Falsafah

Sejarah Filsafat Islam di Indonesia (1): Siapa Sosok Dibaliknya?

3 Mins read

Stigma negatif mengenai filsafat masih berkembang di kalangan masyarakat umum. Bahkan di kalangan santri dan pesantren, filsafat masih dianggap sebagai sesuatu yang haram untuk dipelajari. Sebab kitab-kitab yang dipelajari di pesantren lebih banyak kitab fiqh dan tafsir.  

Salah satu penyebabnya, menurut M. Amin Abdullah adalah adanya trauma historis di kalangan Umat Islam yang terjadi di dunia Muslim, yaitu kontroversi pemikiran para filsuf Ibnu Rusyd dan al-Ghazali. Sehingga menyebabkan adanya label pengkafiran yang dilakukan al-Ghazali. Ini yang kemudian penyebab banyak kalangan Muslim tidak mau mempelajari filsafat.

Seiring berjalannya waktu, filsafat mulai diperkenalkan, tetapi bagaimana filsafat masuk dan dipelajari di lembaga pendidikan Islam Indonesia? semua itu berkat peran penting Harun Nasution dan Menteri Agama pada saat itu, yaitu Mukti Ali. Harun Nasution memiliki peran yang sangat penting dalam memasukan tradisi filsafat di kalangan pendidikan tinggi Islam di Indonesia.

Karena kurikulum filsafat tidak diajarkan dalam lembaga pendidikan tinggi ataupun pesantren, jika dibandingkan dengan disiplin ilmu lainnya, seperti fiqh, tafsir, ilmu hadis disiplin ilmu filsafat paling menempati posisi paling belakang dalam perkembangannya.

Perkembangan Filsafat Islam di Indonesia

Harun Nasution memulai pembaharuannya pada saat ia menjabat menjadi Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1973-1984 dan dilanjutkan menjabat sebagai Direktur pasca sarjana IAIN Jakarta. Pada masa tersebut, ia memulai melakukan pembaharuan dalam kurikulum pendidikan Islam.

Peran penting Harun Nasution dalam memperkenalkan filsafat Islam dalam tradisi intelektual adalah memperkenalkan rasionalisme Mu’tazilah. Dari rasionalisme ini, ia mengembangkan pendidikan yang modern. Harun Nasution memasukkan ilmu pengetahuan dan teknologi selain ilmu agama, sehingga harapannya tercipta masyarakat yang maju sesuai dengan zamannya.  

Baca Juga  Islam itu Rasional (4): Akal Jangan Dicaci, Filsafat Jangan Dibenci!

Harun melihat agama Islam adalah agama yang rasional, sehingga akal memiliki peran di samping wahyu sebagai alat memperoleh pengetahuan. Kemunduran dan penghambat peradaban yang terjadi dalam dunia Islam diakibatkan karena faham jumud dan paham teologi yang bersifat tradisional. Dengan teologi rasional, Islam akan menemukan identitasnya sesuai dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan.

Buku referensi yang paling penting dalam mempelajari filsafat pada masa awal adalah buku karya Harun Nasution yang berjudul Falsafat dan Mistisme dalam Islam. buku ini tidak hanya membahas mengenai Islam, tetapi filsafat Islam yang disandingkan dengan tasawuf. Pembahasan filsafat dalam buku ini dimulai dengan pembahasan sejarah filsafat klasik yang dimulai oleh bangsa Yunani.

Buku lain yang menjadi rujukan adalah Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek 2. Buku-buku ini menjadi buku yang sangat penting di IAIN dalam mempelajari filsafat sebelum adanya buku terjemahan filsafat atau buku filsafat lainnya.

***

Perkembangan filsafat Islam di Indonesia pada masa awal, membuka jalan bagi gerakan pembaharuan pemikiran Islam. Gerakan ini memberikan ruang atas perkembangan kajian filsafat Islam di Indonesia.

Menurut Syafii Maarif, pembaharuan pemikiran Islam yang terjadi tahun 1970-80an memberikan gebrakan yang baru dalam pemikiran Islam. Walaupun belum secara utuh merumuskan dan menjawab tuntutan zaman dalam dunia Islam di Indonesia, tetapi atas upaya yang dilakukan para pemikir setidaknya sudah menyusun strategi kehidupan budaya bangsa.

Tahun 70-80an merupakan masa kelahiran pemikiran pembaharuan Islam, banyak tokoh yang turut mengembangkan dinamika pemikiran Islam. Seperti Amien Rais, Jalaluddin Rakhmat, Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, M. Rasidji, Nurcholish Madjid dan tokoh lainnya.

Tidak semua pemikiran yang dihasilkan oleh para pembaharu diterima di kalangan masyarakat. Tentu terdapat hambatan dan penolakan terhadap pemikiran yang menurut masyarakat merupakan pemikiran baru dan bersifat tabu, seperti filsafat.

Baca Juga  Posisi Akal dan Wahyu: antara Imam Al-Ghazali & Harun Nasution

Para pembaharu pemikiran Islam di Indonesia memiliki peran yang cukup penting dalam perkembangan filsafat Islam, yaitu memperkenal kontradiksi khazanah pemikiran Islam klasik sehingga dapat merangsang orang lain untuk mempelajari dan mengembangkannya.

Hambatan Perkembangan Filsafat Islam di Indonesia

Perkembangan filsafat Islam di Indonesia tidak selalu mudah. Selain dihadapkan dengan trauma historis umat Muslim dan label takfiri, problematika lainnya terjadi dalam perkembangan filsafat Islam di Indonesia.

Hambatan yang umum yang beredar di masyarakat dalam anggapan tabu dalam mempelajari filsafat. Walaupun pada tahun 70-80an  buku-buku filsafat sudah mulai ditulis dan dicetak di Indonesia, seperti buku karya Zainal Abidi Ahmad dan Oemar Amir Hoesin, pembahasan filsafat masih tetap dianggap tabu oleh banyak orang.

Hambatan lainnya, masih terbatasnya buku dari luar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Baru pada tahun 70-80an mulai ada buku filsafat yang diterjemahkan, seperti buku A History of Islamic Philosophy karya Majid Fakhry yang diterjemahkan oleh Mulyadhi Kartanegara tahun 1986. Kemudian buku karya M.M Syarif yang berjudul A History of Muslim Philosophy tahun 1990 dan buku yang lainnya yang bertujuan memperkenalkan filsuf Muslim.

Problematika lainnya, dosen pengampu dan mengajarkan Filsafat di jurusan Filsafat IAIN bukan dari jurusan filsafat, karena pada tahun 80an belum ada alumni yang dari jurusan Filsafat sendiri. Di antara dosen yang mengajarkan filsafat adalah Prof. Abdul Aziz Dahlan (mantan rektor IAIN Padang), Prof. Komaruddin Hidayat (sekarang rektor UIII) dan Prof. Mulyadhi Kartanegara. Rata-rata dosen yang mengajar filsafat ini lulusan Jurusan Perbandingan Agama.

Filsafat terus berkembang hingga saat ini, bahkan banyak sekolah tinggi filsafat Islam yang baru. Perkembangan filsafat bukan hanya di kalangan akademisi tetapi, di kalangan masyarakat umum.

Baca Juga  Yang Mempengaruhi Marx (2): Feuerbach dan Alienasi Agama

Bahkan, banyak buku filsafat saat ini dikemas dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Selain itu, banyak kajian filsafat mulai tumbuh diberbagai tempat sehingga banyak anak muda mulai tertarik dengan dunia filsafat. Filsafat memiliki peran penting dalam peradaban dan kemajuan dunia Islam. Filsafat diperlukan untuk mengasah daya pikir dan berpikir kritis untuk kemajuan bangsa.

Editor: Soleh

Avatar
5 posts

About author
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Articles
Related posts
Falsafah

Jacques Lacan: Identitas, Bahasa, dan Hasrat dalam Cinta

3 Mins read
Psikoanalisis merupakan suatu teori psikologi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud pada abad ke-20. Teori ini berfokus untuk memahami dan menganalisis struktur psikis…
Falsafah

Melampaui Batas-batas Konvensional: Kisah Cinta Sartre dan Beauvoir

3 Mins read
Kisah cinta yang tak terlupakan seringkali terjalin di antara tokoh-tokoh yang menginspirasi. Begitu pula dengan kisah cinta yang menggugah antara dua titan…
Falsafah

Ashabiyah: Sistem Etika Politik ala Ibnu Khaldun

3 Mins read
Tema etika adalah salah satu topik filsafat Islam yang belum cukup dipelajari. Kajian etika saat ini hanya berfokus pada etika individu dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *