Inspiring

Al-Kitab Sibawaih: Karya Monumental Sang Ahli Nahwu

3 Mins read

Imam Sibawaih memiliki nama asli Amru bin Utsman bin Qumbur al-Bishri. Sibawaih adalah julukan beliau. Ia merupakan seorang ahli nahwu yang paling terkenal dalam sejarah bahasa Arab.

Sibawaih: Wangi Buah Apel

Sibawaih lahir pada tahun 148 H bertepatan dengan 765 M di Bayda’ sebuah desa di Persia berdekatan dengan Syiraz dan wafat sekitar tahun 180 H bertepatan dengan 796 M. Namun, ia tumbuh dan berkembang di Bashrah. Ia belajar kepada tujuh guru, diantaranya: Al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi (ia merupajakan salah seorang murid dari Abu Amr, seorang ahli qira’at), Yunus bin Habib, Abu Amr bin al-A’la, Isa bin Umar, Abu al-Khatab, Ibnu Abi Ishaq, dan Harun bin Musa.

Namun seorang tokoh bernama Humbert menyangkal atas tujuh guru tersebut. Ia menegaskan bahwa Sibawaih hanya memiliki dua guru saja yaitu: Al-Khalil dan Yunus bin Habib. Pada awalnya, ilmu pengetahuan yang pertama kali ia pelajari ialah ilmu fikih dan hadits.

Nama Sibawaih diambil dari bahasa Persia yang terdiri dari dua pecahan kata. Yaitu “Sib” artinya buah apel dan “Waih” artinya wangi. Jadi, Sibawaih artinya wangi buah apel. Ada yang mengatakan bahwa ia dijuluki imam Sibawaihi karena kedua pipinya bagaikan buah apel.

Sibawaih adalah seorang ahli bahasa klasik yang membicarakan persoalan fonetik dalam bukunya yang berjudul al-Kitab. Kitab tersebut merupakan kitab tata bahasa yang berbahasa Arab dan pertama kali dibukukan. Kitab tersebut mampu mengalahkan kitab-kitab sebelumnya dan memuaskan orang-orang setelahnya.

Motivasi Belajar

Salah satu kejadian yang membuat ia semangat dalam belajar bahasa Arab ialah, berawal dari saat ia menerima dikte-an hadits dari gurunya:

ليس من اصحابى الا من لوشئت لأخذت عليه ليس أنا الدرداء

Baca Juga  Pengaruh Kepercayaan Majusi bagi Bangsa Arab

Sibawaih menduga lafadz Abu Darda adalah ism laisa. Kamudian gurunya menimpali: “Engkau salah wahai Sibawaih. Bukan itu yang kamu maksudkan, tapi lafadz laisa disini ialah ististna.” Lantas, Sibawaih berkata “Tentu aku akan mencari ilmu dimana aku tidak akan salah membacanya”.

Selain itu dikisahkan juga suatu ketika sibawaih bersama jamaahnya sedang menulis hadits Rasulullah. Sementara itu, gurunya mendiktekan hadits mengenai kisah Shafa:

صعد رسول الله الصفا

Sibawaih membaca ‘ash-shafaa menjadi ash-shafaa’a. Kemudian gurunya berkata, “Jangan katakana ash-shafaa’a, wahai anak Persia, karena isim ash-shafa adalah ism maqsur”. Kemudian sibawaih langsung mematahkan penanya sambil berkata, “Aku tidak akan menulis suatu ilmu pengetahuan sampai aku dapat mematangkan dahulu dalam bidang bahasa Arab”.

Al-Kitab: Sebuah Karya Linguistik Monumental

Di dunia akademi Barat al-Kitab sangat terkenal. Bahkan diterjemahkan oleh beberapa tokoh seperti, Derenbourg seorang sejarah berkebangsaan Prancis menjadi dua volume pada tahun 1881-1889 M. Selain itu juga diterjemahkan oleh seseorang berkebangsaa jerman G. Jahn yang ia terjemahkan kedalam bahasa Arab berdasar terjemahan oleh Derenbourg.

Edisi Jerman ini berjudul “Sibawaihy’s buch uber die gramatik”. Selain itu al-Kitab juga diuraikan secara terperinci dalam buku yang berjudul “The Legacy of The Kitab” karya Razim Ba’labakki.

Pengaruh Sibawaih dalam perkembangan ilmu bahasa Arab sangat besar meskipun beliau sendiri merupakan orang Persia yang tidak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa Ibu. Sibawaih telah diakui sebagai pakar bahasa Arab terbesar dan dianggap sebagai salah satu ahli bahasa terbesar sepanjang masa.

Dalam belajar bahasa Arab ia belajar pada masyarakat Badui yang terkenal fasih dalam bahasa Arab. Sibawaih mempunyai beberapa murid yang paling terkenal ialah Abu al-Hasan. Akan tetapi, murid Sibawaih tidak sebanyak tokoh lainnya karena selain cadel dan kurang fasih dalam berbicara usianya juga relatif singkat.

Baca Juga  Abah Rasyid: Pejuang Kemanusiaan dari Maumere

Al-Kitab karya Sibawaih terdiri dari 601 bab, yang sebenarnya adalah semacam catatan kuliahnya bersama gurunya terutama al-Khalil. Ini terlihat dari tidak tersistemnya bab-bab yang ada dalam al-Kitab. Hal itu dikarenakan beliau langsung menulis apa yang didengar dari gurunya.

Selain mengandung teori-teori nahwu, al-Kitab juga mengandung beberapa contoh yang diambil dari Al-Qur’an, hadits, dan syair-syair arab. Masing-masing berjumlah 409 ayat Al-Qur’an, 8 hadits, dan 1050 syair Arab.

Kemurnian pemikiram Sibawaih dalam al-Kitab secara umum dapat dilihat dalam beberapa kecenderungannya. Pertama, berkaitan dengan asal-usul tradisi gramatikal dan linguistik yang bersumber dari tradisi Yunani. Dalam al-Kitab kata dibagi menjadi tiga yaitu, al-ism, al-fi’il, dan al-harf. Kedua, sebagian besar pemikiran sibawaih dipengaruhi oleh para pendahulunya.

Pemikiran Sibawaih Tentang Bahasa Arab

Menurut Talmon, dalam bukunya yg berjudul A Studi in the History of Sentence-Concept and the Sibawaihian Legacy in Arabic Grammar. Ia mengemukakan bahwa dalam salah satu judul bab dalam al-Kitab menggunakan kata kalim dan hal tersebut diikuti oleh al-Anbari dengan ungkapannya “ma al-kalim min al-‘Arabiyyah”.

Berikut beberapa pemikiran Sibawaih dalam bidang bahasa Arab: Aturan-aturan mengenai bilangan. Ia membagi klasifikasi menjadi 17 bentuk. Antara bilangan tiga sampai sepuluh.
Penggabungan bilangan dan kata benda yang tidak pantas. Bentuk urutan angka. Aturan penulisan harakat ‘ain fi’il pada kata عَشْرَةَ yaitu huruf ‘Syin’ disukun.

Aturan penambahan huruf ال setelah bilangan. Cara penulisan angka 11 dan 12. Aturan istilah بضع. Aturan penulisan angka seratus, ratusan dan ribuan. Aturan penggunaan jenis kelamin. Aturan-aturan tersebut berdasarkan pada pengucapan orang-orang Arab. Nisbah, Sibawaih menjelaskan bahwa apabila suatu kata benda (orang) disandarkan kepada nama keluarga atau kelompok dan sejenisnya maka ditambahkan dengan ya’ nisbah. contoh الشفعي yang berarti keluarga atau kelompok madzhab Syafi’i.

Baca Juga  Arab Saudi Menghijau: Apakah Kiamat Makin Dekat?

Mengenai homonim yaitu, dua kata yang memiliki makna sama, Sibawaih tidak membahas akan hal tersebut secara detail. Beliau menjelaskan bahwa dalam Bahasa Arab, satu bentuk kata kerja dapat berubah ke berbagai bentuk lain yaitu, kata benda, kata tempat, kata waktu dan alat.

Dalam pembahasannya mengenai konsepsi waktu dalam kata kerja ia membagi menjadi tiga (maa madhaa, maa lam yaqa’, mukhbiran). Namun dengan bentuk dua kata kerja. Sibawaih menggunakan istilah tsulatsi dan ruba’i dalam perubahan huruf pada kata kerja. Akan tetapi, masih bisa berubah bentuk dengan berasal dari akar kata yang sama, yang mana hal tersebut dikenal dengan istilah tashrif lughawii dan tashrif ishtilahii.

Semangat Sibawaih dalam mempelajari bahasa Arab tersebut patut untuk ditiru bagi semua anak bangsa. Terutama bagi para remaja, karena pada masa inilah otak berkembang secara optimal. Dan harus didukung dengan pemanfaatan yang optimal pula.

Editor: Nirwansyah/Nabhan

Avatar
9 posts

About author
Aida Ayu Lestari, mahasiswa jurusan ilmu al Quran dan tafsir asal Blimbing-Paciran-Lamongan
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *