkan seseorang terjerumus dalam dosa. Seperti Playing Victim yang dasarnya adalah pemikiran lalu berprasangka buruk dengan menimpakan kesalahan kepada orang lain.

Sedangkan dalam hadis, di antaranya diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw bersabda: “Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain”.

Sementara dalam ayat lain Allah Swt mengingatkan:

وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَٰرُ

Artinya: “Janganlah engkau mengira bahwa lengah terhadap apa yang dilakukan oleh orang-orang yang zalim, sesungguhnya Allah hanya menangguhkan siksaan atas mereka hingga tibanya hari yang pada waktu itu mata-mata mereka terbelalak, saat itu mereka datang tergesa-gesa dengan mengangkat kepala mereka, sementara mata mereka tidak berkedip dan kalbu mereka kosong”. (QS. Ibrahim: 42)

Jika kemudian ada yang melakukan Playing Victim lalu kemudian berhasil melakukannya, apa lagi dengan cara manipulatif, seorang Muslim perlu memahami ayat di atas. Bahwa segala bentuk kezaliman termasuk Playing Victim, Allah Swt akan menangguhkan balasannya di dunia. Misal tidak ada yang melawan atau menerima saja imbasnya atau bahkan terjerat pasal tertentu. Kelak di akhirat pelaku Playing Victim akan terheran-heran melihat balasan atas perbuatannya.

Baca Juga  Di Luar Negeri Akademisi Tidak Perlu Scopus

Tanda-tanda Perilaku Playing Victim

Karena Playing Victim adalah akhlak yang buruk, maka sebagai seorang Muslim kita perlu untuk mengetahui apa saja tanda-tandanya. Orang yang biasa melakukan Playing Victim karena sadar dirinya bersalah maka biasanya untuk menutupi kesalahannya dia akan melakukan bantahan terhadap masalah yang dialamatkan kepadanya.

وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَٱصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar “. (al-Anfal: 46 )

Berikut adalah tanda-tanda dari perilaku Playing Victim:

1. Tidak mau bertanggung jawab

2. Tidak memikirkan solusi, hanya fokus pada masalah

3. Tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi

4. Selalu berpikir negatif tentang hal buruk pada dirinya

5. Merasa menjadi orang lemah

6. Ingin menguasai keadaan orang lain seperti kisah Zulaikha.

Penyebab Munculnya Sifat Playing Victim

Berkaca dari kisah Nabi Yusuf AS dan Zulaikha, munculnya Playing Victim yang dilakukan oleh seseorang karena tidak adanya kepercayaan diri untuk mengakui kesalahan juga karena kurangnya rasa tanggungjawab. Padahal Rasulullah menyarankan bahwa sebaiknya yang dilakukan adalah meringankan beban orang lain bukan malah menimpakan kesalahan, menutup aib dan memberikan kemudahan jika mengalami sebuah perkara.

منْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ فِي الدُّنْيَا يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

Artinya: “Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba yang ia selalu menolong saudaranya”. (HR Tirmidzi)

Baca Juga  Hari Bumi Tidak Hanya Satu Hari

Adapun tanda lain perilaku Playing Victim:

1. Memiliki gangguan kepribadian narsistik dan manipulasi

2. Memiliki trauma masa kecil yang mendalam

3. Memiliki pengalaman dikecewakan orang lain

4. Memiliki kecenderungan untuk menghancurkan diri sendiri

5. Memiliki dendam terhadap orang yang sukses

Cara Mengatasi Perilaku Playing Victim

Umat Nabi Muhammad Saw dianjurkan untuk memiliki sikap yang tegas dalam hidup, terutama dalam menghadapi sebuah persoalan. Dalam surat Ali Imran ayat 139, Allah Swt berfirman:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

Dalam Tafsir Kementrian Agama RI, ayat di atas berkaitan dengan kegagalan umat Muslim pada saat perang Uhud. Saat itu banyak yang bersedih. Oleh karena itu, ayat di atas sebagai bentuk motivasi untuk tetap kuat dan istiqomah. Ayat di atas bisa juga dikaitkan dengan kasus Playing Victim yang biasa dilakukan oleh mereka yang lemah dari segi mental dan psikologis. Allah Swt memberikan akal untuk mencari solusi serta menimbang baiknya buruknya perilaku Playing Victim. Selain itu, yang perlu dilakukan untuk mengatasi Playing Victim adalah: Pertama, pandang diri sebagai pejuang, bukan korban. Kedua, miliki rasa tanggung jawab atas diri sendiri. Ketiga, berlatih meditasi dan menyadari diri. Keempat, jangan memperlakukan diri sendiri terlalu keras.

Editor: Soleh

Irwan S.Ag Dg Lengu
1 posts

About author
Mengajar di MA DDI Nurussalam, Lassa-lassa, Gowa.
Articles
Related posts
Perspektif

Serangan Iran ke Israel Bisa Menghapus Sentimen Sunni-Syiah

4 Mins read
Jelang penghujung tahun 2022 lalu, media dihebohkan dengan kasus kematian Mahsa Amini, gadis belia 22 tahun di Iran. Pro-Kontra muncul terkait aturan…
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *