Tarikh

Sekte Essenes dan Keganjilan Injil Thomas

4 Mins read

Sekte Essenes dan Keganjilan Injil Thomas

Penemuan manuskrip kuno di Nag Hamadi (Mesir), pada Desember 1945, sedikit banyak telah mengubah arah sejarah umat Nasrani. Manuskrip kuno yang tersimpan secara baik di sebuah gentong ini berisi 13 lembar kulit terdiri atas 50 risalah. Di dalam gulungan manuskrip kuno ini terdapat sebuah kitab yang konon telah hilang selama ribuan tahun. Kitab tersebut adalah Injil Thomas. Selanjutnya dapat ditelusuri hubungan sekte Essenes dan keganjilan Injil Thomas

Berita yang cukup menggemparkan kaum Nasrani sedunia adalah bahwa di dalam Injil Thomas tidak disebutkan peristiwa penyaliban terhadap Yesus Kristus. Berbeda dengan yang termaktub dalam Injil-injil sinoptik: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Melengkapi penemuan manuskrip kuno di Nag Hamadi, pada tahun 1947 ditemukan gulungan manuskrip kuno di Qumran, sebuah kawasan dekat Laut Mati.

Oleh karena itu, penemuan ini dikenal sebagai Gulungan Laut Mati (the dead sea scrolls. Arab: al-makhthuthat fi bahr al-mayyit). Dalam manuskrip kuno ini berhasil diungkap sebuah komunitas yang mendiami wilayah Qumran pada abad 2-1 Sebelum Masehi. Mereka adalah sebuah sekte peralihan dari Yahudi menuju Nasrani yang dikenal dengan sekte Essenes (Al-‘Isawiyyun).

Nabi Yahya dan Sekte Essenes

Para teolog Nasrani jelas tidak bisa menutup mata terhadap penemuan penting ini. Setelah mempelajari karakteristik dan beberapa doktrin keyakinan sekte Essenes, mereka meyakini bahwa komunitas ini diidentifikasikan sebagai pengikut Yohanes Sang Pembaptis. Apabila merujuk pada literatur Islam, sosok Yohanes Sang Pembaptis inilah yang kemudian dikenal sebagai Nabi Yahya, putra Nabi Zakariya.

Yohanes Sang Pembaptis atau Nabi Yahya hidup sezaman dengan Nabi Isa Al-Masih putra Maryam (Yesus Kristus). Menurut Ahmad Osman (2004), penelitian terhadap manuskrip Laut Mati berhasil mengungkap bahwa Nabi Isa Al-Masih diperkirakan lahir pada tahun 4 Sebelum Masehi (SM).

Baca Juga  Dari Jalur Struktural hingga Kultural: Upaya Eks-Tapol 65 Menuntut Keadilan

Perkiraan tahun ini jauh lebih akurat ketimbang dugaan Kaum Nasrani yang meyakini bahwa kelahiran Nabi Isa Al-Masih bertepatan dengan tanggal 25 Desember tahun pertama Masehi. Waktu kelahirannya telah dijadikan sebagai patokan dalam pembuatan Kalender Masehi.

Namun, lewat penelitian sejarah dengan bukti-bukti arkeologis yang cukup mendukung, ternyata kelahiran Nabi Isa Al-Masih diperkirakan pada tahun 4 Sebelum Masehi. Dia sezaman dengan Nabi Yahya, pemimpin sekte Essenes.

Ritual-ritual Sekte Essenes

Setelah melewati pengkajian yang cukup penting ini, sekte Essenes diketahui memiliki tradisi yang unik. Misalnya, dalam hal pengelolaan harta benda, ritual peribadatan, etos kerja, dan etika bermusyawarah. Dalam “Kitab Para Murid” dijelaskan bahwa seorang anggota sekte wajib menyerahkan semua harta pribadinya sehingga menjadi milik bersama.

Ritual peribadatan dilakukan secara berjamaah. Sikap disiplin dan hidup keras menjadi ciri khas sekte ini. Seseorang tidak boleh seenaknya angkat bicara memotong pembicaraan orang lain sewaktu bermusyawarah.

Informasi yang cukup menarik berdasarkan naskah Laut Mati adalah bahwa sekte Essenes mengenal penyembahan terhadap Tuhan Yang Tunggal. Juga memiliki tradisi bersuci terlebih dahulu sebelum melakukan ritual sembahyang dan melakukan penyembelihan hewan kurban.

Menurut sejarawan Abbas Mahmud Al-Aqqad, para pengikut Nabi Yahya merupakan komunitas Yahudi konservatif yang berjuang mempertahankan hukum para nabi. Ketika para rahib Yahudi di Jerusalem banyak melakukan penyelewengan terhadap ajaran Taurat dan mereka memanfaatkan status kerahiban demi memupuk kekayaan pribadi, sekte Essenes melakukan pembelotan dengan melakukan aksi mengisolasi diri.

Oleh institusi kerahiban di Jerusalem, komunitas ini dianggap sebagai separatis dan pembangkang. Menurut Abbas Mahmud Al-Aqqad, komunitas ini kemudian dianggap sebagai kelompok Bani Israel yang paling bersih dari perbuatan dosa dan hawa nafsu. Mereka menyatakan beriman pada hari kiamat, kebangkitan dan kerasulan Al-Masih sang Juru Selamat.

Baca Juga  Turats, Warisan Islam yang Tiada Tanding

Dengan memahami karakteristik dan tradisi sekte Essenes berdasarkan informasi dari naskah-naskah Laut Mati, sesungguhnya mereka merupakan komunitas Yahudi yang masih berpegang teguh kepada ajaran-ajaran Nabi Musa. Hal ini semakin mendekatkan pada karakteristik kenabian Isa Al-Masih.

Tidak lain bertujuan untuk mengembalikan hukum-hukum para nabi yang sudah terkontaminasi oleh motif-motif dan tradisi-tradisi pagan (Persia dan Romawi). Komunitas ini juga yang pertama kali membenarkan kenabian Isa Al-Masih. Dengan demikian, sekte Essenes merupakan cikal-bakal kaum Nasrani pada periode awal. Para teolog Nasrani menyebut sekte Eessenes sebagai kaum Judeo-Kristen.

Perdebatan Dua Aliran Teologis Agama Nasrani

Pada masa kekuasaan Kaisar Constantine I, perdebatan panjang masalah keimanan Nasrani sudah dimulai. Constantine I mendapati dua aliran teologis di dalam tubuh agama ini yang sulit untuk dipertemukan. Dua tokoh yang menjadi pemimpin aliran tersebut, yaitu Patriarch Arius (wafat 335 M) dan Bishop Anastasius (wafat 373 M).

Patriarch Arius adalah murid Paul Samosta dari Antiokia. Dia seorang Uskup Agung di Konstantinopel. Konon, dia tetap kokoh kepada keimanan awal Nasrani, sebagaimana ajaran Nabi Isa Al-Masih. Prinsip-prinsip keimanan pokok yang diyakininya meliputi: peran dan posisi Isa Al-Masih sebagai nabi Tuhan dan Maryam sebagai manusia (ibunda Isa Al-Masih).

Sekalipun Patriarch Arius yakin bahwa Nabi Isa Al-Masih adalah “Juru Selamat” dan “Guru Bijak” bagi kaum Yahudi, tetapi dia tetap menolak konsep ketuhanan yang melekat pada diri nabi yang menjadi korban konspirasi para rahib jahat ini.

Keyakinan Patriarch Arius berseberangan dengan Bishop Anastasius. Dia adalah seorang Uskup Agung di Iskandariyah (Alexandria). Bishop Anastasius adalah murid dan pengikut setia Saulus yang belakangan dikenal sebagai Paulus (wafat 34 M).

Anastasius berpendapat bahwa sosok Yesus Kristus adalah “Anak Tuhan” (Ibn Allah) yang mengorbankan dirinya di “Tiang Salib”. Sebagai penebusan atas “dosa warisan” (original sin) yang diwarisi oleh Nabi Adam dan Hawa. Setelah kematiannya, Yesus Kristus bangkit kembali sesudah tiga hari dan kemudian naik ke langit bersemayam di samping kanan “Tuhan Bapa.”

Baca Juga  Membangun Kembali Peradaban Islam

Nasib Arianisme

Pasca kekalahan dalam Konsili Gereja I di Nicae pada tahun 325 M, kelompok Arianisme tersingkir. Pada akhirnya, ajaran Patriarch Arius dinyatakan sebagai “bid’ah” (heretic). Arianisme dinyatakan sebagai aliran sesat dalam agama Nasrani.

Para pengikut setia ajaran Arianisme ditangkap dan disiksa. Mereka dipaksa untuk mengingkari ajaran-ajaran Patriarch Arius. Bahkan, termasuk Patriarch Arius sendiri harus dihukum karena dia lebih memilih mempertahankan keyakinannya.

Keyakinan yang dianut Patriach Arius mirip dengan doktrin keyakinan umat Islam pada umumnya. Yaitu menganggap sosok Nabi Isa Al-Masih sebagai “Nabi” atau “Utusan Allah” (Rasulullah) yang mendapat amanat menyampaikan ajaran-ajaran dari langit sebagaimana yang telah disampaikan oleh para nabi terdahulu.

Konsep ketuhanan yang diyakin oleh kelompok Patriarch Arius juga sepadan dengan konsep teologi Islam pada umumnya. Yaitu meyakini “ketuhanan yang satu” dan tidak menyerupakan-Nya dengan sifat-sifat antropomorphis dan paganis (politeisme).

Memasuki abad ke-4 M, imperium Romawi Timur (Byzantium) memiliki hubungan diplomatik yang amat baik dengan Dinasti Himyar II di Yaman. Pada tahun 356 M, Kaisar Constantine II mengirim duta besar Romawi di Yaman. Namanya Theophilus Indus, seorang Nasrani yang bermazhab Arianisme.

Lewat jalur inilah sebenarnya bangsa Arab mengenal agama Nasrani. Penduduk kawasan Najran (Yaman) mayoritas telah memeluk agama Nasrani. Menurut sejarawan Joesoef Sou’yb (1979), penduduk di kawasan ini mengenal ajaran Nasrani lewat salah seorang pengikut murid Nabi Isa Al-Masih bernama Faimiyyun (wafat 521 M).

Siapakah Faimiyyun?

(Bersambung)

Avatar
157 posts

About author
Pengkaji sejarah Muhammadiyah-Aisyiyah, Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah.
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *