Inspiring

Menjadi Muslim Paripurna ala Muhammad Abduh

4 Mins read

Muhammad Abduh atau Abduh adalah seorang teolog Muslim, Mufti Mesir, pembaharu Islam progresif, serta pendiri Modernisme Islam. Ia juga merupakan salah satu  tokoh penting dalam teologi dan filsafat yang pada akhirnya menghasilkan Islamisme modern.

Biografi Singkat

Nama lengkapnya adalah Muhammad Abduh Ibn Hasan Khair Allah. Abduh dilahirkan pada tahun 1849 M di Mahallat al-Nasr daerah kawasan Sibrakhait Provinsi al-Bukhairoh, Mesir. Ayahnya Hasan Khairullah berasal dari Turki, sementara ibunya bernama Junainah berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya sampai ke suku bangsa yang sama dengan Umar bin Khattab.

Muhammad Abduh dibesarkan dalam asuhan keluarga yang tidak ada hubungannya dengan dunia pendidikan sekolah, tetapi mempunyai jiwa keagamaan yang teguh. Proses pendidikannya dimulai dengan belajar al-Qur’an kepada seorang guru agama di Masjid Thantha untuk belajar bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama dari Syekh Ahmad tahun 1862.

Dalam pendidikannya ia mampu mengenal dan menguasai ilmu yang diajarkan tentang al-Qur’an sampai pasih. Semua segi ilmu al-Qur’an ia lahap, sehingga sewaktu melanjutkan pendidikannya ia mengkritik cara pengajaraan. Disaat belajar ia merasa bahwa metode yang dipakai kurang menarik dan ia berguru kepada guru yang lainnya.

Setelah dewasa ia Belajar di al-Azhar, hal itu merupakan suatu pengalaman yang berharga bagi Abduh, sebab tahun 1872 ia berkenalan dengan Jamaluddin al-Afghani (1839- 1897 M), untuk menjadi muridnya yang sangat setia. Abduh sangat tertarik dengan gurunya karena ilmunya yang dalam dan pola pikirnya yang maju.

Oleh karena itu, di samping belajar di al-Azhar ia tetap bersama Jamaluddin al-Afghani saling berdiskusi tentang berbagai masalah. Setiap kali al-Afghani berdiskusi dengan Abduh dan teman-temannya selalu meniupkan pembaharuan dan semangat berbakti kepada masyarakat dan berjihad memutuskan rantai kekolotan dan cara berfikir yang fanatik dan merubahnya dengan pola pikir yang lebih maju.

Baca Juga  Senyum Mujahid dari Buya Syafii Maarif

Ide-ide dan pemikiran Muhammad Abduh sungguh sangat berpengaruh dalam dunia Islam. Tidak heran jika dia sangat dikenal di dunia pengetahuan Islam. Sejarah mencatat bahwa pengaruh Abduh hampir menyebar ke seluruh penjuru dunia, baik di dunia timur maupun dunia barat.

Muhammad Abduh, Sosok Pembaharu Islam

Muhammad Abduh selain teolog juga seorang pembaharu Islam. Ia menuangkan gagasan dan pemikirannya untuk membangun dunia Islam dengan tujuan agar berkembang dan keluar dari sikap Jumud  yang cenderung statis dan tanpa perubahan. Situasi inilah yang membuat umat Islam masa itu mengalami keterpurukan akan ilmu pengetahuan.

Abduh menjadi salah satu pelopor perubahan yang menjadi penggerak umat menuju kehidupan yang lebih baik. Sebagaimana yang diterangkan Muhammad Abduh dalam Al-Islam Din al-Ilm wa al-Madaniah, yang mana umat Islam dipengaruhi oleh paham dinamisme dan adat-istiadat dari bangsa yang jahil dan tidak kenal pada ilmu pengetahuan.

Inilah alasannya mengapa ia mengadakan pengkajian ulang akan ilmu baru yang berujung pada landasan al-Qur’an dan sunnah. Demi untuk menolong umat Islam pada masa itu, perlu kiranya dikembalikan kepada ajaran aslinya. Abduh ingin agar setiap orang mampu melepaskan diri dari paham kejumudan yang selama ini mempengaruhi dan menyesatkan umat Islam.

Perlu ditegaskan bahwa menurut Muhammad Abduh tidak cukup hanya dengan mengembalikannya kepada ajaran aslinya, tetapi perlu disesuaikan dengan keadaan dan situasi hari ini. Penyesuaian itu menurut Muhammad Abduh bahwa ajaran Islam dapat dibagi kepada dua kategori, ibadat dan muamalat.

Abduh melihat bahwa ajaran yang terdapat didalam al-Qur’an dan hadits bersifat tegas, jelas dan terperinci. Menurut Abduh, manusia hidup harus sesuai dengan akidahnya. Bila akidahnya benar, maka akan benar pulalah perjalanan hidupnya. Akidah itu akan betul apabila orang mempelajarinya dengan cara yang betul pula. Pendirian ini pulalah yang meneguhkan Abduh untuk menegakkan “tauhid” dan berjuang untuk itu dalam hidupnya.

Baca Juga  Abdul Kalam, Presiden Intelektual dari India

Menjadi Muslim yang Paripurna

Ajaran Islam yang sangat sempurna tersebut tentunya harus terwujud dalam sikap dan perilaku sebagai seorang muslim. Islam tidak hanya sebatas tataran konsep yang hanya dibaca tanpa diaplikasikan dalam laku hidup sehari-hari. Oleh karena itu, menurut Muhammad Abduh ada sembilan hal yang harus dilakukan oleh seorang muslim agar menjadi muslim yang paripurna.

Pertama, sebagai seorang muslim harus menjadikan Islam sebagai petunjuk dari yang sesat. Petunjuk tersebut dapat kita dapatkan di dalam al-Qur’an dan hadits Nabi sebagai kitab suci dan sunnah seorang muslim. Bila umat Islam mampu memegang teguh al-Qur’an dan hadits maka akan jauh dari kesesatan hidup.

Kedua, penyembuh bagi yang menderita. Islam menjadi oase yang dapat menyembuhkan bagi siapapun yang berada dalam kondisi penderitaan. Islam mengajarkan untuk tidak berputus asa, Islam mengajarkan kesungguhan hidup untuk keluar dari segala bentuk penderitaan.

Ketiga, sebagai pelembut bagi yang kasar. Islam adalah agama yang penuh dengan kelembutan, ajaran Islam didakwahkan melalui sikap-sikap yang lembut dan penuh kasih sayang. Ini mengapa kemudian bila kita lihat bagaimana dakwah nabi mampu diterima oleh masyarakat jahiliyah masa itu. Sebab nabi menyampaikan ajaran Islam secara lemah lembut.

Keempat, sebagai pencerah bagi yang bodoh. Salah satu tujuan Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah untuk memberantas kebodohan. Kebodohan bukan hanya saja pada tataran pendidikan dan pemikiran, tapi juga pada sikap dan perilaku manusia, artinya dengan kata lain Islam lahir untuk membebaskan kebodohan.

Kelima, sebagai motivator bagi yang malas. Islam mengajarkan etos kerja kepada umatnya. Dimana etos kerja sebagai instrumen untuk menunjukan bagaimana Islam dapat bersaing dengan yang lain. Bersaing dalam melakukan hal-hal yang baik dan positif.

Baca Juga  Sutarni Hadji Ali: Pendidikan Humanis dan Ekonomi Perempuan

Keenam, sebagai pendorong kemajuan bagi yang terbelakang. Islam mengajarkan bagi umatnya untuk maju dalam segala hal yang baik dan positif. Artinya Islam memberikan jalan kepada umatnya untuk menjadi pribadi-pribadi yang maju, baik itu dalam bentuk ibadah, kehidupan beragama dan juga dalam kehidupan sosial sehari-hari.

Ketujuh, sebagai penyatu bagi yang terpecah. Islam mengajarkan untuk hidup rukun, damai dan toleransi. Hal tersebut bisa tercapai apabila kita mampu menerima segala bentuk perbedaan yang ada dalam kehidupan. Bila hal tersebut dilakukan oleh umat Islam maka potensi untuk terpecah belah bisa diminimalisir sekecil mungkin.

Kedelapan, sebagai pelindung bagi yang teraniaya. Islam mengajarkan tentang keadilan, keadilan kepada siapapun, sehingga ada tidak pihak-pihak manapun yang merasa dirugikan dan teraniaya. Islam melindungi setiap kebebasan baik hak dan kewajiban bagi umatnya.

Kesembilan, sebagai pembebas dari kejumudan pemikiran. Tentu hal ini yang menjadi spirit awal dari gagasan-gagasan dan pemikiran Abduh, agar umat Islam dapat maju secara pemikiran.

Tentu saja kesembilan gagasan ideal yang disampaikan Abduh adalah bentuk komitmen dari Abduh agar umat Islam menjadi masyarakat Islam yang ideal dan mampu menjawab tantangan zaman ke depan.

Editor: Soleh

Ahmad Muhajir
6 posts

About author
Dosen Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas.
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *