Inspiring

Sakdiyah Ma’ruf, Perempuan Arab Melawan Konservatisme dengan Komedi

3 Mins read

Sakdiyah Ma’ruf adalah seorang komika atau pelawak tunggal. Ia perempuan, Arab, berhijab, dan, konon, tumbuh di lingkungan yang begitu patriarkis. Lalu, bagaimana mungkin kultur budaya patriarki membolehkan salah seorang perempuannya menjadi komika?

Sakdiyah adalah pengecualian. Ia ibarat menang lotre. Ibunya menjadi salah satu dari sedikit perempuan Arab di zamannya yang bisa kuliah. Bapaknya seorang kapten kapal. Sering pelesir ke luar negeri. Makanya sudah berpikiran maju. Walaupun tetap berada di batasan-batasan patriarki itu tadi.

Maka ia merasa seperti menang lotre. Jika tidak tumbuh di keluarga itu, bisa jadi ia akan nikah muda. Lalu mengikuti apa kemauan suaminya. Seperti teman-teman komunitas Arab yang sering ia ceritakan sendiri.

Sakdiyah beruntung. Ia bisa kuliah hingga S2. Diam-diam menulis naskah-naskah komedi. Hingga diam-diam masuk TV karena audisi SUCI. Benar. Hari pertama masuk TV, tidak ada keluarganya yang tahu. Dan memang tidak perlu tahu. Kalau keluarganya tahu, ia justru akan dilarang tampil.

Namun, namanya juga publik, lama-lama akan ketahuan juga. Untung keluarganya mendukung. Keluarga yang sedikit berbeda itu tadi. Untung sekali.

Biografi Sakdiyah Ma’ruf

Sakdiyah lahir pada 11 Februari 1982 di Pekalongan, Jawa Tengah. Sejak kecil, ia merasakan kultur patriarki dan konservatisme yang sangat kuat. Ia tidak pernah bisa bermain keluar rumah seperti teman-temannya yang lain.

Untuk menjaga garis keturunan Arab, iapun awalnya akan dinikahkan dengan sepupu jauhnya. Hal ini juga terjadi di hampir seluruh saudara-saudaranya.

Kabar baiknya, di rumah, ia bisa mengkonsumsi budaya-budaya luar, termasuk Barat. Seperti musik dan acara TV. Hal itu turut membentuk pola pikirnya yang berani menembus batas-batas patriarki dan konservatisme.

Setelah lulus SMA, ia bertolak ke Jogja. Kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan jurusan Bahasa Inggris. Gelar sarjana ia raih pada tahun 2009. Saat itu, ia telah gandrung dengan dunia stand up comedy. Idolanya adalah komika asal Amerika, Robin Williams. Maka, ia menulis skripsi tentang stand up comedy.

Tak berhenti di situ, ia melanjutkan pendidikan di kampus yang sama. Dengan jurusan American Studies. Lagi-lagi, ia menulis tesis tentang stand up comedy.

Sejak lulus S1, pekerjaan formal Sakdiyah adalah penerjemah. Di sela-sela itu, ia ‘manggung’. Stand up. Pada tahun 2011, ia memutuskan untuk ikut SUCI Kompas TV pertama. Hal itu membuat Sakdiyah menjadi komika perempuan berhijab pertama di Indonesia.

Baca Juga  Sunan Kalijaga: Dakwah Lewat Jalur Seni

Melawan Melalui Komedi

Agar tidak kehilangan pekerjaan, kebanyakan komika menghindari materi-materi sensitif. Terutama agama. Namun tidak dengan Sakdiyah Ma’ruf. Ia justru dengan begitu lugas dan fasih menguliti habis-habisan praktik beragama umat Islam di panggung komedi.

Lawakannya tidak berangkat dari ruang kosong. Materi stand up-nya berasal dari kegelisahan yang sehari-hari ia rasakan. Dari teman-temannya yang dipaksa untuk menikah di usia muda. Dari pergaulan yang tidak ramah terhadap perempuan. Dan lain-lain.

Ia mengangkat komedi dengan suatu misi. Untuk meretas budaya patriarki dan konservatisme yang tumbuh dalam agama. Sehingga, komedinya bukan sekedar komedi. Melainkan komedi dengan nilai.

Penampilannya sebagai seorang perempuan keturunan Arab berhijab di panggung komedi saja sebenarnya sudah cukup revolusioner. Ia membuat banyak orang mengernyitkan dahi. Namun, baginya, komedi bukan tentang ketenaran atau uang. Melainkan tentang edukasi terhadap masayarakat luas melalui panggung-panggung yang selama ini dianggap tidak memiliki nilai edukasi sama sekali.

Ia ingin mengajak orang lain untuk mendobrak batas-batas yang ada. Dengan hal itu, materi stand up-nya lebih dari sekedar olok-olok belaka. Panggung komedi menjadi media untuk merefleksikan masalah-maslaah serius yang terjadi pada skala yang luas.

“Komedi menjadi media yang efektif untuk bertahan dan melawan,” ujarnya.

Penghargaan

Apa yang telah ia lakukan selama ini membuahkan hasil. Sakdiyah diganjar dengan berbagai penghargaan dunia. Pada tahun 2018, namanya masuk ke dalam 100 perempuan paling berpengaruh dan inspiratif dunia versi BBC. Namanya ada di urutan ke-54.

BBC menyebut bahwa Sakdiyah merupakan komedian tunggal muslim pertama yang menggunakan komedi sebagai cara menentang ekstremisme Islam dan kekerasan terhadap perempuan.

Tiga tahun sebelumnya, ia juga diganjar dengan penghargaan Vaclav Havel International Prize for Creative Dissent untuk kategori stand up comedy di Oslo, Norwegia.

Baca Juga  Edward Said: Orientalisme dan Kolonialisme Itu Sama-sama Menindas

Kini, bersama United Nations Population Fund dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Sakdiyah terus mengkampanyekan perencanaan keluarga. Termasuk menentang pernikahan anak dan poligami. Tentu saja melalui stand up comedy.

*Artikel ini diproduksi atas kerjasama antara IBTimes dan INFID dalam program Kampanye Narasi Islam Moderat kepada Generasi Milenial.

Avatar
108 posts

About author
Mahasiswa Dual Degree Universitas Islam Internasional Indonesia - University of Edinburgh
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *