Perspektif

Sepuluh Pilar Keluarga Muda Tangguh Tanwir Nasyiah

3 Mins read
Oleh: Mona Atalina*

Pada awal November 2017, Nasyiatul Aisyiyah sebagai gerakan perempuan muda berkemajuan di Muhammadiyah telah mencetuskan konsep keluarga muda tangguh. Nasyiatul Aisyiyah menilai keluarga sebagai salah satu pilar kesejahteraan bangsa dan mayoritas anggota Nasyiah berada pada tahapan keluarga muda. Ketangguhan keluarga sekaligus menjadi pondasi dalam menerapkan kehidupan yang harmonis, religius, damai, aman dan sejatera atau dengan kata lain sakinah, mawaddah, warahmah.

Nasyiatul Aisyiyah melakukan upaya pendekatan dengan mengembangkan konsep keluarga ideal yang disebut dengan Keluarga Muda Tangguh. Menurut Nasyiatul Aisyiyah, Keluarga Muda Tangguh yang merujuk pada tahapan yang disusun oleh Friedman (1998), adalah Keluarga muda yang memiliki relasi harmonis antara anggota keluarga, dan menjalankan fungsi dan perannya masing-masing dalam aspek agama, sosial, pendidikan, kesehatan, lingkungan dan ekonomi, berlandaskan pada nilai-nilai Islam untuk mencapai keluarga ideal sebagai pilar bagi bangsa yang berkemajuan.

Keluarga Muda Tangguh Nasyiatul Aisyiyah yang telah di-launching pada saat Tanwir 1 Nasyiatul Aisyiyah di Banjarmasin tahun 2017 memiliki 10 pilar. Kesepuluh pilar tersbut, yaitu 1) kokoh akidah dan akhlakul karimah; 2) sehat jasmani dan rohani; 3) kemandirian; 4) keadilan dengan semangat Al-Maun; 5) misi perdamaian; 6) demokrasi; 7) anti kekerasan; 8) kesetaraan akses; 9) ramah lingkungan; serta 10) tanggap bencana.

Keluarga Muda Tangguh untuk Kesejahteraan Bangsa

Kesejahteraan bangsa merupakan salah satu cita-cita Indonesia yang selalu muncul di capaian setiap rezim pemerintahan, termasuk rezim sekarang. Ini bermakna kesejahteraan bangsa hal yang vital dan perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak, baik pemerintah maupun elemen masyarakat.

Berbagai elemen masyarakat, termasuk organisasi Nasyiatul Aisyiyah yang bergerak di bidang keagamaan, sosial kemasyarakatan, dan pendidikan telah berupaya melakukan aksi dakwahnya. Hal ini tergambarkan dalam melalui program-program advokasi sosial dan pemberdayaan, baik secara preventif, kuratif, dan advokatif untuk mewujudkan tercapainya kesejahteraan bangsa. Bagi Nasyiatul Aisyiyah, upaya gerakan dakwah sosial untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa terus dilakukan dan menjadi salah satu capaian organisasi sebagai organisasi perempuan yang ramah perempuan dan anak.

Baca Juga  Ma’mur Al-Fadil: Respon Terhadap Kebijakan Pemerintah Membingungakan

Indonesia merupakan negara berkembang yang belum dapat melepaskan diri dari kemiskinan. Hasil survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2018 menyatakan bahwa penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan di Indonesia mencapai 25,67 juta orang atau sekitar 9,66% dari jumlah total penduduk. Ini merupakan angka yang masih cukup besar dan perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat.

Kemiskinan bermakna banyak, namun esensi dari definisi kemiskinan adalah tidak adanya akses pada hal-hal vital dalam hidup. Orang kurang atau tidak punya akses pada sumberdaya dasar yang menopang kehidupan, seperti air bersih, rumah layak huni, alat kerja, makanan bergizi, pendidikan, fasilitas dan layanan kesehatan, lingkungan sehat dan lapangan kerja.

Indikator kemajuan suatu bangsa adalah bangsa yang memiliki pendapatan perkapita yang layak, angka harapan hidup penduduknya tinggi, rata-rata penduduknya mencapai umur 60 tahun ke atas, memiliki kesempatan bekerja yang lebih terbuka dan beragam, adanya tingkat pemerataan perekonomian sehingga perbedaan antara si kaya dan si miskin tidak timpang dan memiliki tingkat pendidikan penduduk yang tinggi dengan sumberdaya yang berkualitas.

Kesejahteraan masyarakat sangat ditentukan juga dari kualitas sumberdaya manusia, prestasi akademik, dan daya saing bangsa. Sementara menurunnya kualitas sumberdaya dan daya saing bangsa dapat menghambat laju pembangunan bangsa dan negara. Sumberdaya yang berkualitas tentu tidak lepas dari pengaruh dan peran keluarga. Keluarga ikut andil dalam mendukung sumberdaya atau individu berkualitas sehingga keluarga menjadi pilar penting dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa.

Tanwir Nasyiatul Aisyiyah 2019

Saat ini, Nasyiatul Aisyiyah menggelar Tanwir ke-2 dalam periode kepemimpinan 2016-2020, dengan mengangkat tema “Gerakan Keluarga Muda Tangguh untuk Kesejahteraan Bangsa”. Tanwir ke-2 Nasyiatul Aisyiyah ini akan dilaksanakan selama 4 hari.

Baca Juga  Benarkah Imam Syafi'i Mengharamkan Ilmu Kalam?

Mulai dari Pra-Tanwir (agenda pendahulu sebelum Tanwir) pada tanggal 7 November dengan 4 (empat) kegiatan pelatihan/workshop tentang keprotokolan, workshop kemitraan dan pengembangan organisasi, workshop literasi, dan workshop administrasi dan kesekretariatan yang berlokasi di Universitas Muhammadiyah Palembang dan Ma’had Sa’ad bin Abdul Waqash. Lalu dilanjutkan agenda utama Tanwir -2 Nasyiatul Aisyiyah pada tanggal 8-10 November 2019 di Hotel Swarna Dwipa, Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Sedangkan untuk agenda tanwir 2 itu sendiri, akan membahas tentang isu-isu perempuan dan kebangsaan. Merumuskan strategi dan menyusun rekomendasi untuk penguatan peran Nasyiatul Aisyiyah untuk perempuan dan kelompok rentan dalam keumatan dan  pembangunan. Isu yang diangkat secara luas dalam berbagai sektor mulai dari isu ketangguhan keluarga, pengembangan ekonomi kreatif perempuan, hingga kerjasama lintas sektor.

Tanwir-2 Nasyiatul Aisyiyah ini akan dihadiri oleh berbagai tokoh nasional antara lain Dr. Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah) Noordjannah Djohantini (Kerua Umum PP Aisyiyah),  Prof. Muhadjir Effendy ( Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI), Drs. Teten Masduki ( Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah), Prof. Din Syamsudin (Ketua Dewan Pertimbangan MUI), Zulkifli Hasan (Ketua MPR RI periode 2014-2019), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (Ketua BKKBN) Sandiaga S. Uno, dan tentu saja Nahkoda Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah 2016-2020 Diyah Puspitarini. Tanwir ini terselenggara atas kolaborasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan, Angkatan Muda Muhammadiyah Sumsel, UMP, dan pihak lainnya.

Selamat bermusyawarah Nasyiah tercinta. Semoga hasil Tanwir nantinya akan menjadi rekomendasi tak hanya bagi pengembangan Gerakan Nasyaitul Aisyiyah, namun juga rekomendasi dalam rangka merespon perkembangan sosial-politik Indonesia saat ini.

*) Departemen Kominmas PP Nasyiatul Aisyiyah

Fauziah Mona Atalina
7 posts

About author
Pemimpin Redaksi Rahma.ID, Anggota Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Departemen KOMINMAS (2016-sekarang)
Articles
Related posts
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…
Perspektif

Cara Menahan Marah dalam Islam

8 Mins read
Marah dalam Al-Qur’an Marah dalam Al-Qur’an disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya adalah QS. Al-Imran ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ…
Perspektif

Mengapa Narasi Anti Syiah Masih Ada di Indonesia?

5 Mins read
Akhir-akhir ini kata Syiah tidak hanya menjadi stigma, melainkan menjadi imajinasi tindakan untuk membenci dan melakukan persekusi. Di sini, Syiah seolah-olah memiliki keterhubungan yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *