IBTimes.ID – Dana abadi adalah sejumlah dana yang dihimpun dan dikelola oleh sebuah lembaga untuk diinvestasikan agar memberikan hasil yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan, kepentingan, dan tujuan dari penghimpun dana.
Di internal Muhammadiyah, isu tentang dana abadi sebagai penunjang kemandirian persyarikatan sudah beberapa kali disuarakan. Salah satunya oleh Mantan Ketua Badan Pengurus Lazismu PP Muhammadiyah, Prof. Hilman Latief.
Menurut Hilman, dana abadi bisa berasal dari berbagai sumber. Antara lain dari individu anggota persyarikatan, mitra lembaga (perusahaan), atau Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Belakangan juga muncul usulan penghimpunan dana abadi dari iuran wajib anggota Muhammadiyah 10 ribu rupiah per bulan sebagaimana diatur dalam AD/ART. Potensi iuran anggota yang mencapai angka 1,2 triliun per tahun layak dipertimbangkan oleh PP Muhammadiyah sebagai salah satu sumber terbesar dana abadi. Maka, sekarang tinggal bagaimana Muhammadiyah membuat sistem pengaturan tentang penghimpunan dana abadi.
Setelah sumber dana, unsur terpenting dalam dana abadi adalah pengelolaan dan penggunaan dana. Dalam hal pengelola, Hilman, sebagaimana ia tulis di laman IBTimes, menganggap bahwa tingkat kepercayaan warga Muhammadiyah yang begitu tinggi harus diimbangi dengan kemampuan investasi yang kuat dan dapat memasuki berbagai sektor bisnis yang menguntungkan.
“Secara kelembagaan, perlu dirumuskan sebuah institusi yang solid, yang diberikan kewenangan untuk merancang peta jalan dana abadi Muhammadiyah. Lembaga inilah yang diminta untuk membangun proyeksi pengembangan bisnis dan investasinya dan mencapai target hasil investasi secara rasional,” tulis Hilman, (2/2/2921).
Sementara, dalam hal penggunaan dana abadi, Muhammadiyah memiliki banyak sekali proyek strategis yang perlu suntikan biaya. Proyek utama Muhammadiyah berkisar di bidang pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan. Pengembangan sekolah, peningkatan kesejahteraan guru, pembangunan rumah sakit, serta bantuan kemanusiaan akan jauh lebih maksimal jika ditambah suntikan dana dari dana abadi.
“Layanan pendidikan dan kesehatan dasar memerlukan keberlanjutan layanan. Sementara pada saat yang sama berbagai lembaga, misalnya di bidang pendidikan, yang mampu untuk untuk tidak bergantung kepada jumlah siswa atau mahasiswa yang bayar, masih sedikit jumlahnya. Lebih jauh, kita perlu memproyeksikan aspek-aspek apa saja dan program unggulan apa saja yang di masa akan datang perlu ditopang oleh keberadaan dana abadi,” imbuhnya.
Sebagaimana diketahui, selama ini, setidaknya ada tiga platform sumber pendanaan Muhammadiyah. Pertama, amal usaha. Kedua, tradisi filantropi dan gotong royong jamaah Muhammadiyah. Ketiga, bisnis profesional yang dimiliki oleh PP Muhammadiyah hingga Pimpinan Ranting Muhammadiyah.
Dana abadi akan menjadi platform baru yang dapat mendanai berbagai proyek strategis persyarikatan. Dana abadi juga dapat melengkapi sinergi gerakan yang selama ini sudah ada. Seperti pola subsidi silang antar amal usaha, subsidi amal usaha terhadap majelis-lembaga-ortom (MLO), dan sumbangan amal usaha terhadap aktivisme gerakan persyarikatan.
Alasan lain mengapa perlu dana abadi, menurut Hilman, adalah bahwa Muhammadiyah masih memiliki banyak kewajiban lain yang juga tidak kalah penting dan harus mendapatkan solusinya.
Seperti memiliki dana kemanusiaan yang terjaga, mensubsidi gaji guru, dan pegawai yang bekerja di amal usaha secara standar dan memadai, menyediakan dana-dana sosial untuk mengakselerasi peningkatan sumber daya manusia, memperkuat proses kaderisasi, dan menyediakan skema-skema beasiswa maupun peningkatan kapasitas organisasi.
Reporter: Yusuf