Nafsiyah

Karya Sastra Ulama (3): Dakwah Gus Mus Lewat Sastra

1 Mins read

Gus Mus Menggunakan Sastra Sebagai Media Dakwah

Sastra Gus Mus – KH Mustofa Bisri atau Gus Mus merupakan sedikit dari ulama di Indonesia zaman ini yang berceramah dan bersastra sekaligus.

Ia menjalani kedua profesi tersebut dengan sama baik dan sama besar kontribusinya pada masing-masing bidang. Ia merupakan ulama besar pengasuh pondok pesantren Roudlatuth Tholibin di Rembang sekaligus Rais Syuriah PBNU.

Di bidang agama dan sastra beliau telah menghasilkan banyak karya, di antaranya mulai dari terjemahan Ensiklopedi Ijma (1987) hingga Ohoi; Kumpulan Puisi Balsem (1994), mulai dari terjemahanMahakiai Hasyim Asy’ari (1996) hingga buku cerita pendek Bingkisan Pengantin 2004), mulai dari Rubaiyat Angin dan Rumput (1995) sampai Pesan Islam Sehari-hari (1997), dan seterusnya.

Beberapa penghargaan untuknya adalah Anugrah Sastra Asia (2005) dan Doktor Honoris Causa dari UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta (2009). Sosok langka dan unik Gus Mus di zaman ini mengingatkan kita pada sosok Buya Hamka di abad lalu.

Menggunakan sastra sebagai medium dakwah, Gus Mus tak hanya mengajak umat untuk menyebar kebaikan sebagaimana dalam ajaran Islam, tetapi juga turut mendorong agar manusia terus menjaga kepekaan sosial-politik serta sikap kritis dalam menjalankan agama itu sendiri.

Puisi-puisi protes sosialnya pilin-berpilin menyentuh masalah muslihat manusia sebagai makhluk sosial dan hamba Tuhan. Apa yang disampaikan Gus Mus tersebut betapa pentingnya di zaman ketika nilai-nilai feodal semakin merasuk ke dalam kehidupan beragama kita.

Pesan-pesan kebaikan itu tidak sekadar disampaikan Gus Mus secara tersurat tetapi juga secara tersirat.

Tak jarang, ia memberikan kepada kita perihal makna kebaikan dengan cara menunjukkan jalin-kelindan persoalan-persoalan tak beradab di muka bumi ini, khususnya Indonesia.

Baca Juga  Berbagi untuk Kemanusiaan

Puisi-Puisi Gus Mus

Tapi puisi, sebagaimana karya sastra umumnya, apa yang disebut sebagai pesan moral bukanlah satu-satunya kandungan di dalamnya.

Gus Mus, dengan cara memanfaatkan formula-formula sastra, memberikan kepada pembaca lapisan-lapisan lain yang lebih dari sekadar pesan perihal baik dan buruk.

Ia cukup banyak juga menulis puisi-puisi yang menggunakan langgam doa. Lagi-lagi, karena doa-doa yang ditulis Gus Mus tersebut dituliskan dengan memanfaatkan peranti-peranti sastra, maka kita tak hanya mendapatkan suatu teks tentang permohonan belaka.

Lebih luas dari sebatas ujaran-ujaran berupa permohonan seorang hamba kepada Sang Penciptanya, puisi-doa Gus Mus juga mengandung aspek-aspek yang tak kalah krusial dalam menjadi umat Islam yang berkemajuan.

Seperti misalnya perihal percikan-percikan falsafah-falsafah tentang ketuhanan, keindahan, dan kekuasaan yang berlandaskan ajaran Islam. Dan dengan cara seperti itu, Gus Mus mendorong kita untuk terlibat aktif menggali kandungan-kandungan doa yang kita ucapkan bersama.

Editor: Yahya FR

Avatar
5 posts

About author
Heru Joni Putra lahir 13 Oktober 1990 di Payakumbuh, Sumatra Barat. Lulusan Sastra Inggris FIB Universitas Andalas dan Cultural Studies FIB Universitas Indonesia. Buku pertamanya berjudul Badrul Mustafa Badrul Mustafa Badrul Mustafa (2017) beroleh penghargaan sebagai Buku Sastra Terbaik versi Majalah TEMPO 2018 serta Wisran Hadi Award 2019 dan telah diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh George A Fowler dengan judul Will Badrul Mustafa Never Die: Verse from the Front (2020). Tahun 2019 ia mengikuti Residensi Penulis di Bristol (UK) atas dukungan Komite Buku Nasional. Buku terbarunya berjudul Suara yang Lebih Keras: Catatan dari Makam Tan Malaka (2021). Ia kini tinggal dan bekerja di Jogjakarta serta bisa dihubungi via IG @heru.joniputra |
Articles
Related posts
Nafsiyah

Islam: Melebur dalam Seni dan Budaya Indonesia

4 Mins read
Islam Budaya | Indonesia dengan puluhan ribu pulau dari Sabang sampai Merauke memiliki beragam budaya dan adat istiadat. Keragaman budaya itu menghasilkan…
Nafsiyah

Empat Penyebab Intoleransi kepada Minoritas

3 Mins read
Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia sering kali dilanda oleh berbagai macam fenomena keagamaan, terutama pada umat Muslim. Intoleransi dan diskriminasi golongan tertentu…
Nafsiyah

Potret Pembelajaran Islam di Rusia

1 Mins read
Dilansir dari World Population Review, jumlah pemeluk agama Islam di muka bumi ini pada tahun 2020 yakni sebanyak 1,91 miliar orang. Dengan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds