Inspiring

Rohmah, Mimpi Masa Depan Anak yang Lebih Beradab

3 Mins read

Usianya masih muda. Tetapi semangat dan langkahnya begitu energik. Ia telah bergelut dan bergumul dengan madrasah kurang lebih selama sembilan tahun. Ia menapaki langkah pertamanya menjadi guru madrasah di MI Muhammadiyah Program Khusus Kartasura. Ia menjadi pengajar di MIM PK Kartasura sejak 2013 sebelum berpindah ke MIM PK Boyolali. Namanya Ustadzah Rohmah, S.Pd.

Jarak dua puluh kilometer dari rumahnya tidak menyurutkan langkahnya untuk mendidik dan mencerdaskan anak bangsa. Ia berumah di Sambirejo, Winong, Boyolali. Setiap pagi ia harus menyiapkan motornya untuk berangkat sekolah mengajar di MIM PK Kartasura. Ia mengajar di sekolah sehari penuh. Rutinitas itu ia jalani bertahun-tahun. Keringat, capek yang ia rasakan tidak menyurutkan langkahnya menyalakan api di dunia pendidikan khususnya madrasah.

Rohmah tumbuh dalam keluarga yang sederhana. Bapaknya seorang petani, sementara ibunya adalah seorang pedagang. Semangatnya tidak pernah berhenti untuk mengajari anak pintar mengaji dan berbudi. Ia menjatuhkan hatinya pada madrasah karena prihatin dan marah dengan kondisi elit bangsa saat ini. Ia tidak ingin anak didiknya kelak seperti para pejabat yang korup selama ini.

Perjalanan karirnya sebagai guru ia tapaki langkah demi langkah. Rohmah tak ingin menjadi guru madrasah yang biasa saja. Semangatnya membawanya belajar banyak hal, salah satunya berkaitan dengan Multiple Intellegence. Ia ingin memahami bagaimana sistem dan madrasah ini menekankan pada prinsip penghargaan pada fitrah anak.

Rohmah rajin mengikuti pelatihan dan juga diklat. Tidak tanggung-tanggung, ia sempat belajar tentang tes MIR (Multiple Intellegence Riset) bersama ahlinya langsung, Pak Munif Chatib. Sebagai guru di kelas, ia juga belajar lebih jauh tentang pengelolaan kelas dan manajemen pembelajaran di kelas. 

Baca Juga  K.R.H Hadjid: Peletak Kajian Tafsir Al-Qur’an Pertama di Muhammadiyah

Setelah dua tahun belajar dan bergelut dengan dunia Multiple Intellegence, ia pun menapaki karirnya lebih tinggi. Ia dipercaya menjadi wakil kepala bidang kurikulum setelah dua tahun berkarir di MIM PK Kartasura tepatnya di tahun 2015.

Dari sini pengalamannya di bidang perangkat dan administrasi guru menjadi semakin matang. Ia menjadi tempat konsultasi guru-guru dalam membuat perangkat pembelajaran dan pengelolaan kelas. Ia juga kerap ditugasi mengamati dan menilai atau melakukan supervisi guru pada saat pembelajaran di kelas.

Setiap momen supervisi guru menjadi momentum bagi dirinya untuk saling belajar tentang cara pengelolaan kelas terbaik khususnya di lingkungan madrasah. 

Karakteristik Madrasah

Pada tahun 2016, Rohmah telah berumah tangga dan mengandung anak pertamanya. Khawatir dengan kondisi kesehatannya dan bayinya, ia berinisiatif untuk mencari sekolah yang dekat dengan rumahnya. Karir yang mulai menanjak itu ia tinggalkan. Ia berpindah ke MIM Boyolali. 

3 tahun menjadi guru di MIM Boyolali, Rohmah pun resah dengan kondisi sekolahnya yang monoton dan belum berkembang. Ia berinisiatif untuk melakukan rebranding agar madrasah yang posisinya di perkotaan bisa lebih maju lagi. Inisiatifnya didukung oleh rekan guru di sekolahnya. Ia pun bersama rekan gurunya mendirikan MIM PK Boyolali. 

Pada tahun 2019, ia dipercaya menjadi Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Muhamadiyah Program Khusus Boyolali. Rohmah memiliki motivasi kuat sebagaimana guru yang lainnya, ingin mengubah masa depan anak didiknya menjadi lebih baik lagi. Ia berharap pada Indonesia 2045, anak didiknya dapat menjadi manusia yang lebih berakhlak dan beradab. 

Menurutnya, madrasah berbeda dengan sekolah umum. Mata pelajaran agama di madrasah lebih banyak daripada di sekolah umum. Penguatan pada pelajaran agama inilah yang dianggap Rohmah sebagai upaya untuk meningkatkan karakter bisa lebih optimal.

Baca Juga  Irfan Amalee, Kiai Perdamaian Milenial

Pendidikan yang ramah dan menyenangkan juga dianggap sebagai salah satu pembeda di madrasahnya. Pendidikan yang menyenangkan dan membawa keceriaan pada anak adalah modal untuk menanamkan karakter pada mereka. Dengan suasana belajar yang menyenangkan, anak akan lebih mudah menerima dan menyerap pelajaran dari guru. 

Porsi mata pelajaran agama di madrasahnya dengan mata pelajaran umum sekitar 60% mata pelajaran agama, dan 40% pelajaran umum. Porsi yang lebih pada pelajaran agama ini diharapkan dapat menguatkan kompetensi anak dalam bidang agama dan juga mendidik mereka menjadi lebih baik sesuai harapan orangtua.

Menurutnya, orangtua banyak yang memasukkan anaknya ke madrasah dengan harapan bisa mendidik anak mereka menjadi lebih baik dan lebih beradab. Dengan pembiasaan-pembiasaan ibadah dan juga penanaman akhlak di madrasah, anak bisa menjadi lebih baik lagi saat ia kembali ke rumah mereka.

Tiga Pilar Pendidikan

Kepemilikannya sebagai Kepala Sekolah digunakan sebaik mungkin untuk mengembangkan madrasahnya menjadi lebih baik lagi. Salah satu program unggulannya adalah menggiatkan kembali trilogi pendidikan. Ia ingin sekolah bersinergi dengan orangtua dan juga masyarakat untuk menjadi madrasah idaman.

Ia menginisiasi program perkumpulan wali murid. Ia mengaku terkejut, ternyata orangtua memiliki program yang kreatif dan inovatif yang memiliki kontribusi positif bagi pengembangan madrasah. Program itu adalah program memuliakan anak yatim. Pamong (Parent’s Ngemong) untuk membantu anak-anak yang tidak mampu di MIM PK Boyolali. Program yang menginspirasi lainnya adalah bakti sosial dan bank sampah yang dikelola wali murid dan hasilnya digunakan untuk kas perkumpulan wali murid.

Semua program tadi dicanangkan dalam rangka mengembalikan trilogi pendidikan yang tidak melepaskan peran orangtua dan masyarakat. Madrasah bisa lebih berkontribusi dan lebih dekat dengan orangtua murid dan juga masyarakat sekitar dengan program-program tadi.

Baca Juga  Abdul Kadir dan Fachrodin: Kisah Ramuan Obat dari Tembakau

Pencapaian Rohmah di usia yang muda menjadi Kepala Sekolah tidak hanya dari sisi manajemen dan pengelolaannya, Rohmah berhasil membawa peningkatan kuantitas murid dari 10 anak menjadi 267 siswa. Rohmah percaya, madrasah akan semakin dipercaya di masyarakat bila pengelolaannya professional dan mempertahankan identitasnya.

Editor: Yusuf

*) Artikel ini diterbitkan dalam rangka Peringatan Hari Guru tanggal 25 November bertema “Berinovasi Mendidik Generasi” oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Avatar
35 posts

About author
Pegiat Literasi
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *