Perspektif

Sebagai Khalifah Bumi, Jangan Salah Pilih Penguasa

3 Mins read

Kehidupan adalah jalan yang menjadi jembatan untuk setiap makhluk hidup dalam berproses mencari kemuliaan, dengan mempelajari dan menjalankan sebaik mungkin apa yang telah diturunkan Sang Pencipta.

Tidak jarang di antara kita lalai dalam mengerjakan apa yang telah diperintahkan dengan alasan yang tak masuk akal. Begitulah manusia, mempunyai sifat pelupa, sehingga tak jarang banyak amanah atau tugas yang diembankan kepadanya tetapi lupa dikerjakan. Kewajiban beribadah kepada Allah rasanya amatlah sayang jika terlupakan atau disamakan dengan yang lain.

Sudah seharusnya kita mengambil pelajaran dari semua sisi kehidupan yang kita lakukan, agar kita menjadi paham, bahwa dari setiap kejadian akan selalu ada hikmahnya bagi yang bersyukur. Tidak jarang, di dalam kehidupan sehari-hari kita dihadapkan dengan berbagai cobaan dan rintangan, yang mana semua itu membuat kita sering mengeluh. Padahal, tidaklah itu semua Allah berikan kecuali agar kita dapat mengambil pelajaran.

”Sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah [2] : 257).

Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi

Manusia diciptakan sebagai pemimpin (khalifah) di muka bumi. Lantas, dari amanah yang diberikan tersebut, tidaklah pantas jika manusia merusak bumi dengan hanya mementingkan ekonomi atau materialistik serta memanfaatkan jabatan untuk itu semua.

Keterbukaan dan kelapangan dada diperlukan sebagai cara untuk memperkaya pandangan, sehingga dapat melahirkan pikiran dan perspektif luas dalam memandang setiap persoalan. Namun, jika itu tidak dilakukan, jangan salahkan rakyat jika harus turun tangan untuk mengatasi ini dengan cara mereka masing-masing.

Rakyat mulai resah dan tidak nyaman melihat perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Dahulu, asri dan hijau dengan pepohonan. Seiring berjalannya waktu, ia menjadi tanah tandus, bekas pertambangan-pertambangan batu bara, timah, pasir, emas, dan sebagainya.

Baca Juga  Seberapa Bahaya Islam Liberal dan Islam Sekuler?

Tambang ini ada yang legal dan adapula yang ilegal atau tanpa izin penambangan. Seperti pemberitaan di sebuah media, salah satu tambang yang berada di kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, yang sudah meresahkan lingkungan sekitar, juga membuat kegiatan pembelajaran di salah satu SMA sekitar terganggu.

Dampak Tambang yang Beragam

Permasalahan yang terjadi akibat tambang ini sebenarnya sudah banyak terjadi di seluruh Indonesia. Dampak yang ditimbulkan sangat beragam, mulai dari lingkungan tercemar, udara yang tidak sehat, air tercemar, dan tanah tandus.

Selain lingkungan, dampak negatif yang ditimbulkan pun merambah ke kebudayaan dan perekonomian. Banyak masyarakat yang hilang mata pencaharian karena terpaksa menjual tanahnya kepada penambang.

Namun, muncul bantahan, yakni “itu salah masyarakat yang menjual”. Iya, itu salah mereka, tetapi coba Anda bayangkan, jika Anda punya tanah di tengah-tengah tanah milik warga lain yang telah disulap menjadi area pertambangan, Anda tentu akan ikut menjual tanah Anda karena tidak mungkin bekerja sebagai petani dan memanfaatkan tanah itu lagi yang kesuburannya akan menurun, penyerapan airnya rendah, dan tinggal menunggu kehancuran.

Memang sedikit sensitif membicarakan masalah ini, terlebih ada yang mendapat izin dari penguasa dan ada juga yang ilegal. Yang mendapat izin dari penguasa merupakan keputusan sepihak karena tidak pernah meminta izin kepada masyarakat, kecuali setelah penambangan sudah berjalan.

Ataupun ada penambangan ilegal yang mungkin dilakukan masyarakat lokal, sebenarnya apa yang dilakukan masyarakat lokal ini adalah perubahan budaya karena keterpaksaan atau doktrin materialis, dan tentunya kejadian ini membuat para kapitalis tertawa gembira.

Setelah hasil bumi dikeruk dan tinggal menyisakan tanah gersang serta lubang-lubang tambang yang memiliki kedalaman beratus-ratus meter, berbagai dampak timbul, seperti longsor, banjir, dan pemanasan global yang cukup tinggi. Usaha-usaha penanggulangan pun ada yang dilakukan dengan menghijaukan kembali, di mana butuh waktu ratusan tahun atau ada yang hanya ditinggal begitu saja.

Baca Juga  Bagaimana Seharusnya Kita Menyikapi Kisah Israiliyat?

“Telah tampak keruskan didarat dan dilaut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagain dari (akibat) perbuatan mereka, agar kembali (ke jalan yang benar). (Ar-Rum [30] ; 41)”

Pemegang Kekuasaan Tak Boleh Salah Orang

Lihatlah di sekitarmu, berapa banyak yang berubah dari tahun-tahun sebelumnya? Mungkin yang dulu hutan rindang nan sejuk, sekarang menjadi pertambangan, perumahan, atau perkebunan kelapa sawit yang tak mempertimbangkan aspek-aspek lainnya. Harus kita garis bawahi bahwa, apa yang kita lakukan tak selalu baik, atau bisa saja baik menurut kita namun menurut orang buruk, atau bahkan sebaliknya.

Di sini para pemimpin ditantang. Setiap manusia adalah pemimpin terkhusus untuk dirinya sendiri. Para pemimpin publik, pemimpin yang diberikan mandat/kepercayaan, lakukanlah yang terbaik dengan mempertimbangkan publik. Kebijakan tidak boleh diambil sepihak, harus melibatkan publik sebagai orang yang akan menerimanya.

Salah satu penyebab kekeliruan ini adalah kekusaan yang diberikan kepada orang yang salah sehingga jabatan yang diemban bukan digunakan untuk melayani kepentingan masyarakat, namun lebih mementingkan diri sendiri.

Solusinya adalah selain menanggulangi apa yang telah terjadi, kita harus mendidik masyarakat kita agar cerdas berpolitik. Sehingga, kekuasaan dijalankan dengan semestinya dan tanamkan serta tingkatkan nilai-nilai agama, sehingga apa yang tidak diinginkan akan minder sebelum dikerjakan. Wallahu a’lam.

Editor: Lely N

Janika Irawan
4 posts

About author
Mahasiswa S1 Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Mengamati isu terkini, pembelajar sejarah, pegiat literasi.
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *