Sesungguhnya Allah akan menerima amal shalat kita menurut kadar derajat kekhusyukan masing-masing. Sebelum membahas lebih jauh tentang shalat khusyuk menurut Ali dan kiat-kiat shalat khusyuk, di dalam Al-Quran kekhusyukan shalat disinggung pada ayat berikut:
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya……..dan mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-Mukminun: 1-2 dan 10-11)
Shalat Khusyuk
Dengan ayat ini, Allah memerintahkan agar Rasulullah beserta umatnya menjaga kekhusyukan shalatnya. Orang yang bisa menjaga kekhusyukan shalatnya akan mewarisi surga firdaus dan mereka kekal di dalamnya.
Khusyuk artinya menunduk. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, khusyuk itu penuh penyerahan dan kebulatan hati, sungguh-sungguh, penuh kerendahan hati. Dahulu, di zaman Nabi Saw ada orang shalat yang selalu memandang ke atas, karena menganggap Allah ada di atas sana. Maka turunlah ayat ini, agar jika kalau sedang shalat wajahnya harus menunduk melihat ke tempat sujud.
Khusyuk itu berkaitan dengan penguasaan hati dari berbagai macam fikiran dan angan-angan agar bisa berkonsentrasi pada satu tujuan, yaitu bermunajat kepada Allah SWT. Bahwa sesungguhnya Allah itu selalu memperhatikan rahasia hati kita. Allah akan menerima amal shalat kita itu menurut kadar derajat kekhusyukan shalat kita, ketenangan anggota badan kita, tawadu’ kita, dan pengharapan kita.
Kunci Utama Shalat Khusyuk
Lalu, apa yang harus dilakukan agar bisa khusyuk dalam shalat? Salah satu yang paling utama adalah membaca surah Al-Fatihah di setiap rakaat dengan tartil/ baik baik dan jangan tergesa-gesa. Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah mengatakan bahwa Dia akan membalas isi setiap ayat surah Al-Fatihah yang dibaca.
- Apabila hamba membaca : Alhamdulillahi rabbil ‘alamin (Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam), maka Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman: “Hamdani ‘abdi (Hamba-Ku memuji Aku)”
- Apabila ia membaca Arrahmanirrahim (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : Atsani ‘alaya ‘abdi (Hamba-Ku menyanjung Aku).
- Apabila ia membaca : Maliki yaumiddin. (Yang Memiliki hari Pembalasan), maka Allah berfirman :” Muhamdani ‘abdi” (Hamba-Ku memuliakan Aku),
- Apabila ia membaca : Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan), Allah berfirman : (Hadza baini wa baina ‘abdi. Li’abdi maa sa’ala” (Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya).
- Apabila ia membaca : Ihdinash shirathal mustaqim. Shirathal ladzina an’amta alaihim ghairil maghdhubi’alaihim wa ladhdhallin (Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri petunjuk atas mereka bukan (jalan) orang-orang yang dimurkai atas mereka dan bukan (jalan) orang-orang yang sesat). Maka Allah berfirman : “Hadza li’abdi wa li’abdi maa sa’ala (Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya” “. (Hadits ditakhrij oleh Muslim)
Memenuhi Rukun Shalat
Selanjutnya, agar shalat kita diterima, tentu shalat harus memenuhi rukun-rukun. Shalat itu mempunyai tiga rukun, yaitu:
- Rukun Qalbu, yaitu rukun shalat yang berkaitan dengan kehadiran hati dalam shalat. Inti rukun qalbu yang utama adalah ikhlas, dikerjakan semata karena Allah. Shalat yang hati dan pikirannya tidak fokus, atau mengembara ke mana-mana bagaikan shalatnya orang yang sedang mabuk. Shalat yang hatinya ke mana-mana bisa membatalkan pahala. Kekhusyukan shalat sangat bergantung kepada hadirnya hati ini.
- Rukun Fi’li, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan gerakan shalat. Gerakan dalam shakat sudah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, mulai takbiratul-ikram sampai membaca dua salam. Gerakan di luar yang ditetapkan harus dihindari, kecuali dharurat, misalnya tolak-toleh, garuk-garuk kepada. Semakin banyak gerakan yang tidak ditetapkan semakin tidak khusyuk shalat kita.
- Rukun qauli, yaitu hal-hal yang berkaitan ucapan, bacaan, atau perkataan yang diucapkan ketika shalat. Bacaan atau ucapan ketika shalat sudah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya, tidak boleh ditambah atau dikurangi. Isi bacaan shalat akan menuntun hati kita kepada khusyuk dan tawadhu’. Pengucapan bacaan shalat ini harus tartil (pelan), tepat lafal dan mahrajnya, dan penuh penghayatan)
Selain terkait Al-Fatihah dan rukun shalat, orang yang akan bisa khusyuk shalatnya memiliki kriteria seperti di bawah ini:
- orang benar-benar meyakin bahwa dia agar bertemu dengan Allah. selama shalat dia merasakan sedang dilihat dan dekat dengan Allah sehingga dia tidak bisa berkutik sama sekali (Qs. Al Baqarah: 45-46)
- merasakan bahwa seakan dirinya itu akan mati besok pagi (Al Hadits)
- selama shalat dia sedang presentasi di hadapan Allah, selalu aktif mencari ridlonya
Shalat dan Brain Wave
Gelombang otak (brain wave) manusia ada 5 level; gamma, beta, alfa, theta dan delta. Tingkatan gelombang otak ini terkait dengan aktivitas yang sedang dilakukan oleh manusia. Misalnya, kesadaran manusia berjalan di tingkatan beta, tingkatan alfa terjadi saat otak beristirahat, sementara gelombang theta terjadi saat kita berada dalam keadaan serupa meditasi.
Nah, spektrum gelombang otak pada saat shalat berada antara beta dan theta. Jika berada di tingkatan beta, saat shalat otak masih kontak degan perkara di luar sholat, seperti sambil sholat otak masih memikirkan urusan bisnis, pekerjaaan, urusan rumah tangga, dan semacamnya. Ini kebanyakan terjadi pada kita.
Selanjutnya, di tingkatan alfa, shalat dilakukan dalam keadaan rilek, tenang sehingga bisa single focus. Ini tingkat yang akan mendekati khusyuk. Sedangkan jika kita mencapai gelombang theta, shalat sudah benar benar dilakukan dengan tenang dan sama sekali tidak terganggu dengan informasi, bayangan, dan gagasan dalam pikiran sehingga benar-benar menikmati shalat. Inilah yang disebut khusyuk. Tapi, jangan sampai ke delta, itu artinya sholatnya sambil tidur.
Shalat Khusyuk versi Ali bin Abuthalib
Dari Ali ra., bahwa dia berkata : adalah saya duduk bersama Rasulullah Saw berberengan dengan para shabat, tiba-tiba datang seorang lelaki dari desa seraya berkata, : “alaikas salamu ya Rasulullah dan wahai para yang hadir.” Kemudian dia berkata lagi, “Ketahuilah olehmu sekalian bahwa Allah Swt telah mewajibkan kepada kita sekalian akan shalat lima waktu dan sungguh kita juga diuji dengan dunia dan segala resikonya, maka demi hak engkau wahai Rasulullah, tidaklah kita bisa mengerjakan shalat satu rakaat kecuali kita disibukkan oleh perkara dunia itu, maka apakah shalat kita itu diterima oleh Allah sedang shalat kita itu bercampur dengan urusan dunia?”
Maka Ali KAW menjawab, “Shalat seperti itu tidak akan diterima oleh Allah dan Dia Allah tidak mau melihat atau memperhatikan kepada shalat seperti itu,”
Nabi SAW bersabda: “Hai Ali, apakah engkau bisa mengerjakan shalat dua rakaat ikhlas untuk Allah bersih dari rasa susah, terhindar dati kesibukan dalam pikiran dan bisikannya, maka akan aku hadiahkan kepadamu kainku yang dari negeri Syam,”
Maka jawab Ali: “Saya bisa mengerjakan itu.”
Kemudian Ali berdiri meninggalkan para shahabat dan mengambil air wudhu dengan sempurna mungkin, kemudian berdiri untuk mengerjakan shalat, lalu berniat dengan hati yang ikhlas hanya untuk Allah. Sampai rukuk pada rakaat pertama, sampai dengan masuk rakaat yang kedua. Maka tatkala dia rukuk pada rakaat kedua dan berdiri tegak di atas kakinya sambil mengucap: “sami’alluhu liman hamidah” (Mudah-mudahan Allah mendengarkan/ menerima orang yang memujinya,.)” Dan pada saat itu dia teringat/ terbersit dalam hatinya: Kalau seandainya Nabi SAW memberi kepada saya kain Qathwaniy, maka kain itu lebih baik bagi saya daripada kain yang dari Syam.” Kemudian sujud dan tasyahud lalu selesai.
Maka sabda nabi SAW: “Hai Abu Hasan (ALI) apakah yang engkau katakan?”
Kata Ali, “Demi hakmu, wahai Rasulullah, sungguh saya mengerjakan shalat pada rakaat pertama sepi bersih dari perasaan susah dan bisikan apapun. Lalu pada rakaat kedua saya bertutur sendiri di dalam hati: “Kalau sekiranya Engkau memberi kainmu yang Quthwaniy tentu lebih baik bagi saya daripada kain yang dari Syam. Dan demi hakmu wahai Rasulullah tidak seorang pun akan bisa mengerjakan shalat dua rakaat dengan ikhlas murni hanya karena Allah ta’la.“
***
Maka nabi SAW bersabda:
- Kerjakanlah shalat yang telah difardhukan kepadamu dan janganlah kamu berbicara dalam shalatmu itu, sesungguhnya Allah SWT tidak menerima shalat yang dicampuradukkan dengan kesibukan urusan dunia.
- Kerjakanlah shalat dan mohon ampunlah kepada Tuhanmu sesudah shalatmu. Aku sampaikan kepadamu berita gembira bahwa sesungguhnya Allah Swt telah menyediakan seratus rahmatnya dan akan ditaburkan kepada para umatku besok pada hari kiamat.
- Dan tidak seorang hamba pun atau tidak satu umat pun yang mengerjakan shalat fardhu kecuali dia/mereka di bawah lindungan teduh shalat yang dikerjakan itu di hari kiamat (Mau’izdah, fii Durratun Nashihin).
Demikian, semoga artikel tentang shalat khusyuk ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Editor: Nabhan