PerspektifRisalah

Rasisme dalam Perspektif Islam

3 Mins read

Apa itu ‘Rasisme’? Menurut Wikipedia, Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu–bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya. Lalu, bagaimanakah pandangan rasisme dalam Islam?

Rasisme di Tengah Pandemi

Beberapa waktu lalu, mulai ramai di media sosial dengan tagar #BlackLivesMatter. Dimana hal itu mulai terjadi karena terdapat kejadian memilukan yang terjadi di wilayah Powderhorn Selatan, Kota Minneapolis, Amerika Serikat.

George Floyd, seorang pria berkulit hitam berusia 46 tahun yang baru saja terkena PHK akibat COVID-19, dilaporkan kepihak kepolisian karena belanja di sebuah toko dengan menggunakan uang pecahan 20 dolar abal-abal. Polisi pun datang untuk menangkap Floyd atas laporan tersebut. Namun sayang, nyawa George Floyd tak tertolong karena mendapat perlakukan rasisme dari polisi. Dengan menyekap Floyd menggunakan lutut oleh Derek Chauvin, sehingga Floyd kehabisan nafas.

Penyekapan itu sempat terekam dalam bentuk video dan viral di media sosial, serta mulai diperbincangkan oleh banyak orang. Kasus George Floyd ini bukan hanya mendapat dukungan dari rakyat Amerika Serikat saja, tetapi juga di beberapa negara, termasuk di Indonesia.

Di Amerika Serikat memang kental sekali dengan rasisme, terutama dengan orang kulit hitam. Orang kulit putih merasa kedudukan mereka jauh lebih tinggi dibanding dengan orang kulit hitam. Sehingga mereka menganggap orang kulit hitam hanyalah budak dan hak-haknya harus dibatasi.

Pandangan mereka itu tentulah sangat salah. Karna apapun ras dan warna kulitnya, kita sama-sama manusia. Derajat, kepantasan, baik atau tidaknya seseorang tidak bisa dilihat dari warna kulit. Manusia diciptakan tidak ada yang sempurna, setiap manusia yang dilahirkan tidak bisa memilih, mau dari ras kulit yang seperti apa mereka agar menjalani hidup yang baik.

Baca Juga  Tiga Strategi untuk Membuat Islam Berkuasa

Rasisme di Indonesia

Kasus rasisme bukan hanya di AS, tetapi terjadi diseluruh negara, salah satunya di negeri tercinta kita ini. Sering sekali terjadi tindakan rasisme, khususnya terhadap orang Papua. Seperti salah satu kasus pada bulan Agustus tahun lalu, di mana terdapat aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh masyarakat Papua.

Hal disebabkan video viral di media sosial yang melalukan penghinaan terhadap masyarakat Papua dengan menyebutkan kata ‘Monyet’. Ini juga buntut dari tindakan kekerasan aparat kepolisian terhadap mahasiswa Papua di Surabaya yang disusul dengan penangkapan.

Kasus lain adalah dengan menyalahgunakan media sosial. Seperti, beberapa akun TikTok milik orang Papua yang mendapat perlakuan rasisme oleh netizen dengan menanyakan beberapa pertanyaan tentang Papua. Beberapa pertanyaan sempat viral di medsos. Seperti, “Apakah di Papua terdapat manusia?”, “Apakah di Papua makan nasi?”, “Apakah di Papua terdapat toko baju?” dan sebagainya. Padahal hal tersebut sudah termasuk sebagai tindakan rasisme di media sosial yang disepelekan, dengan alih-alih “bercanda” atau “hiburan”.

Seharusnya tindakan-tindakan tersebut harus kita hindari dan tidak patut kita lakukan. Sebab, psikis dan mental setiap orang itu berbeda-beda, sehingga bisa menyebabkan depresi. Melalui berita Kompas, menurut Benny, seseorang yang mendalami ilmu mengenai perilaku dan pencegahan bunuh diri suicidology mengungkapkan, dalam acara “Semicolon: It’s Not The End Of My Journey” pada bulan Oktober tahun lalu di Unika Atma Jaya Jakarta, yang termasuk dalam pemicu tindakan bunuh diri adalah karena perisakan (bullying) dan depresi.

Rasisme dalam Islam

Bilal bin Rabah merupakan salah satu sahabat Rasulullah Saw. yang merupakan mantan budak, berkulit hitam legam, rambut keriting, bertubuh kekar dan tegap, namun memiliki tatapan mata yang meneduhkan, dan suara yang merdu. Ia merupakan seseorang yang dipercaya oleh Rasullulah sebagai muazin pertama dalam sejarah Islam.

Baca Juga  Membajak Demokrasi

Bukankah disini sudah jelas? Bahwa, dalam Islam, tidak mengenal warna kulit, harta, atau darimana orang tersebut berasal. Melainkan dari ketakwaan kepada Allah swt. Ini adalah perspektif Islam dalam hal rasisme.

Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Abu Dzar,

ﺍﻧْﻈُﺮْ ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﺨَﻴْﺮٍ ﻣِﻦْ ﺃَﺣْﻤَﺮَ ﻭَﻻَ ﺃَﺳْﻮَﺩَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻥْ ﺗَﻔْﻀُﻠَﻪُ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ

“Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa.”

Perbedaan dalam Islam

Surah al-Hujarat ayat 13,

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺇِﻧَّﺎ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎﻛُﻢْ ﻣِﻦْ ﺫَﻛَﺮٍ ﻭَﺃُﻧْﺜَﻰ ﻭَﺟَﻌَﻠْﻨَﺎﻛُﻢْ ﺷُﻌُﻮﺑًﺎ

ﻭَﻗَﺒَﺎﺋِﻞَ ﻟِﺘَﻌَﺎﺭَﻓُﻮﺍ ﺇِﻥَّ ﺃَﻛْﺮَﻣَﻜُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﺗْﻘَﺎﻛُﻢْ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.”

Dalam surah tersebut, dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia berbeda-beda, berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, untuk saling mengenal satu sama lain, dan saling menghormati serta menghargai perbedaan. Karna yang paling mulia disisi allah bukan dari perbedaan tersebut, melainkan dari ketakwaannya.

Berbeda untuk Berlomba dalam Kebaikan

Menghadapi dan mengatasi rasisme merupakan tugas kita bersama, baik itu individu maupun kelompok. Sudah dijelaskan dalam Islam bahwa perbedaan itu memang ada, tapi hal tersebut seharusnya kita jadikan untuk saling mengenal satu sama lain, dan bukan untuk diperselisihkan. Akan tetapi untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan.

Bukan hanya dalam Islam, di Indonesia juga dijelaskan dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Seharusnya, kita sebagai Rakyat Indonesia, perbedaan yang ada itulah yang menjadikan kita tetap satu, yaitu pada tujuan yang sama, memajukan bangsa Indonesia, dengan cara saling mendukung, melindungi, menghargai serta menghormati. Bukan saling menyudutkan, menjelekkan, mengejek ataupun merendahkan.

Baca Juga  Tradisi Kompolan: Religiusitas, Sosial, atau Ekonomi?

Harus diingat baik-baik oleh kita semua, bahwa rasisme itu bukan untuk hiburan, karena ada banyak nyawa yang hilang karna keegoisan. Mari kita tingkatkan lagi ilmu pengetahuan, agar tak terbodohi lagi oleh perkembangan zaman. Serta, tingkatkan lagi kepedulian terhadap sesama, karna kita ini sebangsa dan saudara. STOP RASISME!! Mari kita ubah menjadi pribadi yang lebih baik, agar masa depan pun ikut membaik.

Editor: Nirwansyah

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswi Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds