Keutamaan Ibadah Wudu
Bagi umat Islam, wudu merupakan bagian dari ibadah harian yang selalu dilakukan terutama ketika akan melaksanakan salat. Menurut syariat, wudu berarti membasuh, mengalirkan, dan membersihkan dengan menggunakan air pada setiap bagian dari anggota-anggota tubuh yang bertujuan untuk menghilangkan hadas kecil.
Perintah berwudu terdapat dalam Al-Qur’an, salah satunya dalam surat Al-Maidah ayat 6. Allah Swt berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغْسِلُوا۟ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى ٱلْمَرَافِقِ وَٱمْسَحُوا۟ بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى ٱلْكَعْبَيْنِ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan usaplah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki…”
Perintah wudu ketika akan salat juga tertuang dalam sebuah hadis. Rasulullah saw bersabda: “Allah tidak akan menerima salat (orang) yang tidak bersuci dan tidak menerima shadaqah dari hasil penipuan (khianat)” (HR. Muslim).
Selain perintah dalam berwudu, berbagai keutamaan wudu juga beberapa kali Rasulullah Saw sampaikan. Rasulullah Saw menyampaikan bahwa menyempurnakan wudu menjadi salah satu cara dalam menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat” (HR. Muslim). Bukan hanya itu, keutamaan wudu dapat menjadikan anggota tubuh akan bercahanya di akhirat kelak. (HR. Bukhari dan Muslim).
Perilaku Muslim dan Krisis Air
Pada saat ini, dunia sedang mengalami krisis iklim yang menjadikan kekeringan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa sampai Bulan Agustus 2023 telah terjadi 45 kejadian kekeringan. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dari tiga tahun sebelumnya. Bahkan terdapat perkiraan kemungkinan kekeringan akan berkepanjangan hingga tahun berikutnya karena intensitas yang terus mengalami peningkatan.
Selain mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan, kekeringan yang terjadi mengakibatkan dampak buruk lainnya seperti krisis air. Dalam Kompas.id, pada akhir September 2023 BNPB menyatakan sedikitnya 166.415 jiwa mengalami krisis air bersih. Berbagai dampak kekeringan tersebut tidak lepas disebabkan oleh kemarau panjang yang terjadi karena fenomena El Nino.
Keadaan ini pastinya mempengaruhi berbagai kehidupan sehari-hari manusia. Karena dalam kesehariannya manusia tidak akan dapat lepas dari kebutuhan terhadap air. Begitu juga bagi masyarakat Muslim yang sangat membutuhkan air pula dalam beribadah seperti berwudu. Mungkin kita berpikir ketika berwudu air yang terbuang tak seberapa.
Namun coba bayangkan ketika umat Islam berwudu menimal lima kali sehari, maka betapa banyak air yang telah terbuang untuk wudu tersebut. Belum lagi ketika akan sebelum menunaikan salat sunah, berzikir, ataupun mengaji melakukan wudu tersendiri. Betapa banyak sudah air yang digunakan untuk berwudu dalam sehari dikali berjuta manusia yang ada. Dengan itu bukan hanya akan terdampak akibat krisis air, tetapi mungkin juga turut menjadi faktor kecil dalam terjadinya krisis air.
Nabi Muhammad Hemat Air dalam Beribadah
Sebagai manusia yang diyakini sebagai utusan Tuhan, kehidupan Nabi Muhammad penuh dengan keteladanan. Nabi Muhammad bukan hanya mengajarkan manusia untuk beribadah secara ritual sebagai habluminallah, hubungan kepada Allah. Tetapi beliau juga mengajarkan bagaimana manusia yang ditetapkan menjadi khalifah di muka bumi menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dan juga terhadap alam. Kesalehan yang diajarkan Islam melalui Nabi Muhammad adalah saleh ritual, saleh sosial, maupun saleh terhadap alam.
Rasulullah mengajarkan secara langsung untuk menghemat dengan menggunakan sesuatu sesuai kebutuhan saja bahkan dalam perihal ibadah. Hal ini dikisahkan dalam sebuah riwayat hadis dimana Rasulullah menjumpai Sa’ad yang sedang berwudu dengan air yang berlebih, kemudian Rasulullah berkata, “Pemborosan apalagi ini wahai Sa’ad?” Sa’ad berkata, “Apakah ada pemborosan dalam penggunaan air?” Beliau bersabda, “Ya, meskipun kamu berada di atas sungai yang mengalir.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Dengan melihat hadis diatas, dapat kita teladani untuk menghemat air dalam kehidupan sehari-hari bahkan termasuk dalam berwudu. Saat berwudu kita tidak perlu menghidupkan kran secara penuh karena hal tersebut termasuk dalam pemborosan atau berlebih-lebihan. Allah-pun juga tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (QS. Al-A’raf: 31).
Bahkan ketika wudu belum batal, tanpa melakukan wudu kembali ketika akan salat juga bukanlah sebuah kesalahan. Karena kewajiban bersuci untuk salat telah terpenuhi dan disisi lain hal tersebut dapat juga diniatkan untuk menghemat penggunaan air dalam beribadah. Perilaku ini dapat diterapkan dengan menjaga wudu untuk salat Magrib dan Isya karena waktu yang berdekatan ataupun dapat juga dilakukan pada waktu salat lainnya. Namun perlu diingat pula, jangan sampai melalaikan salat hingga menjelang batas waktu habis karena ingin menjadikan satu wudu untuk dua waktu salat, ini juga kurang tepat.
Menghemat air atau energi yang dibiasakan melalui langkah kecil dalam kehidupan sehari-hari akan bertumbuh menjadi kebiasaan baik. Kesadaran menghemat tersebut juga akan mempengaruhi pada kegiatan sehari-hari lainnya seperti menghemat air dalam mencuci, mandi, menggunakan lampu seperlunya, ataupun juga mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Berbagai kegiatan menghemat air, menghemat energi, ataupun mengurangi sampah tidak lain sebagai bentuk usaha dalam menjalankan visi sebagai khalifah di muka bumi. Selain itu juga sebagai bentuk menghindari agar tidak termasuk golongan yang melakukan kerusakan di muka bumi, seperti yang Allah firmankan:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ(٤١)قُلْ سِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُۗ كَانَ اَكْثَرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ(٤٢)
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. ar-Rum: 41-42).
Editor: Soleh